webnovel

Epilog 49 : Behind the Scenes

[Seorang Ilmuwan gila yang menyelamatkan dunianya, tetapi dunianya tak bisa menyelamatkannya.]

Di suatu ruangan putih bersih dengan panel layar holografik melayang di setiap sisi, muncul sesosok yang terbentuk dari rangkaian 'data' yang lebih dapat dipahami sebagai 'cerita'. 

Di dunia dimensi tingkat tinggi, seseorang dikorbankan demi kelangsungan hidup dunia tersebut. Akan tetapi, orang yang dimaksud akhirnya memutuskan untuk hidup setelah menciptakan banyak skenario yang memberinya pemahaman tentang kehidupan.

Banyak sukarelawan yang bersedia menemaninya. Namun, 'dia' tak bisa menahan mereka selamanya karena mereka memiliki hak untuk melihat 'kenyataan'.

Dalam lingkup Time-Loop atau bisa disebut sebagai pengulangan terus-menerus demi mempertahankan 'mimpi abadi', seseorang itu sengaja memisahkan bagian-bagian dari dirinya menjadi ribuan keping 'data' untuk membentuk 'cerita' berbeda dan menikmatinya. 'Dia' akan dapat merasakan hidup dalam 'mimpi abadi' tersebut selama 'cerita' tak pernah memiliki ending.

Tidak peduli betapa tak masuk akalnya itu, 'dia' selalu bisa menghubungkan hal-hal tersebut sehingga tampak saling berkaitan.

Setelah 'dia' mengembangkan kembali perasaan manusianya di dalam 'mimpi abadi' ini, 'dia' menyadari bahwa 'dia' telah melakukan kesalahan dengan menyeret banyak orang yang seharusnya hidup di 'kenyataan' ke dalam permainannya.

Dia menginginkan kehidupan normal dan dia mendapatkannya dalam 'mimpi abadi'. Setidaknya sampai dia menganggap loop dari rangkaian 'cerita' itu harus dihentikan.

Di 'kenyataan' yang merupakan dunia dimensi tingkat tinggi yang nyaris musnah karena pemberontakan teknologi. Ilmuwan gila itu berhasil menemukan suatu alat yang dapat meredam pemberontakan sekaligus mengurung sumbernya. Namun, sebagai gantinya, ilmuwan tersebut harus mengorbankan nyawanya.

'Mimpi abadi' merupakan ruang kurungan yang menjaga sumber pemberontakan tersebut, 'dia' menjadi sekelompok 'data' yang mengawasi untuk waktu yang sangat lama hingga sumber pemberontakan telah sepenuhnya dapat dia kendalikan.

Setelah itu, 'dia' merasa amat kesepian dan kehilangan rasa kemanusiaannya, benar-benar mengira akan diambil alih oleh sumber pemberontakan. Akan tetapi, akal sehat tersisanya membuatnya menyiapkan program khusus untuk menanggulangi bila peristiwa tersebut terjadi.

Program 'Good Night' akan secara otomatis dieksekusi jika 'dia' akhirnya berbalik dikendalikan oleh sumber pemberontakan yang 'dia' beri nama "The First Nightmare".

'Dia' memang sudah meninggal, tetapi energi jiwanya masih ada dalam bentuk 'data' yang menangani "The First Nightmare".

Ketika program tersebut akan berjalan, 'dia' menerima kejutan tak terduga, yaitu 'mimpi abadi' kedatangan tamu yang tak diundang dari 'kenyataan'. Mereka secara sukarela memasuki 'mimpi abadi', jadi 'dia' memperoleh kembali kendalinya karena sedikit emosi yang muncul, yaitu keterkejutan.

Awalnya, 'mimpi abadi' hanya berisi kekosongan dan warna putih serta layar sistem. Namun, semenjak para tamu datang, 'dia' bertanya-tanya apakah 'dia' secara tak sengaja menyeret energi jiwa mereka? Sepertinya demikian.

'Mimpi abadi' menjadi mimpi kolektif yang membentuk dunia yang realistis. Apakah realitas itu? Suatu pertanyaan yang membingungkan. Singkatnya, "The First Nightmare" sesuai keinginan 'dia' mulai merilis kumpulan 'data' untuk membentuk dunia-dunia berbeda yang saling bersesuaian demi menyambut mereka.

Ternyata, mereka tidak bisa hidup di dalam 'mimpi abadi', mereka seperti patung yang tak bisa bergerak di masing-masing dunia. 'Dia' menemukan bahwa karena "The First Nightmare" adalah bagian dari dirinya setelah dia menyerapnya, maka ruang-waktu di dalam 'mimpi abadi' akan bergerak bila dia hadir dan menonton.

Sayangnya, 'dia' tak mungkin dapat mendekati para tamu itu dalam bentuknya saat itu sebab 'dia' akan seperti bom bagi mereka, jika mereka menyentuh atau dekat dengannya, energi jiwa mereka kemungkinan akan ikut tersedot.

Jadi, 'dia' mendapatkan ide aneh yang sepertinya dapat diterapkan, yaitu memecah energi jiwanya menjadi ribuan bagian, pecahan terbanyak yang paling dapat ditanggungnya. Untuk itu, 'dia' harus rela menyegel semua ingatannya dan melakukan perannya sebagai penonton atau pembaca yang menggerakkan dunia sekaligus mengalami kisah dunia itu.

Sekarang, 'dia' melihat rekaman kisah seluruh dunia di panel layar. Menonton saat 'dia' menjadi seseorang bernama 'Kim Dokja', hidup sebagai manusia yang sebenarnya dan bukan menjadi alat otak yang diandalkan. 'Dia' tidak lagi kesepian. 'Dia' memiliki teman-teman yang sangat menyayangi dan membencinya.

'Dia' sebenarnya bisa saja langsung mengirim para tamu lepas dari 'mimpi abadi' ketika mereka baru pertama kali tiba. Namun, 'dia' saat itu berpikir bahwa karena mereka telah datang, maka 'dia' seharusnya menyambut mereka. 'Dia' disebut ilmuwan gila karena 'dia' memang gila dalam beberapa aspek.

"Kenapa kau menolak untuk pergi? Kau sudah tahu 'kenyataan' ada di luar sana," tanyanya.

***

Mundur ke momen penghentian di the Real Paradise.

Yang Hebat meraih tangan Han Sooyoung tanpa banyak kekuatan terkandung di dalamnya. Pada saat itu, Han Sooyoung tahu bahwa inilah akhirnya.

Dia mengingat semuanya, semua ingatannya terkait 'kenyataan' serta alasannya datang ke sini. Obsesinya untuk membuat seseorang yang disebut 'Kim Dokja' hidup karena dia sangat mencintainya di 'kenyataan'.

Biarlah dia menjadi musuh dunia 'kenyataan' dan penjahat terbesar, selama dia dapat membuatnya hidup, dia akan melakukan apa saja.

Namun, bagaimanapun dia diminta untuk berhenti oleh orang itu. Orang itu berkata bahwa 'dia' merasa puas di sini, di dalam 'mimpi abadi'.

Air mata seperti air dari bendungan yang hancur, mengalir tanpa henti darinya saat Yang Hebat tersenyum padanya.

"Terimakasih, kau penulis yang hebat, ini adalah kisah yang menakjubkan untukku. Aku hanya mengikuti semua naskahmu sebagai penonton dan aktor. Jangan salahpaham bahwa akulah yang membuatnya, aku hanya seorang pembaca untuk menggerakkan dunia di dalam 'mimpi abadi' ini," ujar Yang Hebat.

Yang Hebat tidak menyuruh Han Sooyoung meredakan air matanya yang terus menetes. Dia melanjutkan,"Ngomong-ngomong, tamu lainnya yang kau bawa, apakah mereka memang sukarela memasuki 'mimpi abadi' ini ataukah aku yang menyeret mereka secara paksa?"

Han Sooyoung menurunkan tubuhnya agar sejajar dengan tinggi Yang Hebat. Dia memukul kepala Yang Hebat dengan keras sambil marah-marah, "Idiot! Mereka adalah orang-orang yang berhubungan denganmu di 'kenyataan'! Apakah kau sudah melupakan 'kenyataan'?!" Diisi nada prihatin karena dia sadar bahwa itu wajar jika 'dia' lupa.

Yang Hebat mengusap kepalanya yang agak sakit karena pukulan Han Sooyoung, dia tidak marah justru dia tertawa bahagia.

"Ah, benar. Aku memang lupa, sudah sangat lama di sini. Aku bahkan tidak ingat alasan mendetail mengapa aku berada di sini. Tapi, itu bukan masalah, lagipula aku akan tertidur untuk selamanya. Ayo, nyanyian lagu pengantar tidur untukku, setelah itu kau dan tamu lainnya bisa keluar. Skenario terakhir tidak valid lagi, jadi hadiahnya akan menjadi kompensasi kalian," ungkapnya.

Han Sooyoung mengusap air matanya yang akhirnya tak bisa lagi keluar, lalu memberitahunya sesuatu yang juga membuatnya heran, "Ada satu orang gila lagi sepertiku yang bahkan bersedia menjadi protagonis utama yang menemanimu dalam kisah di 'mimpi abadi' ini. Kau tidak bisa mengusir dia secara paksa karena dia telah menyerap sebagian besar energi dunia yang kau ciptakan. Jadi, apa yang akan kau lakukan?"

Yang Hebat tidak menjawab, 'dia' menunjuk ke langit yang berwarna-warni dengan ikan-ikan 'cerita' beku menghiasi sambil mengalihkan topik, "Lihat! Bukankah itu indah? Aku mencoba membuat beberapa kutukan dan kisah relevan lainnya untuk sedikit menciptakan tragedi, tetapi aku harus mengakhirinya di tengah jalan. Seharusnya, tempat ini akan menjadi tempat terbaik untuk itu."

"Kim Dokja," panggil Han Sooyoung tiba-tiba.

Yang Hebat sedikit terkejut sesaat, kemudian membalas, "Kim Dokja tidak pernah ada, benarkan?"

"Tidak, Kim Dokja ada, dia ada di depanku sekarang. Kau adalah Kim Dokja!" putus Han Sooyoung.

Yang Hebat menaikkan sudut mulutnya sedikit seraya berbicara untuk terakhir kalinya kepada Han Sooyoung di 'mimpi abadi' ini.

"Mungkin masih ada kesempatan 'kehidupan', tapi siapa yang tahu," bisiknya ketika dia perlahan-lahan menghilang karena waktunya untuk program 'Good Night'  telah dimulai. "Selamat malam."

***

Ehm.... Aku harap kalian tidak pusing 😂

Terimakasih sudah membaca dan bertahan sejauh ini~ okeh, tinggal satu Epilog lagi.

Uwahhh, ini akan menjadi pertama kalinya, aku bisa menamatkan suatu cerita yang kutulis, untuk fanfic lainnya dan cerita original akan menyusulnya, semoga~

Next chapter