webnovel

AMETSA MENGHILANG

Keesokan harinya Daniel baru saja bangun dari tidurnya dengan posisi yang duduk dikursi dan setengah tubuhnya bersandar di ranjang.

Keningnya berkerut dengan kedua tangan yang bergerak meraba pergelangan tangan yang selalu digenggamnya sepanjang malam tadi.

Hingga akhirnya laki-laki itu merasa ada yang aneh dan seketika Daniel pun mendongakkan kepala melihat tidak ada siapapun di atas tempat tidur membuatnya langsung menatap sekeliling kamar.

"Ametsa," panggil Daniel dengan suara seraknya itum "Kamu dimana?"

Kemudian Daniel pun berdiri dengan kesadarannya yang masih belum sepenuhnya kembali, laki-laki itu berjalan menuju ke balkon karena ia yang melihat pintu kaca nya yang terbuka lebar, tetapi ketika sampai di sana dirinya tidak melihat siapapun di sini membuat kekhawatiran darinya menjadi semakin besar terhadap gadis itu.

"Ini hanya mimpi, 'kan?" gumam laki-laki itu dengan satu tangannya yang baru saja menampar kecil pipinya. "Semalam aku baru saja berbicara dengannya, tetapi tidak mungkin sekarang ... AMETSA!"

Laki-laki itu berlari menuju keluar kamar Ametsa sembari terus memanggil namanya dengan suara yang cukup keras di rumah sebesar ini. Ia tidak pernah menyangka bahwa Gadis itu akan menghilang seperti ini dan yang paling menyebalkannya lagi adalah dirinya yang tidak diberi tahu apapun tentang kepergian Gadis itu secara tiba-tiba.

"AMETSA!" panggilnya lagi dengan nafas yang tersengal-sengal dikarenakan berlari kesana kemari untuk mencari satu orang di sebuah rumah yang begitu besar seperti ini. "KAMU DIMANA?! AMETSA!"

Karena rasa panik yang lebih dahulu menghampirinya menjadikan Daniel melupakan sesuatu. Laki-laki itu langsung meraba saku celananya sendiri sebelum akhirnya ia pun berdecak dan dengan sangat terpaksa harus kembali menaiki tangga menuju kamar Ametsa karena ponsel dirinya yang tertinggal di sana.

Suara pintu yang dibuka cukup keras oleh Daniel, laki-laki itu langsung berlari mencari ponsel miliknya di sekitar kamar hingga kedua matanya terjatuh pada sebuah benda yang sudah tidak asing lagi baginya yang ternyata berada di bawah dekat kakinya sendiri.

Seketika keningnya langsung berkerut ketika mengetahui hal tersebut dan ia sangat merasa bahwa dirinya tidak pernah menjatuhkan ponselnya sendiri sejak semalam. Dirinya tidak tahu apa yang sebenarnya telah terjadi hingga bahkan Gadis itu pun pergi tanpa memberitahunya terlebih dahulu.

Daniel berdecak sebelum akhirnya laki-laki itu mengambil ponselnya yang terjatuh di lantai lalu memastikannya bahwa tidak ada sesuatu yang penting di dalamnya.

"Jika memang ini yang kamu mau aku akan terima, akan tetapi aku tidak pernah bisa berhenti untuk peduli padamu. Karena hanya dirimu yang bisa mengubah hidupku menjadi lebih baik."

Setelahnya Daniel pun langsung menghela nafas, bersamaan dengan itu suara ponsel berdering membuatnya langsung mengalihkan perhatiannya ke arah layar ponsel miliknya sendiri.

Saat ini ini kedua matanya melihat sebuah nama yang tertera di layar ponselnya yang sudah lagi tidak asing baginya.

Mengetahui hal tersebut Daniel pun langsung menjawab panggilan masuk itu itu dengan malas.

"Halo Ma, ada apa?"

"Kamu di mana?"

"Aku masih di rumah Ametsa, memangnya kenapa?"

Terdengar suara helaan nafas dari seberang sana yang membuat Daniel menaikkan satu alisnya.

"Di mana Ametsa?" tanya wanita itu dengan senyum tipisnya. "Mama ingin bicara dengannya."

Mendengar hal tersebut membuat Daniel langsung memijit pangkal hidungnya sejenak dengan kedua mata yang terpejam.

Kemudian laki-laki itu pun berkata, "Justru itu Ma, aku pun tidak tahu di mana dia sekarang." matanya sembari memandang lurus ke arah balkon dengan raut wajah yang sulit untuk dijelaskan.

"Maksud kamu apa apa?" tanya wanita itu dengan kening yang berkerut. "Bukannya kamu baru saja mengatakan bahwa kamu masih di rumah dia, bagaimana bisa kamu bicara seperti itu? Apa yang sebenarnya terjadi?"

Kedua mata Daniel langsung terpejam membayangkan betapa frustasinya laki-laki itu dikarenakan menghawatirkan sahabatnya yang entah dimana saat ini.

Keheningan pun terjadi dengan Meyra yang merasa bahwa ada sesuatu yang disembunyikan oleh putranya itu.

"Daniel," panggil wanita itu.

Laki-laki itu yang tersadar pun langsung berdeham kemudian berkata, "Iya Ma," jawabnya.

"Kamu kenapa?" tanyanya."Jangan coba-coba menyembunyikan sesuatu dari Mama, ya?"

Sejujurnya Daniel pun tidak tahu harus berkata apa lagi kepada wanita tersebut sehingga dirinya kini dengan sangat terpaksa harus mengatakan yang sejujurnya kepada Meyra tentang keberadaan Ametsa yang menghilang.

Hanya saja ia takut bahwa wanita itu akan sangat khawatir sehingga dirinya menjadi merasa bersalah karena tidak bisa menjaga sahabatnya sendiri yang sedang tidak baik-baik saja.

Meyra yang masih menunggu putranya berbicara pun kembali menghela nafas, wanita itu tahu bahwa sebenarnya ada yang sedang disembunyikan saat ini oleh Daniel.

"Daniel," panggilnya lagi.

"Ma," sahut Daniel. "Sebenarnya ada yang ingin aku katakan yang sejujurnya kepadamu."

Meyra menghela nafas lalu berkata, "Katakan saja apa yang ingin kamu katakan."

"Sebenarnya aku sedang mencari Ametsa."

Suasana pun kembali hening dengan Daniel yang merasa khawatir setelah mengatakan yang sebenarnya kepada Meyra.

"Apa maksudmu?" tanya Meyra dengan kening yang berkerut serta perasaan yang sudah bercampur aduk. "Dia baik-baik saja, kan?"

Daniel yang mengetahui itu langsung menghela nafas, ia pun tidak tahu lagi harus mencari kemana karena dirinya baru saja terbangun dan sudah tidak mendapati kehadiran Gadis itu di atas tempat tidur.

"Aku baru saja terbangun, tetapi aku tidak melihat kehadiran Ametsa di sini. Dan aku sudah mencarinya ke seluruh ruangan yang berada di rumah ini."

Meyra yang mengetahui itu langsung memejamkan kedua matanya. "Apa kau yakin sudah seluruh ruangan?"

Laki-laki itu langsung menganggukkan kepala meskipun wanita tersebut tidak akan bisa melihatnya. "Ya, aku sudah mencarinya ke seluruh ruangan yang ada di rumah ini, tetapi aku tidak melihat batang hidungnya sama sekali."

"Apa dia tidak menitipkan pesan kepadamu?"

Sayangnya Gadis itu tidak Meninggalkan pesan apapun, bahkan untuk sekadar memberitahukan kepada dirinya dan hal itu yang membuat ia menjadi merasa khawatir karena takut terjadi sesuatu itu kepada ada seseorang yang begitu dicintainya.

"Tidak Ma, apa yang harus aku lakukan sekarang?"

Mira menghela nafas. "Tunggulah, biar Mama beritahu papamu lebih dulu."

Laki-laki itu pun mengangguk bersamaan dengan mengolah nafas lalu berkata, "Ya sudah, aku akan mencoba mencarinya di rumah ini sekali lagi. Sebaiknya Mama dan Papa cepat datang kemari karena aku takut Ametsa berada dalam bahaya."

Mendengarnya saja membuat wanita tersebut geleng-geleng kepala, lalu berkata, "Jangan bicara seperti itu, karena ucapan bisa menjadi kenyataan. Mengerti?"

"Ya, aku mengerti."

Pada akhirnya Daniel pun memutuskan untuk mengakhiri panggilannya. Laki-laki itu akan mencoba mencarinya sekali lagi di rumah besar ini ini untuk menemukan sahabatnya sendiri.

Daniel masih mencoba berpikir positif sebelum pikiran negatif nya menguasai.

Next chapter