Setelah menjelaskan menu yang mereka sajikan, aku langsung berbisik pada Satria. "Apa yang dia bilang, Bang?"
"Dia bilang daging kambing ini memakai dua tehnik memasaknya. Kedua teknik ini menghasilkan warna daging yang masih pink di dalam, tapi matang di luar. Jadi keseluruhannya tetap lembut untuk dimakan. Kalau istilahnya Rey, it will melt in your mouth. Yummy!"
Astaga! Bundo! Tiba-tiba aku rindu masakan mama. Mending aku makan daging rendang mama sajalah. Hidangan seuprit dengan harga selangit ini benar-benar membuatku geleng-geleng kepala. Aku nggak menemukan nasi sama sekali. Bahkan daging embek ini cuma di temani potato gratin, asparagus, dan saos apa sih itu nggak tahulah.
"Bang, besok-besok kita ke restoran Padang aja kalau mau makan. Astaga Bang, daging seuprit ini mah sekali suap juga udah habis."
"Ayolah, Sayang. Sudah setahun kita menikah, sikap kamu masih saja seperti ini."
Support your favorite authors and translators in webnovel.com