Imelda sudah menduga jika hal itu bakalan terjadi. Alasan itu juga yang membuat ia sempat ragu untuk mengatakan hal itu pada kakaknya. Ia tak ingin menambahkan perasaan benci yang sudah bersarang di hati Vincent Mahendra.
"Lepaskan perasaan benci di dalam hatimu, Kak," bujuk Imelda pada seorang pria yang masih duduk di sebelahnya.
Pria itu bangkit dan berdiri, melemparkan pandangannya ke sekeliling tempat itu. Tiba-tiba saja, pria itu tersenyum penuh arti. Seolah ada sedikit cahaya yang baru saja menerobos masuk di sudut hatinya.
"Bukankah di sana itu adalah helipad?" Vincent menunjukkan ke sebuah sisi di mana sebuah helikopter bisa mendarat di atap rumah sakit itu. "Apakah helikopter benar-benar pernah mendarat di rumah sakit ini?" tanya Vincent seperti seorang anak kecil yang begitu ingin tahu akan sesuatu yang baru.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com