webnovel

Part 45

Ivi diantar oleh Felix ke kursusnya untuk mengurus beberapa berkas.

"Kamu langsung ke kantor aja Hon.. aku nanti bisa pulang dijemput Elven atau taksi online kok.." ucap Ivi sambil membuka seatbeltnya.

"Gak bisa sayang... Pokoknya aku bakal tetep nungguin kamu.." Felix.

"Yaudah ayo masuk ke ruangan aku aja" ajak Ivi dan Felix mengangguk. Mereka berjalan melewati lobi kursus.

"Selamat Pagi Bu..." ucap Nisa

"Pagi Nisa.." ramah Ivi.

Ivi memasuki ruangannya. Ia kembali membuka data-data di laptopnya yang terlihat tidak beres.

"Ke ruangan saya sekarang!" ucap Ivi pada Nisa di sebrang telepon.

"Permisi Bu, " ucap Nisa memasuki ruangan.

"Nis, ini semua datanya gak salah? Coba deh kamu cek" ucap Ivi sedikit kesal. Nisa kelihatan panik dan mencoba memeriksanya.

"E..." Nisa melirik sekeliling ruangan. Felix yang tengah membaca koran di sudut ruangan pun memfokuskan pandangannya pada interaksi Ivi dan Nisa. Ia meletakkan koran itu di atas meja, menatap tajam Nisa tanpa sepengetahuan Nisa.

"Bu.." panggil Nisa cemas.

"Ada apa Nisa?" tanya Ivi masih dengan volume normal.

"Maafkan saya bu.. maafkan..." ucap Nisa merasa bersalah sambil memegangi tangan Ivi.

"Tell me the real!" ucap Ivi sedikit meninggikan nada bicaranya.

"Bu-bu... Sa-saya..." gugup Nisa. Felix bangkit dari duduknya, melangkah ke arah mereka dengan sorot tajam nya. Ia menggebrak meja.

Brak!!

"Kau memanipulasi data keuangan beserta seluruh siswa-siswi dan pengajar?! Katakan!" emosi Felix.

"Bu-bukan begitu pak" gugup Nisa.

"LALU APA?! Kau tidak tahu terima kasih?! Istriku sudah sangat baik dengan seluruh karyawannya! Ia bahkan sering memberimu bonus bukan?!" bentak Felix.

"Felix... Udah.. jangan gitu.. Biarin Nisa jelasin semuanya. Kamu balik baca koran nya" ucap Ivi menenangkan.

"Bagaimana Ivi?! Aku duduk santai saat istriku sedang dalam masalah?! Yang benar saja!" emosi Felix. Ivi menghembuskan nafas. Ia pasrah jika Felix sudah emosi.

"Jelaskan dengan baik, Nisa" lembut Ivi.

"Saya terpaksa melakukan ini karena diancam oleh Nona Irene bu" ucap Nisa sambil memejamkan mata.

"Bagaimana bisa?" Ivi. Felix terus memperhatikan Nisa.

#Flashback On

Nisa akan menutup Kursus Ivi karena jam sudah menunjukkan pukul 21.30 WIB. Ia sedang menutup pintu, namun seseorang datang.

"Halo Nisa... Masih ingat saya gak?" ucap Orang itu dengan senyum miring. Seseorang itu datang bersama dengan seorang lain di dalam mobil yang diparkirkan di depan kursus.

"Irene... Ada apa kamu ke sini? Apa bu Ivi yang menyuruh?" tanya Nisa biasa.

"Hahah... Tidak, tentu tidak. Aku hanya ingin menyampaikan sesuatu kok"

"Apa itu?"

"Manipulasi seluruh data kursus Ivi. Buat seolah-olah kursus ini down!"

"Tidak mungkin!"

"Oh begitu ya? Baiklah aku terpaksa akan menghancurkan seluruh keluargamu... "

"A-apa maksudmu.? Kenapa kau begitu? Bukankah Bu Ivi adalah kakak Iparmu dan dia begitu baik?"

"Hahah aku tak peduli. Lakukan tugasmu! Atau aku akan membuat suamimu semakin gila!"

"Jangan Irene! Kumohon jangan.." mohon Nisa

"Ok, lakukan tugasmu"

#Flashback Off

"Maaf bu... Suami saya sudah 1 tahun depresi karena kehilangan anak kami.. Saya takut Irene akan nekat.. Saya gak berani bu..." ucap Nisa menangis.

"Sialan! Mereka berdua slalu mencari masalah!" kesal Felix.

"Sayang... Sabar.. Jangan gegabah.." tenang Ivi.

"Mereka begitu licik! Aku akan mengumpulkan semua bukti untuk menjebloskan mereka!" geram Felix.

"Iya Sayang.. Hm Nis, lalu bagaimana keadaan suamimu sekarang?"

"Saya membawanya ke psikolog setiap seminggu sekali bu.. "

"Yaudah kalau begitu kamu boleh keluar.. Jangan diulangi ya"

"Maaf bu.."

Nisa keluar.

"Bedebah! Aku gak akan tinggal diam!" emosi Felix. Ivi bangkit dari duduknya. Ia menggenggam lengan Felix.

"Kita gak boleh emosi sayang... Berdo'a dan berusaha. Bismillah" tenang Ivi.

"Astaghfirullah... " ucap Felix

.....

Elven menghampiri Calvin di Rumah Sakit. Calvin baru selesai mengoperasi orang. Ia duduk dengan wajah lelahnya di ruangannya di Rumah Sakit.

"Akel.." ucap Elven saat membuka pintu.

"El.. Sini, masuk" titah Calvin. Elven duduk di depan Calvin.

"Akel.."

"Kenapa El?"

"Irsyana gak ada di rumah.." panik Elven.

Calvin hanya memasang wajah datar. Ia melepas sarung tangan di tangannya.

"Biarkan saja... Akel sudah malas mengurus mereka. Dia sama saja seperti ibunya." cuek Calvin.

"Tapi kel, bahaya kalau sampai Irsya gabung sama tante"

"Biarin aja El.. Nanti, kita susun rencana lain. Benar kata papa kamu, buah jatuh tak kan jauh dari pohonnya. Dia sama seperti Irene. Atau mungkin dia bukan darah dagingku" ketus calvin.

"Kel..."

"Cukup El. Tak perlu memikirkan dia. Kita pikirin cara untuk menyelesaikan masalah perusahaan."

"Okay, terserah akel.. Aku akan bantu"

.....

Ivi dan Felix telah sampai di kantor Felix. Saat berada di parkiran, ekor mata Ivi menyipit untuk melihat seseorang yang berjarak lumayan jauh darinya.

"Elina..." gumam Ivi.

"Siapa sayang?" tanya Felix saat mendengar Ivi menyebut sebuah nama dan mengikuti arah tatapan Ivi.

"Dia.. mantan juniorku sewaktu kuliah.. Sedang apa ya dia?" gumam Ivi.

"Kita samperin aja biar kamu gak penasaran."

Ivi pun mengangguk dan berjalan ke tempat di mana Elina berdiri.

"Elina!" panggil Ivi sedikit teriak.

Elina menoleh dan sedikit berpikir.

"Kak Nata!!" seru Elina senang dan langsung berhambur ke pelukan Ivi.

"Ya Allah lin.. kakak kangen banget sama kamu"

Elina melepas pelukan itu.

"Kak, tahu gak? Aku tuh nyariin kakak kemana-mana.. Ish alhamdulillah tapi udah ketemu"

"Oh ya? Kakak kira kamu udah lupa heheh"

"Ih enggaklah kak... Eh ini siapa kak?" tanya Elina menunjuk Felix.

"Suami kakak lin... Sayang, kenalin ini Elina."

Mereka berjabat tangan namun Felix masih dengan wajah datarnya.

"Kamu ngapain berdiri di depan kantor suami kakak?"

"Eh? ini kantor suami kakak?"

"Iya..."

"Aku lagi nungguin adik sepupu aku kak... Katanya mau jemput. Aku baru meeting di resto depan soalnya"

"Oh gitu.. sudah sukses kamu sekarang ya" puji Ivi.

"Ya Allah kak ini juga berkat kakak... Alhamdulillah.."

"Heheh..."

"Kak, aku dengar perusahaan ini sedang dalam masalah ya?"

"Iya lin.. Ada yang sabotase data produksi perusahaan mengenai new brand dan lainnya"

"Kak, adik sepupu aku itu pengusaha sukses. Nanti, aku bakal minta bantuan dia buat bantuin perusahaan ini. Aku janji kak.."

"Beneran? Kamu serius nih lin?"

Tanya Ivi tak percaya. Begitupun Felix.

"Serius kak... Kak, kita tukeran nomor handphone ya.. Nanti aku kabarin kakak..."

"Siap lin siap..." Ivi tersenyum puas. Felix pun tersenyum tipis tanpa sepengetahuan mereka.

'Semoga ini adalah jalan terbaik DariMu ya Allah..' Batin Felix.

"Kak, aku pamit ya.. Dia nunggu di parkiran resto ternyata" ucap Elina pamit.

"Eh iya... Hati-hati lin... Makasih lho"

"Heheh sama-sama kak... Next time kita harus ngobrol pokoknya. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam.."

Elina meninggalkan keduanya. Ivi dan Felix saling pandang dengan senyuman.

Next chapter