webnovel

Part 26

Calvin menikmati makan siangnya sambil menunggu pelayan tadi membersihkan dirinya.

"Tuh cewek lama bener dah.. Gue keburu mau meeting lagi nih.. " Gerutu Calvin saat Irene tak kunjung menghampirinya. Tak lama pelayan itu datang dan berdiri di depan Calvin.

"Ma-maaf saya sudah membuat anda menunggu.."ucap Pelayan itu gugup.

Calvin tertegun. Ia menatap gadis di depannya dengan kagum. Gadis di hadapannya saat ini benar-benar cantik dan lembut, pikirnya.

"Hm.. Duduk."Perintah Calvin. Gadis itu duduk di kursi depan Calvin.

"Bagaimana? kamu Sudah resign dari pekerjaanmu?" Tanya Calvin santai.

Gadis itu hanya mengangguk. Ia terus menunduk tanpa berniat menatap Calvin.

"Biasakan jika berbicara maka lihatlah orangnya. Apakah lantai itu terlihat lebih menarik daripada wajah tampan saya?" Sindir Calvin. Gadis itu terlihat gugup. Ia perlahan menatap Calvin.

"Ma-maaf... Saya ti-tidak bermaksud tuan." gugupnya.

"Hmm... Ikut dengan saya sekarang!" tegas Calvin.

"Ke-kemana?" Irene mengerutkan kening bingung.

"Ikut saja. Ayo!" Calvin mengeluarkan 2 lembar uang 100 ribu, meletakkannya di atas meja dan menarik gadis itu ke luar dari cafe. Calvin membuka pintu mobil untuk gadis itu.

"Masuk. Jangan banyak tanya!" Calvin. Gadis itu hanya mengangguk. Calvin menutup pintu mobil sedikit kesal sambil menggerutu.

"Menyebalkan!" gerutu Calvin.

Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Setibanya di parkiran mobil, gadis itu menatap takjub sekelilingnya.

"Apa ini? Apakah ini sebuah perusahaan? Semewah ini?"-Batin gadis itu.

"Ayo keluar!" Calvin dan gadis itu keluar bersamaan. Ia lalu membawa gadis itu ke ruangannya.

"Kau membutuhkan pekerjaan bukan? duduklah.."Calvin.

"Iya tuan.." jawab Irene disertai dengan anggukan dan duduk.

"Siapa namamu?"

Calvin sedikit duduk di pinggir meja kerjanya sedang gadis itu duduk di sofa ruangan.

"Irene tuan.."

Yes guys, dia Irene yuhuuu...

"Umurmu?"

"20 tahun tuan.."

"Sudah kukatakan dia masih begitu muda... Dan, cantik..."Batin Calvin.

"Kau bekerja saja atau?"

"Saya kuliah dan bekerja.."

"Hmm... Jurusan?"

"Manajemen bisnis.."

"Tepat sekali... Kau boleh bekerja denganku mulai besok."

"Sungguh?"

"Apa aku terlihat seperti sedang bercanda nona?"

"Tidak tuan... Terima kasih.." ucap Irene dengan senyum bahagia?

"Ya.. Apa kau senang?"

"Tentu.. Saya sangat membutuhkan pekerjaan untuk menafkahi diri saya dan kuliah saya tuan.. Terima kasih.. Ini sangat membantu saya."

"Kau hidup sendiri?"Calvin terkejut.

"Iya tuan.."

"Di mana keluargamu?"

"Mereka telah tiada tuan... " Irene menunduk menahan tangisnya. Calvin tahu, ini sangat berat untuk Irene. Ia lalu mengalihkan pembahasan.

"Di mana kau kuliah?"

"Di ------"

"Benarkah?"

"Iya tuan..."

"Kau tunggu aku 1 sampai 2 jam di sini. Setelah itu aku akan membawamu pergi. Dan, kau boleh makan semua yang ada di depanmu itu. Ingat, jangan kemana-mana."

"Baik tuan... Tuan..." Panggilnya saat Calvin akan membuka pintu.

"Ada apa Irene?"

"Apa aku boleh tahu, kerjaan apa yang akan kau berikan padaku?"

"Hmm.. Kau akan menjadi asistenku."

"Apa tuan yakin?"

"Tentu. Aku harus pergi Irene. Aku sudah terlambat. Jaga dirimu.."

"Baik tuan."

Calvin segera menuju ruang rapat.

.....

Selesai rapat, Calvin diam di tempat, tepatnya di ruang rapat itu.

"Irene berkuliah di universitas tempat kak Ivi dulu mengajar... Apa Irene dan kak Ivi saling Mengenal?? ah.. kenapa aku harus memikirkan itu? gumam Calvin.

Ia pun menepuk keningnya.

"Oh Ya Allah.. aku melupakan Irene yang aku tinggal di ruanganku.. Oh Ayolah Calvin... fokus..." Calvin lalu bangkit dari duduknya dan menuju ruangannya. Di mana ia meninggalkan Irene.

.....

Setelah acara makan siang tadi, Ivi membicarakan masalah Irene dengan Felix.

"Menurut kamu, apa yang bisa kita lakukan honey? Aku benar-benar khawatir dengannya.. "ucap Ivi khawatir.

"Kita temui saja dia.. Nanti kita bicara baik-baik dengannya.. Jika masalah materi, aku tentu akan bantu." Felix.

"Aku gak tega lihat Irene seperti itu. Dia anak yang pintar dan sopan.. Aku khawatir jika saat ini ia sedang menanggung masalah yang besar. Seperti masalah keluarganya. Karena seingatku, dia hidup dengan orang tua angkatnya... Dan beberapa waktu lalu, ia bertemu dengan orangtua kandungnya.. Kiana juga bilang bahwa kedua orang tuanya.. Baik yang kandung maupun tidak, telah berpulang.." ucap Ivi lirih.

Felix merangkul istrinya dan mengecup puncak kepala Ivi.

"Jangan khawatir... Nanti kita cari jalan keluarnya ya.. Kamu jangan terlalu memikirkan itu. Aku gak mau hal ini malah membuat kandungan kamu melemah karena kamu yang stress mikirin Irene. Percaya sayang.. nanti, akan ada solusinya.." Felix menenangkan Ivi.

"Iya maafin aku ya..."

"Iya sayang.. Yaudah lebih baik kamu istirahat ya..."

Felix membawa Ivi untuk tidur.

.....

Calvin memasuki ruangannya.

"Maaf, karena kau harus menungguku lama..." ucap Calvin pada Irene yang tengah membaca sebuah majalah di meja itu.

"Ah iya tidak apa-apa tuan... Saya mengerti" ucap Irene dengan senyumnya.

"Kau sudah makan kan tadi?" tanya Calvin saat melihat meja yang tadinya berisi makanan telah kosong.

"Ah iya.. aku sudah makan tuan.. dan aku juga sudah membersihkan alat makan tadi.." ucap Irene

"Hmm baiklah.. Tapi, seharusnya kau tak perlu melakukan itu. Ada Office Boy yang seharusnya melakukan itu. Lain kali, jika kau perlu sesuatu, mintalah pada mereka.. Kau mengerti??"

"Hm baik tuan.. Saya sudah biasa melakukan hal itu tuan.. Tak apa"

"Tapi saat ini posisimu sudah berbeda nona... Kau tak boleh seperti itu.. Sesekali kau juga harus tegas.. Jangan terlalu lemah jika kau tak ingin harga dirimu diinjak-injak oleh orang lain"

"Maafkan saya tuan.. saya berjanji akan memperbaiki semuanya."

"Ok. Sekarang ikutlah denganku"

Irene mengangguk.

.......

Elya pulang ke rumahnya dengan kesal. Ia melempar tasnya ke sofa. Ia menghentak-hentakkan kakinya sambil mengusap rambutnya.

"Ahhhh!!! Sebel sebel sebelll!!!! Keselll!!!!" gerutu Elya. Dela datang menghampiri putri semata wayangnya. Ia ikut duduk di samping putrinya. Ia merangkul Elya.

"Ada apa sayang?? Kenapa wajah kamu kesel begitu? Cerita sama Mama" ucap Dela lembut.

"Ma.. aku kesel banget tahu gak? Pelayan cafe itu udah buat baju aku kotor, terus dia gak mau ganti rugi eh malah ada cowok yang tolongin dia dan marah-marahin aku.. Padahal kan yang salah tuh dia.. Aku kesel ma..."

"Yaudah sayang... Jangan ngambek donk.. anak mama gak boleh ngambek... Nanti, kita cari tahu tentang pelayan itu dan juga cowok yang marahin kamu" bujuk Dela.

"Tapi ma, cowok itu ganteng banget.. Dan yang aku lihat dia juga bukan orang sembarangan ma.."

"Oh ya?? Siapa sayang?"

"Aku gak tahu pasti siapa ma..."

Drrrttt...

"Ma, manajer cafe itu udah kirimin aku soal data pelayan itu."

"Siapa dia?"

"Namanya Irene ma.. Mahasiswi di univ... Eh ma dia satu kampus sama pacar aku..."

"Oh ya??"

"Iya ma... Ish awas aja lo ya gue bakal hancurin lo.. Dan ma, ini cowok yang tadi tolongin dia. CCTV Cafe berhasil dapatin muka si cowok"

Elya menyerahkan ponselnya pada Dela. Dela pun melihat foto itu.

"Astaga ly.. dia ini anak tante Veni sama Om Adri..."

"Iya ma? Beneran?"

"Iya sayang.. Kalau gak salah namanya Cal... Calvin... Dia anak kedua mereka"

"Ma...!!! Aku mau donk sama dia.."

"Terus, pacar kamu gimana?"

...

...

..

..

..

...

....

.....

Hola guys... Part kali ini cukup pendek heheh... Yups... So guys, jangan lupa vote dan tinggalin komentar terbaik kalian ya..

Happy reading :)

Next chapter