webnovel

Part 38

Elven telah tiba di gedung sekolahnya.

Hari ini ia akan mengikuti ujian sekolah. Sekolah masih sepi, bahkan sangat sepi. Ia memarkirkan motornya di parkiran siswa. Ia melangkah menuju ruang kelasnya.

"Kenapa begitu sepi? Apa gue terlalu pagi? Ah.. aneh" gumam Elven dan langsung melangkah masuk. Saat tengah berada di koridor, Elven tak sengaja mendengar seseorang berbicara di sebuah ruangan.

"Sudah ada guru yang datang ternyata..." gumam Elven berhenti sesaat lalu melanjutkan langkahnya. Namun langkahnya kembali terhenti saat...

Ia pun menempelkan telinganya di pintu.

'Jadi? Kakak udah berhasil menyentuh perusahaan nya? Bagus kak! Setelah menunda rencana ini begitu lama, akhirnya kita bisa kembali melanjutkan rencana ini. Kakak tenang saja, aku akan membantu kakak membereskan semua ini. Kita akan bersama menghancurkan mereka.'

'......'

'Ah tenanglah kak... Aku dan 'dia' akan terus membantu kakak... By the way kak, kurasa dia menaruh rasa terhadap kakak.. Hahah... '

'.....'

'Gak apa-apa donk kak... berarti kita bisa memanfaatkan dia hahah....'

'...'

'Kau benar kak... Dia sangat bodoh'

'.....'

'Ah baiklah kak... aku tutup ya... Aku harus mengajar dulu'

'.....'

'Siap kak'

Tut..

'Aku akan menghancurkanmu... Maaf.. Tapi sepertinya kita sudah tak layak disebut sahabat... Aku membencimu !' gumam Orang itu dengan seringainya.

Setelahnya, Elven langsung bergegas menuju ruangannya. Kondisi sudah cukup ramai. Ia duduk di kursinya. Lalu menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Oh Ya Allah... Kenapa aku khawatir dengan obrolan orang itu? Aku seperti merasa bahwa ini berhubungan dengan keluargaku... Semoga Engkau slalu melindungi keluargaku.." gumam Elven lalu menormalkan diri.

Teman Elven menarik kursi untuk duduk menghadap Elven.

"Woi ven! Muka lo kenapa gitu? Takut ya lo??" canda teman Elven.

"Gak! Pergi lo!" ketus Elven

"Yeee sialan! Awas lo nyontek jawaban gue"

"Bacot nilo!" kesal Elven pada Nilo, teman lelakinya.

"Ah! gak asyik lo!" Nilo pun meninggalkan Elven.

.......

Ujian berlangsung cukup tenang. Mereka pun telah menyelesaikan ujian hari ini.

Elven ke luar kelas sendiri. Ia melangkah dengan wajah datarnya. Seseorang memanggilnya dari belakang.

"Abang!" Panggil seorang perempuan di belakang Elven sambil berlari kecil. Elven menoleh. ia berhenti untuk menunggu perempuan itu. Perempuan itu kini berjalan berdampingan dengan Elven. Ia berjalan sambil memegangi tas punggungnya.

"Irsya pulang bareng abang ya" ucap Irsyana. Ya, perempuan itu adalah Irsyana.

"Hm" Elven hanya membalas dengan deheman.

"Kok hm doank bang? Abang kenapa? Abang sakit ya?" tanya Irsya cemas.

"Enggak ca... Udah ya jangan bawel.." ucap Elven sedikit kesal.

"Ish!! Irsya kan cuma tanya.. PMS abang nih" ucap Irsya sedikit menghentakkan kakinya. Elven mengabaikan Irsya.

Mereka pun tiba di parkiran. Elven mengambil helmnya dan memakainya. Lalu, saat ia melangkah untuk menaiki motornya..

"Helm buat Irsya mana bang?" tanya Irsya bawel

"Gak ada! Abang gak bawa helm!" ketus Elven

"Ish nyebelin ah!" Irsya mengerucutkan mulutnya.

"Mau pulang bareng gak?!"

"Ya maulah"

"Yaudah buruan naik!"

"Ish judes"

Irsya menaiki moge Elven.

Elven melajukan kendaraannya dengan kecepatan normal. Ia mengingat seseorang di dalam ruang guru tadi yang berbicara di dalam telepon dengan seseorang. Tiba-tiba....

"ABANG AWAS!!!!" Teriak Irsya saat Moge Elven hampir menabrak kucing yang sedang menyebrang.

CITTTT!!!

Elven mengerem mendadak mogenya.

Elven dan Irsya menghembuskan nafas kasar. Jantung Irsya berpacu lebih cepat dari biasanya. Ini karena dia benar-benar panik. Elven kemudian membuka helmnya dan mengusap kasar wajahnya.

"ARGH!!!! " Teriaknya seperti orang yang berputus asa.

"Astaghfirullah... untung gak kena" ucap Irsya sambil mengelus dada.

Irsya melirik Elven melalui kaca spion.

'Bang Elven kenapa ya? Kayaknya dia lagi banyak pikiran deh.. Semoga aja masalah bang Elven cepat selesai supaya bang Elven bisa kayak dulu lagi' Batin Irsya.

Elven melamun sejenak.

'Apapun keadaannya, gue harus selidiki semua permasalahan ini. Gue gak bisa biarin Daddy and Mommy mikirin ini semua sendiri. Sial!! Siapa orang yang berani merusak kebahagiaan di keluarga gue?!' batin Elven penuh kebencian.

"Bang, ayo jalani lagi motornya..." ucap Irsya pelan sambil menepuk pundak Elven.

Elven tersadar dan mengangguk. Ia pun kembali melajukan motornya.

......

Saat di perjalanan, Mata Irsya tak sengaja menangkap objek yang ia kenali.

"Mama??" gumam Irsya yang masih bisa didengar oleh Elven.

Elven melirik kanan kiri dan menemukan objek yang dimaksud oleh Irsya.

'Ngapain tante Irene di sana? Sama siapa lagi dia? Gue ngerasa ada yang gak beres sama dia.. Om Calvin harus tahu hal ini' Batin Elven.

......

Mereka pun tiba di rumah Elven.

"Assalamualaikum aunty, uncle!!!" ucap Irsya sedikit berteriak.

Ivi pun keluar untuk menyambut mereka.

"Assalamualaikum mom" ucap Elven datar.

"Hey... Waalaikumsalam anak Mommy and ponakan aunty yang paling cantik" Elven dan Irsya menyalim tangan Ivi. Ivi mencubit gemas pipi Irsya.

"Mom, Elven ke kamar ya" ucap Elven lesu dan langsung berjalan ke kamar tanpa menunggu jawaban Ivi. Ivi mengernyit heran atas sikap Elven.

'Ada apa dengan Elven ya?? Semoga dia baik-baik aja' Batin Ivi bertanya-tanya.

"Ty, dari di sekolah tadi, aku perhatiin abang murung deh" ucap Irsya yang menatap punggung Elven yang hampir menghilang.

"Gitu ya sayang?? Hm mungkin bang Elven lagi kurang enak badan..." ucap Ivi agar Irsya tak terlalu khawatir.

"Hm iya mungkin ya ty.."

"Yaudah ayo masuk... kamu ganti baju terus makan ya sayang" ucap Ivi pada Irsya.

Irsya hormat.

"Siap aunty ku sayang!!" Irsya tersenyum dan berjalan berdampingan dengan Ivi memasuki rumah.

"Oh ya mama kamu ke mana Sya?"

Tanya Ivi saat mereka berjalan di ruang tamu.

"Katanya ada urusan pekerjaan.. Tapi..." Irsya menjeda kalimatnya.

"Tapi apa sayang?"

"Tapi tadi aku lihat mama di cafe... Gak tahu sama siapa" ucap Irsya sedikit cemberut.

"Hm mungkin teman bisnisnya sayang"

"Semoga bener ya ty"

"Yaudah sana bersih-bersih terus ganti baju"

"Ok ty..."

.....

Elven berduduk di pinggir ranjangnya setelah bersih-bersih dan mengganti pakaian.

"Aku gak mau terjadi sesuatu dengan keluarga ini.. Ya Allah... Tolong, lindungi keluarga Elven..." lirih Elven menunduk dengan wajah yang tertutupi punggung tangannya.

Elven mendongakkan wajahnya. Ia menatap lurus ke depan.

"Tadi, tante Irene ngapain ya di Cafe?? Kenapa perasaan aku bilang kalau belakangan tante Irene sedikit berubah? Apa yang sebenarnya terjadi?? Kenapa masalah di keluarga ini terus bertambah sementara masalah lain belum selesai?? Argh!!" Elven menumbukkan tangannya di ranjang.

...

Ivi melangkah menuju kamar Elven. Pintu kamar Elven sedikit terbuka.

Ivi menemukan Elven dengan kondisi kacau.

"Maafin Mommy sayang... Mommy buat kamu kepikiran soal masalah keluarga kita..." lirih Ivi menatap sendu putranya.

"Mommy juga ngerasa bahwa tante Irene sedikit berubah sayang.. Semoga ini hanya firasat kita saja..." gumam Ivi. Irsya yang baru ke luar kamar. For your information, kamar yang ditempati Irsya berada di sebelah kamar Elven. Irsya yang melihat Ivi berada di depan pintu kamar Elven pun menghampirinya.

"Aunty??" panggil Irsya pelan. Secepat mungkin Ivi menghapus air matanya.

"Iya sayang? Kenapa? Kamu mau makan?" tanya Ivi untuk mengalihkan pertanyaan Irsya.

"Aunty nangis?" tanya Irsya dengan tatapan sedih.

"Hmm enggak kok sayang.." Irsya pun mengintip kamar Elven.

"Seberat apapun masalahnya, Allah pasti punya jalan ke luar untuk kita selesaikan masalah ini ty... Aunty yang sabar ya... Aku sayang aunty" Irsya memeluk Ivi.

"Makasih sayang... Oh ya, kalau kamu mau makan, kamu duluan ya.. Aunty mau temuin abang kamu Dulu"

"Ok ty.. Irsya ke bawah ya"

"Iya sayang..."

...

Ivi mengetuk pintu kamar Elven. Elven pun menoleh. Lalu Ivi melangkah mendekati Elven dengan senyuman.

Ivi duduk di samping Elven.

"Anak mommy kenapa? Lagi ada masalah ya?" tanya Ivi lembut. Elven menggeleng.

"Enggak kok mom... Elven baik-baik aja"

"Jangan sedih ya sayang.. Cepat atau lambat, kita Pasti bisa selesain masalah ini... Kita akan cari jalan keluarnya sama-sama..." Ivi memberikan senyuman setenang mungkin.

"Iya mom... Mom jangan sedih juga ya... Elven janji bahwa Elven akan slalu jagain Mommy, Daddy dan adik. Elven sayang Mommy" Elven memeluk Ivi. Ivi membalas pelukan itu.

"Mommy lebih sayang kamu..." Ivi mengecup Puncak kelala Elven.

"Makasih Mom.. Makasih karena telah menjadi ibu terbaik untuk Elven" Elven melerai pelukan itu dan menatap wajah ibunya.

"Sudah kewajiban Mommy sayang"

"Ayo mom kita makan bareng Irsya"

"Ayo"

Mereka pun melangkah menuju lantai bawah.

Next chapter