Pagi ini, Ethan sudah bisa ke kantor karena Luna sudah sembuh, dan tidak minta ditemañi lagi. bad mood semalam, sudah mulai memudar. Wanita hamil itu mudah sekali berubah mood-nya.
"Nanti jangan lembur!" Pinta Luna saat Ethan akan memasuki mobilnya.
"Iya sayang. tenang saja, aku akan pulang lebih awal," balas Ethan, Pria itu mencium kening istrinya lalu mencium pipi kanan, pipi kiri.
"Adik bayi tidak dicium." Luna menunduk menatap perutnya.
Ethan terkekeh, "Haha ...maaf, lupa." Dia segera menunduk mencium perut Luna dan berkata, "Papa kerja dulu sayang,"
Luna merona, menggit bibir bagian bawahnya, "Yasudah, hati-hati," ucapnya.
Ethan segera memasuki mobil, dan mengemudikannya menuju kantor. Pria itu mengemudi dengan santai. Kini, ia merasa hidupnya sudah lengkap, tanpa bayang-bayang perceraian yang sangat ia takutkan.
Luna kembali masuk ke rumah. Dia memilih untuk menajlani senam hamil di ruang khusus. Dari pada nganggur kan, itu juga baik untuk kesehatan.
Saat ia fokus senam, ada tamu yang tidak ia sangka. Tamu itu segera berhamburan memeluknya.
"Lunaaaa. aku kangen banget sama kamu," U
ucap Vira. Ya! Tamunya adalah Vira, sahabat seperjuangannya.
"Iya Vir. Aku juga kangen sama kamu," Balas Luna.
Luna mengajak Vira untuk duduk di sofa ruang tengah. Tampak sahabarnya itu tertawa melihat sang model yang kini tubuhnya sudah bulat, dengan pipi yang agak chubby. Ah, tapi Luna tetap terlihat cantik.
"Kenapa kamu ketawa?" Tanya Luna sembari mendudukkan dirinya di sofa seberang Vira.
Bukannya menjawab, Vira malah balik tanya, "Kenapa lo makin bulet gitu Lun, padahal baru lima bulat?"
"Hemm. ya memang seperti ini Vir. Kenapa kamu belum hamil juga? apa David belum siap jadi daddy. Eh, hot daddy maksudku?" Tanya Luna sedikit terkekeh.
"Hem. kami sih, pengen cepat-cepat punya anak, tapi tuhan belum memberi rezeki itu," jawab Vira terdengar sendu.
Luna mengangguk paham. Dia ingat, sekali melakukan hubungan badan dengan Ethan saja, langsung hamil. Sedangkan Vira dan David yang sudah berbulan-bulan menikah, belum juga diberi rezeki itu. Mungkin memang begitu cara tuhan mempersatukannya dengan Ethan.
"Yang sabar Vir. Terus berusaha, semangat," ucap Luna.
"Iya Lun, aku sabar kok, dan berusaha, non stop, setiap hari hahaha..." balas Vira yang malah tertawa.
Luna ikut terkekeh membayangkan sahabatnya bercinta setiap hari, "huu dasar! Apa kamu tidah lelah?" Tanya Luna.
"Tidak. Eh, kok kita jadi ngobrol beginian sih. hiss ...kita dulu tidak pernah membicarakan hal vulgar selerti ini," jawab Vira, mulai keluar urat malunya.
"Tidak apa-apa. Kan kita sama-sama sudah menikah," ucap Luna, karena dia juga sudah melakukannya, meski baru dua kali.
"Oiya. Kemarin malam, gimana?" Tanya Vira. Dia ingat tentang kejutan yang sudah ia siapkan bersama Ethan kemarin malam.
Luna mengerutkan dahinya. Dia tidak mengerti apa maksud sahabatnya itu, "Kemarin malam, memangnya kenapa?" Tanya Luna.
"Halah ...Kan malam pertama, jangan berlaga pikun Lun, aku tau! Kan aku yang membantu Ethan menyiapkan kamar dengan nuansa romantis itu," jawab Vira sembari melirik Luna yang berlaga polos.
Luna terkejut mendengar jawaban Vira,"Serius? kamu membantu menyiapkan semua itu?" Tanya Luna.
"Iya lah. apa dia tidak cerita, aku membantunya sejak siang bersama David, lalu suamimu itu mengusir kami, supaya tidak mengganggu dinner kalian. Alangkah keterlaluan suamimu itu," jawab Vira dengan cengengesan.
"Dia bilang, menyiapkannya sendiri." Luna menampilkan ekspresi tidak senang. Pasalnya, sang suami tidak jujur padanya.
"Ya mungkin dia takut kamu malu. Sudah jangan dipikir!" seru Vira saat melihat ekspresi Luna.
"Ya sekarang aku jadi malu," ucap Luna dengan wajah yang ditekuk.
"Lagian, lama nikah baru malam pertama. Bagaimana bisa, seorang pria dapat menahan diri saat sekamar dengan wanita, apalagi itu adalah istrinya. Pasti Ethan sangat tersiksa menahannya," balas Vira.
Luna mengerucutkan bibirnya, perkataan Vira memang benar. Dia sudah membuat Ethan menunggu haknya selama berbulan-bulan.
"Iya aku tau aku salah Vir. Tapi saat itu aku memang masih belum yakin sudah mencintainya," ucap Luna.
"Jangan disesali! Yang penting dia tidak marah, sabar, dan sekarang kalian sudah saling mencintai," balas Vira.
Luna menganggukkan kepalanya, pertanda dia setuju dengan perkataan sabatnya itu. Karena asik ngobrol, Luna lupa menjamu tamu agung itu.
"Oiya. Mau minum apa kamu, Vir, Atau makan, tadi mbak Ira udah masak?" Tanya Luna dengan menaikkan alisnya.
"Hem. Dari tadi baru di tawarin, Keterlaluan," jawab Vira sembari melirik sahabatnya itu.
Luna terkekeh melihat lirikan Vira. Tampak seperti orang yang akan mengimintidasi, "Maaf, aku lupa. Kamu sih ngajak ngobrol terus."
"Aku tadi belum sarapan. Pengennya sih sarapan di luar. Kita keluar yok!" Ajak Vira dengan tatapan memohon.
"Mau kemana memangnya?" Tanya Luna.
"Ke caffe favorit kita dulu aja," jawab Vira.
"Yaudah, aku mandi dulu," pamit Luna sembari beranjak dari duduknya.
"Kamu belum mandi ya? Pantas saja, sejak tadi aku mencium aroma tidak sedap, apalagi kamu habis olahraga." Vira melirik Luna yang masih berdiri di seberang meja.
"huhh, dasar kampret," umpat Luna sembari memukul Vira dengan bantal yang ada di sofa.
Vira tertawa sembari menangkis pukulan Luna,"Hahaha ampun."
Luna berhenti dan tersenyum melirik sahabatnya itu. Rasanya lama sekali ia tak bercanda seperti ini, "Pokoknya tunggu!"
Luna segera berjalan ke arah kamarnya, sedangkan Vira menunggunya di sofa sembari memainkan ponselnya.
TING ...TONG
Terdengar suara bel berbunyi. Karena Ira tak kunjung membuka pintu. Vira beranjak dari duduknya dan berjalan menuju pintu utama.
Terlihat pria yang Vira kenali saat sudah membuka pintu.
"Edward," sapa Vira.
"Vira, ngapain kamu disini?" Tanya Edward dengan tatapan sinis.
Bukannya menjawab, Vira malah balik tanya, "Kamu juga ngapain kesini?"
"Mau ketemu Luna lah," Jawab Edward sembari masuk ke ruang tamu.
Vira menatap benci pria yang sudah meninggalkan sahabatnya itu. Bisa-bisanya dia datang kesini lagi, "Kenapa dia kesini, apa Luna diam-diam masih berhubungan dengannya? Tapi kan, Luna sudah menerima Ethan. Ini tidak beres," Batin Vira
^^^
Di kamar, Luna sudah selesai mandi. Kini ia sudah rapi, Dengan mengenakan daster berwarna putih yang elegant, dibalut dengan blazzer berwarna hitam. Dia membiarkan rambut panjangnya terurai. Wanita hamil itu tampak sangat anggun, meski hanya memoles wajahnya dengan make up yang tipis.
Luna berjalan menuju ruang tengah untuk menghampiri Vira. Namun, sahabatnya itu tidak ada. Dia berjalan menuju ruang tamu.
Matanya menatap malas pria yang sedang duduk berhadapan dengan Vira.
"Untuk apa dia kesini, Aku bahkan muak melihat wajahnya yang penuh kemunafikan itu," batin Luna sembari menghampiri Vira dan Edward.