Aku menggeram dongkol. Entah karena apa. Karena ucapan Satria yang meluncur begitu saja, atau karena aku sedang kesal lantaran wanita itu sudah pernah mengisi hati Satria. Aku nggak tahu. Dan pada saat yang sama, aku melihat wanita itu sedang memandangi kami dari tempatnya berdiri.
"Kok dilepas?" tanya Satria.
"Aku mau ke toilet."
Aku bergegas melangkah meninggalkan Satria. Dadaku naik turun menahan jengkel. Kata-kata 'bukan urusan kamu' masih terngiang di kepalaku.
Toilet sepi ketika aku sampai. Bagus, aku jadi lebih leluasa meluapkan emosi.
"Dasar Dugong kampret!"
Aku benci dijadikan alat untuk mencapai keinginannya.
Aku menelisik wajahku di depan cermin. Dan menggeleng kecewa ketika aku nggak menemukan hal yang menarik pada diriku sendiri. Mustahil sekali mengharapkan cinta dari Satria. Kalau bukan karena Kak Reni yang kabur, aku nggak mungkin ada di sini. Fakta sebenarnya, aku itu nggak diharapkan.
"Oh, ada orang rupanya di sini."
Support your favorite authors and translators in webnovel.com