Setelah makan malam Gabby melangkahkan kakinya ke rumah Michael. Dua hari yang lalu laki-laki itu memberi kunci ganda rumahnya ke Gabby. Dengan alasan supaya perempuan itu tidak perlu repot-repot untuk menekan bel rumahnya.
Setelah gembok pagar berhasil dibuka Gabby berlari ke dalam rumah laki-laki itu. Melupakan rasa sakit di kakinya perempuan itu berlari kecil menaiki tangga. Saat Gabby berada di lantai dua dia dapat melihat Adam sedang berjalan ke ruang musik.
Gabby mengikuti Adam dari belakang dann tidak dapat menahan senyumannya. Adam sepertinya tidak mengetahui kalau Gabby sedang berjalan dibelakangnya.
Adam mengetuk pintu ruang musik dengan pelan lalu masuk saat mendengar jawaban Michael. Pria itu membuka pintunya lalu Gabby mengikutinya dari belakang.
Belum sempat Gabby masuk ke dalam dia dapat merasakan benturan pintu di hidungnya. Perempuan itu terjatuh ke belakang sambil memegang hidungnya.
"Aduh!" Rintih Gabby.
Adam menoleh lalu mendapati Gabby sedang memegang hidungnya, "Astaga nona muda." Dengan cepat dia menarik tangan Gabby, "Saya benar-benar minta maaf."
Michael berhenti bermain piano saat mendengar suara Adam di belakangnya. Laki-laki itu menoleh lalu melihat Gabby sedang duduk di atas lantai. Dengan cepat Michael berdiri dari kursinya dan menghampiri Gabby.
"Apa kamu baik-baik saja?!" Tanya Michael.
Adam menundukkan kepalanya beberapa kali, "Maafkan saya. Saya benar-benar tidak tahu."
Gabby mengelus-elus hidungnya lalu menggelengkan kepalanya, "Aku baik-baik saja."
Tidak lama setelah Gabby mengatakan itu, dia dapat merasakan ada yang mengalir dari hidungnya. Secara otomatis perempuan itu mengusap hidungnya dengan tangannya.
Saat Gabby menjauhkan tangannya dari hidungnya dia melihat ada darah. Michael yang melihatnya pun kaget, laki-laki itu menoleh, "Adam! Kita harus bagaimana ini?!"
"Ikut saya nona muda." Wajah Adam terlihat serius, dia berjalan mendahului Gabby.
Adam berjalan memasuki kamar mandi dan meminta agar Gabby berjalan ke wastafel. Michael mengikutinya dari belakang lalu menahan rambut Gabby ke belakang. Laki-laki itu menyalakan air kran dan menyuruh Gabby untuk membersihkan bekas darah di hidung dan tangannya.
Tidak lama kemudian Gabby menengadahkan wajahnya lalu mengambil tisu yang sudah disediakan Adam. Michael memutar badan Gabby, mengelap wajahnya dengan handuk kecil dan mengajaknya untuk keluar.
"Saya benar-benar minta maaf nona muda." Adam menundukkan kepalanya.
Gabby membenarkan tisu yang ada di hidungnya lalu menggerakan tangannya, "Sudah nggak usah menunduk terus, aku baik-baik saja kok."
"Saya akan turun sebentar membuat teh hangat." Adam menundukkan kepalanya sekali lagi.
Setelah melihat Adam menjauh Michael menarik tangan Gabby ke kamarnya, "Kamu harus beristirahat."
"Jadi kamu mengusirku?" Tanya Gabby, perempuan itu menghentikan langkahnya.
"Aduh," Michael menoleh, "Bukan begitu. Ayo tidur di kamarku."
Setelah kalimat itu keluar dari mulutnya Michael dapat merasakan pipinya memerah. Tangannya yang mulai berkeringat melepas tangan Gabby lalu memutar badannya.
Berbeda dengan Michael, mendengar hal itu membuat Gabby menaikkan kedua alisnya. Senyuman lebar menghiasi wajah perempuan itu, dia melangkahkan kakinya mendekati Michael.
"Oh?" Goda Gabby.
"Maksudku bukan begitu! Aku nanti duduk di lantai dan kamu tidur di tempat tidurku!" Michael menggelengkan kepalanya.
Michael membalik badannya lalu melangkahkan kakinya meninggalkan Gabby. Laki-laki itu dapat mendengar suara tertawa Gabby yang membuatnya merasa semakin malu. Beberapa saat kemudian dia merasakan Gabby berjalan mengikutinya dari belakang.
"Aku gak mikir yang aneh-aneh kok." Terdengar suara Gabby dari belakang.
Dari suaranya saja Michael sudah tahu kalau Gabby sedang tersenyum mengejeknya. Laki-laki itu mengabaikannya lalu membuka pintu kamarnya. Dia menunjuk tempat tidurnya dan melihat Gabby.
"Duduk disana." Perintah Michael singkat.
Gabby menuruti perintah laki-laki itu dan duduk di atas selimut tebal milik Michael. Perempuan itu tersenyum lebar saat melihat wajah Michael yang terlihat serius.
"Kamu masih sempat-sempatnya untuk tersenyum." Michael melihat Gabby dengan tatapan dingin.
Michael menghampiri Gabby lalu melipat tangannya di depan dadanya. Tangan laki-laki itu ingin membenarkan rambut Gabby yang sedikit basah. Tapi Michael menahan keinginannya saat melihat Gabby melepas tisu dari hidungnya.
"Jangan dilepas!" Michael mengerutkan keningnya, mengambil tisu di tangan Gabby dan menaruh kembali di hidung perempuan itu.
"Aduh iya iya." Gabby mengerucutkan bibirnya.
Entah kenapa melihat Gabby sakit membuat hati Michael sakit. Tapi laki-laki itu tidak dapat mengatakan itu keras-keras. Tangan Michael tetap menahan tisu di hidung Gabby, takut perempuan itu akan melepasnya.
Michael teringat sesuatu, dia melihat mata Gabby lalu bertanya, "Gimana kakimu?"
"Baik-baik saja." Gabby mengangkat kakinya dan menunjukkannya ke Michael.
"Hari ini sepertinya hari sialmu ya?" Goda Michael.
"Hm, tapi setidaknya kamu ada disini untuk merawatku." Gabby tersenyum lebar saat melihat wajah Michael yang memerah.