Satria benar, sunset itu menakjubkan. Bahkan, aku lebih menyukai sunset daripada sunrise. Nggak ada alasan filosofi tertentu. Hanya soal selera mungkin.
Aku mengambil sebuah sandwich yang di dalamnya terdapat sayur, smoke beef, keju, dan saos mayo. Tapi kemudian sandwich itu diambil alih Satria. Dia memberiku sandwich yang hanya berisi telor dan keju. Aku menatapnya sebal.
"Sayurnya mentah. Dagingnya kurasa juga nggak terlalu matang. Kamu kan nggak boleh makan makanan mentah."
Itu benar, tapi sayur mentah yang ada di sandwich, burger, hotdog, dan makanan sejenisnya, aku suka. Kali ini aku terpaksa menerima sandwich isi telor.
"Kalau masih lapar, kamu bisa makan roti-roti itu."
Sarapan dua lembar roti tawar dengan telor di tengahnya, sudah sangat mengenyangkan. Apa lagi minumnya susu.
"Aku semalam beneran kesal," kataku. Matahari perlahan naik dari ujung cakrawala.
"Aku tahu."
"Apa nggak penasaran bagaimana aku bisa tahu?"
Support your favorite authors and translators in webnovel.com