webnovel

Epilog 25 : Nightmares (2)

Ribuan senjata hitam menunggu perintah dari God Of Stories untuk merajam target. Dengan helaan napas yang berat, dia berbisik ke sosok sekarat di depannya.

"Nightmares, beritahu aku cara untuk memusnahkanmu. Aku yakin ini takkan berhasil."

Sosok berdarah itu menengadah ke layar merah transparan yang menampilkan pesan peringatan keras. Apa sebenarnya Tower Of Nightmares ini? Sosok itu menyeringai ketika memikirkan pertanyaan yang paling penting. Itu adalah sesuatu yang membelenggunya untuk waktu yang tak terhitung jumlahnya ataukah sebaliknya? Dia yakin akan mengetahui jawabannya setelah proses kemunculan yang sempurna, mungkin.

Sosok itu membuka mulutnya, tapi  hanya desisan pelan yang keluar seolah sangat sulit untuk mengatakan sesuatu dengan keadaannya saat ini. God Of Stories membaca gerak bibirnya lalu memindahkan aksesoris yang melayang ke orang-orang untuk membentuk penghalang transparan yang melindungi mereka dari dampak hujan senjata.

Yoo Jonghyuk meraung saat berusaha menyingkirkan penghalang transparan yang menghalanginya, dia menghantamnya dengan sekuat tenaga, dia harus mendapatkan jawabannya sekarang, saat ini, setelah dia mendapatkannya, dia takkan bertanya apapun lagi. Dengan kegilaan, Yoo Jonghyuk tak peduli meski tangannya patah dan darah mengalir dari hidung dan mulutnya.

Penghalang dari God Of Stories mustahil dipecahkan oleh mereka yang masih individu, tidak, mungkin ada satu yang bisa. Setitik cahaya harapan itu adalah Han Sooyoung yang sekarang memiliki wajah kaku.

Dia menoleh ke belakang, ke anggota partai yang tiba-tiba pingsan sebelumnya, peristiwa tadi terlalu mengerikan untuk ditanggung mereka, seharusnya dia dan Yoo Jonghyuk juga ikut pingsan. Akan tetapi, itu aneh seolah kesadaran mereka berdua dipaksa hidup sementara kesadaran mereka dimatikan. Dia menggigit bibirnya lalu menatap Plotter untuk mencari kebenaran dari situasi ini.

Mungkin...

"Kau sudah tahu itu," ucap Plotter sambil memegang erat-erat anak lelaki di gendongannya yang memberontak dengan kuat.

"Hyung!!!"

Han Sooyoung menatap wajah Plotter yang mencerminkan kerinduan pada anak itu lalu ke sosok sekarat di tengah ruangan kemudian ke anak itu yang berusaha pergi ke sisi kembarannya.

"Jonghyuk, hentikan!"

Akhirnya dia mengambil keputusan, dia harus tegas dan rasional agar tidak gila karena segala hal yang dia lihat dan ketahui tak bisa dipercaya. Namun, pria menyedihkan itu keras kepala seperti Plotter. Urat di leher pria itu berkedut-kedut untuk menjaga supaya dia tidak tertelan emosi.

"Hei, dengarkan aku. Kau harus mendengarkanku dulu! Sialan! Berhenti!"

Puok!

Han Sooyoung memukul bagian belakang kepalanya dengan keras, Yoo Jonghyuk akhirnya berhenti dan berbalik untuk menatap Han Sooyoung dengan kilatan kemarahan mendidih.

"Dengar, ini memang terdengar gila. Tapi kau harus percaya bahwa ini nyata. Jadi, dengarkan dengan baik dan diam, oke?"

Han Sooyoung dengan hati-hati membujuk pria yang hampir kehabisan kesabaran itu. Pria itu mengangguk dengan enggan lalu mendesaknya untuk melanjutkan.

"Sebagaimana yang aku pahami, dia telah merencanakan hal semacam bunuh diri ini sejak lama—"

Kuk!

Tangan Yoo Jonghyuk mencengkeram lehernya, yang terakhir berteriak, "Hei, penjelasanku belum selesai!"

Yoo Jonghyuk tidak peduli lagi, tidak, dia tidak mau mendengarkan apapun tentang itu.

"Minggir!!"

"Tidak, dengarkan dulu! Aku belum selesai! Lihat pesan itu, brengsek!"

Han Sooyoung mengarahkan tatapan Yoo Jonghyuk ke layar merah di atas yang tidak tertutupi senjata hitam, entah seperti apa bentuk tulisannya, yang terakhir memahami kata-kata yang ditampilkan.

<<Penghancur Great Land>>

<<Kemunculan 40%>>

Murid-murid mata coklatnya bergetar dan mulutnya sedikit terbuka.

"Great Land?"

Han Sooyoung mengangguk lalu melanjutkan penafsirannya yang brutal.

"Ya, dia penghancur Great Land. Aku tidak tahu apa itu Great Land, tapi yang pasti. Dia mencoba bunuh diri untuk tidak menghancurkan semua dunia termasuk kita. Tapi—"

Han Sooyoung mengamati semua senjata hitam itu selama beberapa saat lalu dia meneruskan.

"Dia tidak bisa mati... kau tahu apa yang kupikirkan saat ini? Alasan dia menyuruh kita datang ke sini? Dan..."

Han Sooyoung menelan ludah dalam kepahitan di mulutnya dan sakit hati. Air mata menggenang di kelopak matanya yang berkedut sesaat.

Yoo Jonghyuk memejamkan matanya lalu melanjutkan penjelasan Han Sooyoung, yang pertama telah memahaminya sejak awal melihat pesan di layar transparan itu.

"Dia ingin kita membunuhnya sama seperti di kastil kegelapan."

"Hah."

Han Sooyoung mendengus lalu dia tertawa kosong sebagai bentuk frustasinya.

"Aku sekarang paham tujuannya mengubah kita menjadi individu, ini tidak lucu, sungguh. Dia ingin mengutuk kita atau bagaimana!"

Kemarahan membanjiri mereka berdua. Pada saat singkat percakapan itu, Monarch Jaehwan diam-diam mengamati kedua orang aneh yang saling membuat frustasi lalu gila bersamaan. Dia kemudian menatap pesan yang menampilkan <<Penghancur Great Land>>, lalu memilah-milah pikirannya yang teracak.

—[Jaehwan, apa kau akan percaya jika aku mengatakan bahwa kau adalah boneka Tower Of Nightmares?]

—<Big Brother>, jika aku boneka, kau juga sama, kan?

—[Mungkin, mungkin tidak]

Pembicaraan singkat dengan <Big Brother> nya di dunia para dewa mitos yang sedang berperang. Di sana dia melihat kekacauan mengerikan yang dilakukan <Big Brother> nya dengan menghancurkan dunia itu perlahan-lahan sambil berseru [Ini peranku]

Lalu ingatannya memutar setelah <Big Brother> nya keluar dari penjara akibat kekacauan yang tidak dikehendaki Tower Of Nightmares itu.

—[Karakter itu menarik]

—[Mereka tidak terpengaruh Nightmares selama mereka tidak tahu tentangnya]

—Apa maksudmu, <Big Brother>?

—[Tidak seperti Great Land yang pernah hancur]

Itu adalah satu-satunya saat <Big Brother> nya mengutarakan sesuatu diluar jangkauannya untuk memahami. Keberadaan macam apa Nightmares itu? Boneka sebenarnya Tower Of Nightmares? Penghancur Great Land?

Monarch Jaehwan mendengar God Of Stories memanggil <Big Brother> nya dengan sebutan Nightmares. Entah mengapa, ada sesuatu yang berusaha menyeruak keluar dari dalam dirinya, seolah ingin membisikkan rahasia terlarang. Tentang identitasnya sendiri yang entah bagaimana tiba-tiba terbangun di Tower Of Nightmares lalu menjadi Penjelajah kemudian Juri, serta satu keabnormalan yang sering berubah-ubah.

Surururururuk!

Pemikirannya terputus akibat suara dari senjata hitam yang saling memancarkan energi masif. Dia menoleh ke target semua senjata itu.

"<Big Brother>..."

Untuk sesaat tatapan mata hitam dengan cincin kekacauan mendarat padanya, murid-murid mata Monarch Jaehwan mengecil dan bergetar.

Dia melihat God Of Stories mengangkat tangan kanannya seperti aba-aba, lalu semua senjata hitam bergerak.

"Akan ada Nightmares lainnya, tapi aku akan tetap menepati janji mengerikan ini."

Suara dinginnya menggema dan menusuk hati semua pendengar selain target. Yang terakhir membalas dengan suara sangat rendah hampir berbisik.

"Aku yang terakhir, takkan ada yang berikutnya."

Sambil memberitahukan sesuatu yang mencengangkan, sosok itu tersenyum tipis. "Mari kita akhiri permainan Nightmares ini, " lanjutnya.

God Of Stories tersentak, tapi masih mempertahankan ketenangan. Dia sangat paham apa yang disebut permainan Nightmares. Selama Nightmares ada, Great Land akan memiliki hitungan mundur untuk kehancuran dan direset ulang seperti sebelumnya. Bagaimana dia tahu itu jika sejak awal dia salah satu mainan Nightmares? Itu karena dia mengamati 'calon' Nightmares yang telah menjadi Nightmares yang sekarang berdiri di hadapannya.

God Of Stories menjatuhkan tangannya sebagai sinyal, semua penghalang pelindung berdengung keras dan semua senjata jatuh menuju targetnya.

Mungkin dalam wawasan Monarch Jaehwan, kejatuhan itu lambat. Namun, bagi penonton dalam perlindungan penghalang, itu sangat cepat, mata Yoo Jonghyuk dan Han Sooyoung membelalak dengan teriakan tercekik. Bahkan, Yang Hebat seperti kehilangan kewarasan memukuli Plotter.

"LEPAS!! LEPAS!! LEPAS!!"

Yang Hebat memukul, memukul, dan memukul dengan kekuatannya yang tersisa dan pergelangan tangan kanannya yang menghilang. Dia bertanya-tanya apakah semua usahanya hanyalah permainan bagi 'Reader'? Sungguh begitu? Dia teringat saat kelahirannya dalam kegelapan pekat dari 'Reader'.

—Aku lelah, aku ingin ini berakhir.

—"Bukankah kau masih memiliki beberapa harapan?"

Itulah pertama kali mereka berinteraksi setelah terpisah. Dan dia harus benar-benar terlepas dari 'Reader' sampai akhirnya memiliki kekuatan yang cukup untuk membantu 'Reader' mewujudkan keinginan tersembunyinya.

—Kau bukan aku dan sebaliknya, akan lebih baik jika kau menganggap kita sebagai saudara kembar bukan satu.

Emosi kekacauan yang dia ambil dari 'Reader' menerobos keluar, murid-murid mata hitamnya berubah merah seperti darah. Pada saat berikutnya —

Srak!

...

...

...

Boom!!!!

...

...

..

..

..

Itu sangat mengejutkan, meskipun ditikam oleh ribuan senjata tanpa jeda serangan, sosok itu masih berdiri. Namun, itu perkiraan mereka bahwa sosok itu masih baik-baik saja.

Bruk!

Setelah genangan darah yang hampir mencapai separuh ruangan merembes ke kaki para penonton, sosok itu terjatuh ke belakang. Satu, dua, tiga, beberapa kedipan mata para penonton yang gugup mengamatinya.

God Of Stories memandang ke atas ke layar transparan yang berkedip dengan pesan eror muncul. Kelegaan mewarnai wajahnya yang pucat pasi setelah melakukan hal paling mengerikan yang takkan pernah bisa dimaafkan. Dia berbalik ke penonton lain yang masih sadar terutama pada dua orang yang seperti kehilangan jiwanya. Cahaya di mata mereka meredup, mungkin sebentar lagi mereka berdua akan kehilangan kesadaran.

Saat dia sedang berjalan menghampiri keduanya—

Rasa dingin menusuk punggungnya, bulu kuduknya berdiri, dan murid-murid matanya gemetar. Sensasi aneh menekan posisinya sehingga dia tak bisa bergerak.

"Ini..."

[Reader]

Yang Hebat berhasil lepas dari Plotter dan menggunakan teleportasi yang mustahil digunakan di ruangan putih, tapi dia bisa menggunakannya. Dia langsung sampai di dekat tubuh bersimbah darah dengan jejak energi kekacauan yang tersisa.

Murid-murid matanya yang merah menekan sekitarnya saat dia meraih wajah 'Reader' dan memejamkan matanya.

***

Next chapter