webnovel

-24- Dapat Restu

"Tunangan?" tanya Ghirel ragu.

"Iya, Kristal dan Afka sudah dijodohkan!"jawab Nyonya Caramela.

Zyan Fedrick, papah Afka menengahi perdebatan sengit tersebut. Hanya dengan berdeham saja seisi ruangan sudah diam dibuatnya. Seluruh pasang mata terfokus kepadanya.

"Di sini Ghirel tidak bersalah. Dari bukti seragam basah dan kotor yang kemarin dia kenakan sudah cukup untuk membenarkan alibi Ghirel," bela Zyan.

Ghirel sudah tidak peduli dengan salah atau tidaknya dia. Gadis itu hanya memikirkan tentang pertunangan gila yang baru saja di dengarnya, bagaimana bisa Afka sejahat itu kepadanya?

"Tapi Tuan Fedrick," Nyonya Caramela hendak membantah. Tetapi melihat tatapan tidak suka dari Zyan membuat wanita peruh baya itu bungkam seketika.

"Baiklah dengan ini saya memutuskan untuk menghukum keduanya karena sama-sama membuat kerusuhan. Dan untuk Kristal, kamu saya berikan skorsing selama 1 hari karena kasus kekerasan. Sedangkan Ghirel, kamu mendapatkan poin pelanggaran saja," Pak Kepala Sekolah akhirnya angkat bicara.

Sidang telah terlaksana dengan baik, Ghirel keluar ruangan sendirian tanpa didampingi siapapun. Dia bersyukur setidaknya keadilan masih ada di sini.

Ghirel duduk di kursi depan aula, memijit kakinya yang terasa nyeri. Kemarin kakinya keseleo sehingga menimbulkan nyeri yang luar biasa jika digunakan untuk berjalan. Ghirel berniat menelfon Tzuwi atau Siska untuk mengantarnya ke kelas.

"Ghirel?" panggil seseorang. Mendengar itu, Ghirel spontan berdiri dan menatap laki-laki paruh baya di depannya. Dia Zyan Fedrick, papah Afka.

"Siang Om Zyan," sapa Ghirel sopan.

Zyan tersenyum,"duduk aja saya tau kaki kamu sakit."

Ghirel duduk diikuti Zyan di sampingnya. Gadis itu sangat gugup hingga tak dapat ia sembunyikan lagi. Perasaannya campur aduk tak karuan, dia takut dimaki-maki oleh Zyan karena Ghirel memacari Afka sedangkan mereka tidak selevel.

"Soal pertunangan itu, apa benar om?" tanya Ghirel ragu.

Zyan mengangguk, "iya. Mereka dijodohin sama ibunya Afka."

"Tante Rehna?" tanya Ghirel.

"Kamu sudah bertemu dengannya?" Zyan balik bertanya.

Ghirel mengangguk, jadi wanita yang berada di kantor polisi sewaktu itu memang benar-benar ibu kandung Afka yang dirumorkan meninggal dunia.

"Om ada urusan, duluan ya! Tadi Om udah suruh Afka buat jemput kamu sekolah." kata Zyan lalu pergi meninggalkan Ghirel sendirian.

Suara pengumuman terdengar tiba-tiba, berita tentang kehilangan dompet dan anak-anak dipulangkan lebih cepat. Ulangan hari ini hanya satu pelajaran karena para guru akan mengadakan rapat perihal ujian sekolah.

Ghirel menghela nafasnya kasar, ia membuka ponselnya lalu mengirimkan pesan di grup chat antara Ghirel, Tzuwi dan Siska.

Ghirel : Gue pulang sama Afka, kalian gak usah khawatir.

Siska : Oke siap, tiati lo jangan mampir hotel!

Tzuwi : Tumben Afka peka,

Ghirel : Di paksa papahnya,

Tzuwi : Sumpah?! Udah dapet restu nih.

Ghirel : Diem lo,

Suara Afka terdengar di koridor aula. Laki-laki itu melambaikan tangannya sambil berjalan menghampirinya. Langkahnya yang terlihat gagah membuat Ghirel terpesona, senyumannya yang terlihat tulus membuat Ghirel ikut tersenyum, dan rahasianya yang begitu banyak membuat Ghirel ingin membukanya.

Afka berjongkok di depan Ghirel berniat menggendong gadisnya, "Sini gendong aku!"

Ghirel menggelengkan kepalanya, "aku pengen berjalan di samping kamu, bukan berada di gendongan kamu!"

"Kenapa?"tanya Afka.

"Aku pengen di samping kamu, dalam semua kondisi dan situasi. Menepuk punggungmu saat kecewa, mencium pipimu saat sedih, dan mengusap rambutmu saat kamu membanggakan. Itu semua terasa lebih istimewa saat aku disamping kamu, bukan di depan apalagi di belakang kamu." jawab Ghirel.

Afka tersenyum hangat, dia menggenggam tangan Ghirel dengan erat. "aku juga, pengen selalu genggam tangan kamu alih-alih menciumnya. Aku pengen nemenin langkah kamu, pengen ngusap tangan kamu saat kamu ragu, dan pengen oasangin cincin di jari manis kamu saat waktunya tiba."

Ghirel berkata dalam hatinya 'penipu'

***

"Papah udah nemuin dia dari dulu?" tanya Afka.

Disinilah Afka dan Papahnya berada, di ruang kerja dari perusahaan milik Zyan Fedrick. Pebisnis handal yang terkenal di negeri ini. Cabang restoran yang dikelolanya sudah sampai ke mancanegara. Restoran Indonesia dengan menyajikan makanan khas citarasa lokal sehingga mampu meredam rindu penduduk lokal yang sedang berada di luar negeri.

Restoran milik Zyan sudah tidak asing di telinga para orang-orang elite di Indonesia, bahkan artis pun sering berkunjung. Selain itu, Zyan juga sudah berhasil menggaet beberapa artis hebat menjadi brand ambassadornya.

"Enggak, papah gak pernah cari mereka." jawab Zyan.

Afka mengepalkan tangannya kuat-kuat. Ia merasa di khianati oleh ayahnya sendiri.

"Itu artinya sejak awal papah tau dimana dia berada," kata Afka. Emosi laki-laki itu sangat menggebu, jika saja di depannya bukan sang ayah mungkin Afka sudah menonjoknya hingga babak belur.

"Maaf, tapi papah ngelakuin gini biar kamu bisa move on dari kejadian itu!" balas Zyan.

"Gimana aku mau move on kalau rasa bersalahnya aku sampai bikin Afka harus ke psikiater setiap bulan?" Afka menatap penuh kecewa kepada Zyan.

"Papah mau ngasih tau kamu dulu, saat kamu berkenalan sama Raila. Papah kira kamu sadar kalau Raila adalah ibunya Ghirel, ternyata kamu gak sadar! ketidaktahuan kamu itu bikin Raila kasihan dan akhirnya baik sama kamu, itu yang bikin papah gak bisa jujur sama kamu saat itu!" jelas Zyan.

Saat melihat Afka dan Raila bercanda tawa, hati Zyan ikut bahagia melihat anaknya mendapatkan kembali kehidupannya. Zyan hanya tidak ingin menghancurkan kebahagiaan itu, karena Zyan yakin saat Afka tau bahwa Raila adalah ibu dari gadis yang dicarinya, Afka akan merasa bersalah dan membatasi diri.

Next chapter