Felix kelimpungan karena penghasilan perusahaan terus anjlok sementara biaya pengeluaran semakin meningkat untuk memperbaiki stabilitas keuangan perusahaan.
Ia tengah duduk di kursi kebesarannya dengan wajah lesu.
Ia menyembunyikan wajahnya di antara tangannya yang terlipat di atas meja.
Lalu, ia mendongakkan kepalanya sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.
"Ya Allah... Apa yang harus aku lakukan?? Argh!!!" ia menggebrak mejanya, lalu mengusap kasar wajahnya.
"Astaghfirullah sayang!" panik Ivi saat memasuki ruangan Felix dan melihat Felix dengan kondisi seperti itu. Felix menatap lesu kehadiran istrinya. Ivi berjalan ke samping Felix.
"Kamu kenapa? Apa yang terjadi?" tanya Ivi khawatir dan sedikit menunduk sambil mengusap pundak Felix. Felix berdiri dan memeluk istrinya.
"Sayang... Perusahaan aku semakin hancur.. Aku gak tahu harus gimana.. Maafin aku.." Felix mengatakan hal itu dengan sesenggukan. Sungguh, hati Ivi sakit saat melihat suaminya menangis seperti ini. Ivi melerai peluknya dan memegang pundak Felix.
"Satu hal yang perlu kamu tahu... Allah slalu punya jalan keluar untuk setiap masalah HambaNya.. Kamu sudah berusaha, sisanya kamu hanya perlu berdoa. Serahin semua sama Allah.. Kita berjuang bersama ya.." ucap Ivi menenangkan Felix. Felix kembali memeluk istrinya.
"Maafin aku sayang.. Aku gak bisa urus perusahaan Papa aku dengan baik... Maafin aku.."
Ivi mengeratkan pelukannya, ia menepuk pelan punggung Felix sambil menahan air matanya.
"Sayang... Gak boleh gitu... Ini adalah rencana Allah... Di balik semua ini, pasti ada hikmahnya.. Aku akan slalu dampingi kamu"
"Makasih sayang.. Makasih karena kamu slalu ada untuk aku..."
"Sudah menjadi kewajiban aku sayang..."
"Aku janji akan perbaiki semua ini.. "
"Iya sayang iya... Lebih baik, kita pulang, kamu perlu istirahat yang cukup untuk memikirkan perusahaan ini ke depannya"
"Iya sayang..."
Mereka pun melangkah menuju mobil. Tadi, Ivi ke sini diantar oleh Elven.
.....
#Di Mobil
"Oh iya, tadi kamu sama siapa ke kantor?" tanya Felix
"Sama Elven sayang... Kebetulan tadi dia mau ada urusan jadi aku minta tolong untuk anter aku ke kamu" Ivi
"Oh gitu... Kok tumben?"
"Iya.. Soalnya perasaan aku gak enak tentang kamu. Aku khawatir, jadi aku samperin kamu. By the way, kamu udah makan siang kan?" tanya Ivi khawatir.
"Udah kok udah" bohong Felix.
"Kamu bohong kan?"
"Iya.. Eh enggak donk"
"Felix! Ini udah jam 3 dan kamu belum makan siang? Ya Allah... Aku tahu kamu stress mikirin perusahaan, tapi, kamu juga harus jaga kesehatan donk.. Kita cari tempat makan di depan sana"
"Gak usah .. Ntar makan di rumah aja.. Nanggung.."
"Kamu yakin?"
"Iya sayang gak apa-apa... Bentar lagi juga sampai rumah"
"Tapi janji ya langsung makan?"
"Iya sayang... Udah ya... Jangan khawatir"
"Hmm"
'Tadinya aku mau minta anterin Felix ke kursus, tapi ngelihat dia kayak gini, yaudah lah besok aku ke sana sendiri' Batin Ivi
.....
Calvin dan Elven tengah menyelidiki sesuatu di perusahaan Calvin.
"El, kamu jago kan IT?" tanya Calvin memastikan.
"In Syaa Allah kel... Aku kan ikut les di kursus Mommy" Elven
"Yaudah, sekarang, coba kamu cek seluruh file di laptop ini... Mungkin, kita akan menemukan jejak"
Elven mulai mengotak-atik laptop itu untuk bisa membuka password-nya.
"Alhamdulillah kel.. Udah kebuka" Ucap Elven saat ia berhasil membuka password di laptop itu.
"Wah... Bagus El.. Cek file nya" Calvin
Elven mengecek beberapa dokumen file.
'Dear Love'
Akel menemukan File dengan nama 'Dear Love'
"Dear Love??" gumam Elven yang membuat Calvin mengernyit bingung.
"Kenapa El?" Calvin
"Ada file ini" tunjuk Elven pada file tersebut.
Calvin diam sejenak.
'Apa isi file itu? Aku rasa tidak mungkin bahwa isi file itu adalah diriku...'Batin Calvin.
"Coba dibuka El"
"Kel, ini sebenarnya Laptop siapa?" tanya Elven
"Irene"
"Ha?? Kenapa akel curiga sama tante Irene?" tanya Elven heran.
"Gak tahu kenapa ya El, akel curiga sama dia sebagai salah satu anggota keluarga yang dicurigai."
"Maksudnya?"
"Joe pernah bilang bahwa kita juga harus hati-hati dengan salah satu anggota keluarga kita. Karena boleh jadi pengkhianat itu adalah satu dari kita semua. Dan, beberapa kali akel mencurigai Irene. Lalu, akel berniat untuk membongkar isi laptopnya"
"Sebenarnya, Elven juga sedikit curiga kel.. Tapi, Elven berusaha untuk gak curigain tante Irene.. "
"Apa yang mendasari kamu juga mencurigai dia?"
"Aku dan Irsya pernah lihat dia di cafe dengan seseorang yang gak aku tahu siapa.. Dan, feeling aku bilang bahwa seseorang berhoodie hitam itu adalah lelaki"
Calvin berpikir sejenak.
"Hoodie hitam?"
Elven mengangguk.
Calvin kembali memutar ingatannya tentang Irene. Ia juga pernah melihat Irene di pinggir jalan dengan seseorang yang entah siapa. Namun, Calvin menepis hal itu, mencoba berpikiran bahwa itu bukanlah Irene.
'Aku juga pernah melihat Irene dengan seseorang... Tapi, aku berusaha menepis pikiranku bahwa itu adalah Irene. Apa benar Irene telah mengkhianati aku?' Batin Calvin. Elven melambaikan tangan di Hadapan Calvin.
"Kel?? Are you okay?" tanya Elven
Calvin tersadar dari lamunannya.
"Ah... Iya El.. Coba dibuka sekarang" titah Calvin dan diangguki oleh Elven.
"Kel, ini dipassword lagi" keluh Elven
"Sial! Jangan-jangan dia udah tahu kalau Laptopnya mau dibajak?"
"Sepertinya begitu.. Tapi, bukan Elven namanya kalau menyerah gitu aja." ucap Elven semangat dan kembali mengotak-atik laptop itu.
.....
Ivi dan Felix telah tiba di rumah.
"Sayang, kamu mau makan dulu atau bersihin badan dulu?" tanya Ivi.
"Aku mandi dulu ya sayang... Nanti, kita makan bareng"
"Aku udah makan sih.. Tapi yaudah gak apa-apa, nanti kita makan bareng"
Felix mengecup singkat kening Ivi.
"Saranghaeyo" Felix.
"Sok korea wkwk"
"Hahah... Yaudah ya aku mandi.. "
"Iya sayang..."
....
Elven berhasil membuka password file tersebut.
"Yess!!! Success!!" ucap Elven semangat saat ia berhasil membuka password file itu. Calvin tersenyum senang.
"Alhamdulillah... "
Mereka melihat isi file itu.
'Dear love~1'
Kita bertemu di saat waktu yang kurang tepat. Aku sudah tak lagi menyandang status sendiri..
Jujur, aku menyukaimu saat pertama kali aku menatap tatapan itu..
Aku tahu ini berlebihan..
Tapi sungguh, aku menyukaimu..
Semoga Tuhan kembali mempertemukan kita..
~~~~~
'Dear Love~2'
Tuhan seolah benar-benar memahami aku.. Kita kembali dipertemukan di tempat yang berbeda...
Ia mengajakku ngobrol di cafe Liliana..
Kami berbincang soal pasangan..
Ah.. Ternyata ia masih sendiri..
Sungguh,aku menginginkan dia saat itu juga. Namun, bagaimana dengan Calvin? Aku juga tengah mengandung anaknya..
~~~~~
'Dear Love~3'
Tepat hari ini, putri mahkota keluarga ini terlahir ke dunia. Calvin, suami yang tak pernah aku cintai memberinya nama 'Irsyana Calista'
Jujur, saat aku bertemu dengan lelaki itu, aku seolah tak ingin kehadiran bayi ini..
Tapi, aku harus membuatnya terlahir ke dunia agar keluarga Calvin semakin menyayangiku...
Maaf, aku menikah denganmu bukan atas dasar cinta, melainkan atas dasar harta..
Terima kasih untuk kehidupan yang luar biasa ini, suamiku, Calvin...
~~~~~
'Dear Love ~4'
Aku dan dia membuat janji untuk bertemu di cafe Liliana..
Sejak saat itu, kami sepakat menjadikan cafe itu sebagai cafe favorite kami...
Aku benar-benar menyukai pria ini bahkan aku mulai mencintainya...
Ia mengajakku untuk melakukan sesuatu..
Awalnya aku ragu, namun mengingat aku yang mencintainya, aku berusaha untuk membuatnya tersenyum dengan menuruti kemauannya..
Maaf miss... Oh ralat, kakak ipar, aku harus merusak keluarga kalian..
~~~~
"Sialan!! Jadi benar? Musuh dalam selimut di keluarga ini adalah Irene?! Perempuan gak tahu diri!!!" emosi Calvin sambil menggebrak meja. Elven menatap prihatin Akelnya.
"Kel, sabar... Akel jangan gegabah.. Kita juga harus menggunakan cara licik.. Jangan gegabah" tenang Elven
"Kamu benar El... Akel akan melakukan sesuatu yang membuat Irene akan menyesal telah melakukan ini" ucap Calvin dipenuhi dengan emosi.
"Kita akan memulai rencananya"
*******