1 bulan sudah Felix meninggalkan Ivi berlayar. Kini Ivi tengah mengandung anak Felix di rahim nya. Ivi sedang berdiri di balkon kamarnya sambil mengelus perutnya yang masih berusia 6 minggu. Sebulan yang lalu pada saat Felix memaksa Ivi untuk periksa, ternyata Ivi sedang hamil.
Flashback on
Kala itu mereka langsung ke RS dimana Calvin praktek. Di saat yang lain harus membuat janji sebelum periksa, Felix dan Ivi tak perlu membuat janji. Pihak RS juga sudah paham akan mereka yang sebagai investor besar di RS ini.
Calvin terkejut melihat kakak dan kakak iparnya datang.
"Ada apa gerangan nih kalian kesini? Gak bilang-bilang lagi..." ucap Calvin ramah
"Sebelumnya gue minta maaf sudah marah-marah sama lo kemarin vin..." ucap Felix merasa bersalah.
"Yaelah kak santai... Ada apa?"
"Ivi tuh mual-mual.. Kepalanya pusing katanya. Coba deh lo periksa. Lo kan dokter multitalent.."
"Hahah sa ae lo ... Yaudah yuk kak ipar baring,biar aku cek..."
Ivi pun berbaring di bed. Dan Calvin mulai memeriksa Ivi.
"Ok selesai..." Ivi pun turun dari bed dan duduk di sebelah Felix.
"Jadi istri gue kenapa vin?"
"Wahhh selamat ya buat kalian..." ucap Calvin sumringah.
"Selamat apa vin.?" tanya Ivi heran
"Kalian berdua akan jadi orang tua sebentar lagi... Duhhh..." ucap Calvin senang.
Felix dan Ivi saling menatap. Kebahagiaan terpancar di wajah keduanya.Felix pun langsung memeluk Ivi.
"Alhamdulillah akhirnya sayang... Akhirnya kita dianugerahi anak..." Felix terharu. Ivi bahagia namun di lain sisi, dia takut. Takut saat nanti Felix pergi, tak ada yang menjaga nya dan anak di kandungannya. Ivi hanya diam. Ia benar-benar bingung saat ini. Felix yang merasa Ivi hanya diam pun melerai pelukan itu.
"Kamu kenapa diam aja? Kamu gak bahagia?"
Calvin yang disitu hanya bungkam menatap keduanya.
Ivi menunduk. Ia bingung. Felix menangkup wajah Ivi.
"Sayang,kamu kenapa?" ucap Felix lembut. Diam,namun air mata Ivi lolos begitu saja. Ivi yang tersadar langsung menghapusnya.
"Hey,kamu nangis? Kenapa?" tanya Felix lembut.
"Hmm... Aku bahagia kok.. Iya bahagia.." Ivi tersenyum namun ada kesedihan dibalik senyumnya.
"Apa yang kamu takutkan?"
Ivi menatap dalam Felix. Lalu ia menggeleng.
"Kamu yakin?"
Ivi hanya mengangguk.
"Maaf ya... Di kehamilan kamu yang masih terbilang muda ini,aku gak bisa jagain kamu. Gak bisa ada di sisi kamu... Kamu gapapa kan?"
Kalimat itu,kalimat yang sangat menyakiti hati Ivi. Air matanya kembali lolos. Calvin yang melihat keduanya pun ikut larut dalam kesedihan.
'Gue gak kuat lihat dua insan ini kayak gini. Ya Allah lindungi pernikahan mereka..'Batin Calvin.
Ivi tersadar kalau di sini ada Calvin yang tidak seharusnya ikut dalam urusan pernikahannya.
"Gak aku gapapa... Lebih baik kita pulang ya.. Aku pengen istirahat..."
"Yaudah kita pulang ya... Vin, gue sama Ivi balik ya.."
"Ok.. Hati-hati kalian.."
"Vin,makasih ya.." ucap Ivi
"Ah iya kakak ipar... Jaga baik-baik ya kak.."
Ivi hanya mengangguk.
Mereka pun pulang ke rumah.
2 hari setelahnya, Felix harus berangkat untuk berlayar. Saat ini mereka sedang sarapan.
"Nanti saat aku pergi,kamu jaga diri baik-baik ya sayang... Kalau kamu perlu sesuatu,minta tolong sama bibi. Kalau mau pergi-pergi,minta tolong sama Calvin ya.."
"Hmmm..."
"Maaf ya aku gak bisa ada di samping kamu."
"Hmm..."
Felix langsung berdiri di belakang Ivi. Ia tahu istrinya tak siap ditinggalkan olehnya. Ia berjongkok di samping istrinya.
"Aku janji bakal pulang lebih cepat dari biasanya. Aku juga bakal sering-sering telepon kamu. Pokoknya, walaupun aku jauh,aku akan tetap mantau kamu... Ya sayang??" ucap Felix lembut kemudian berdiri dan mengecup puncak kepala Ivi.
"Aku sayang banget sama kamu..."
"Makasih... Yaudah kamu siap-siap aja sekarang. Aku gamau kamu telat.."
"Iya sayang.. Yuk bantu aku..."
Flashback off
Ia bermonolog pada kandungannya.
"Sayang, mama tahu kamu rindu banget sama papa. Tentu,papa juga sangat merindukan kita. Tapi, papa harus cari nafkah buat kita..." Setelah itu, Ivi kembali duduk di sofa kamarnya dan menyalakan tv. Fyi guys,orang tua nya Ivi lagi di luar kota jadi Ivi di rumah cuma sama pembantu. Hp Ivi berdering terus-terusan karena ada banyak notif masuk. Ivi melihatnya dan muncullah notif dari grup mahasiswa nya semasa dia menjadi dosen dahulu. Terlihat mereka mengisi grup dengan kata-kata rindu terhadap dosen mudanya itu.
'Bu dosen... Ibu apa kabar? Kami rindu banget sama bu Ivi.. Ibu sehat??'
'Ibu.. Sejak nikah kok gadak kabar bu...?? gak pernah join di grup lagi.. Kami rindu bu..'
'Ibu, gimana kabaranya? Sehat kan bu?'
'Ibu kapan kami bisa ketemu? Kami kangen banget deh..'
'Iya bu,boleh donk shareloc biar kami main ke rumah ibu..'
Dan Banyak lagi. Ivi tersenyum membaca isi grup itu. Lalu dengan lincah jari-jarinya mengetik.
'Hai.. Kalian apa kabar? Ibu alhamdulillah sehat...'
'Kuliah kalian gimana? Lancar kan?'
'Sini dong main ke rumah ibu... Ibu juga kangen banget sama kalian...'
'Tapi kalau mau datang, kabari ibu dulu ya. Biar ibu shareloc...'
'Wah boleh tuh bu.. Kalau gitu lusa kami ke sana ya bu.. Kebetulan libur... Hehe'
'Ok siap bu ...'
'Langsung share loc aja bu.. Biar lusa kami langsung cusss kesana..'
'Unch sayang ibu deh...'
Blablabla....
Akhirnya chat mereka pun berujung dengan Ivi yang menshareloc alamatnya. Dan beberapa topik lain. Setelah itu, Ivi pun sholat isya.
Selesai sholat ia berdoa untuk dirinya dan keluarganya.
"Ya Allah.. Lindungilah aku,suamiku dan calon bayi kami. Lindungi seluruh keluarga kami. Kuatkan iman kami dan jadikanlah kami manusia yang bertaqwa kepadaMu. Engkau maha baik ya Allah maka berikanlah kami kebahagiaan yang selalu membuat kami ingat akanMu."
Setelah itu Ivi berniat untuk tidur. Namun, hp nya berdering. Ya, Felix menghubungi nya setelah 2 hari ini tak ada kabar. Sejak Felix pergi, Ia sangat sering menghubungi Ivi. Namun belakangan ia sangat jarang. Ivi tak pernah ingin menghubungi Felix duluan karena ia takut mengganggu Felix.
"Halo Assalamualaikum.."
"Waalaikumsalam sayang... Kamu gimana? Sehat kan?"
"Alhamdulillah sehat. Kamu?" Ivi berkata tidak seperti biasanya. Ia sedikit kecewa dengan sikap Felix belakangan lantaran jarang menghubungi nya.
"Alhamdulillah sayang ... Kamu sudah makan?"
"Sudah.."
"Yaudah kamu jaga kesehatan ya... Jangan capek-capek..."
"Hm kamu juga.."
"Yaudah aku tutup ya... Assalamualaikum.."
"Waalaikumsalam.." Ivi sedih,kecewa. Suaminya tak seperti biasanya. Biasanya, Felix slalu memberi alasan mengapa ia jarang menghubungi nya. Namun kini, ia seakan hanya sekedar menghubungi Ivi saja tanpa perhatian lain.
"Kenapa kamu berubah? Hiks... Kamu sudah gak peduli lagi sama aku. Bahkan kamu gak tanya gimana kabar baby kita.. Hiks.. Kamu berubah Lix.. Aku kecewa sama kamu....
Ini yang aku takutkan dari jarak di antara kita. Aku takut kamu lupa sama aku. Aku takut kamu berpaling dengan perempuan lain. Hiks... Ya Allah lindungi pernikahan kami..." Setelah itu, Ivi pun memilih untuk tidur.
Setelah memutuskan berhenti dari pekerjaannya di pelayaran, Alfi sekarang menjadi seorang manajer keuangan di salah satu Perusahaan Besar.
Hidupnya pun berkecukupan. Sejak saat itu, Alfi memilih untuk tinggal di apartemennya. Ia sudah jarang berhubungan dengan orang tuanya. Ia memilih hidup sendiri. Meskipun begitu, ia tetap mengirimkan uang untuk orang tuanya. Alfi sedang duduk di balkon apartemennya sambil menikmati secangkir kopi dan cookies.
"Setidaknya kehidupan gue juga gak buruk-buruk banget setelah hengkang dari pelayaran itu. Gue lebih menikmati setiap waktu gue sekarang.. Rasanya lebih santai.. Hmm.. Apa kabar Ivi disana ya? Sudah lama gue gak ganggu dia..." uacp Alfi dengan smirknya.
"Sepertinya gue harus kembali bermain dengan pernikahan mereka. Tapi kali ini, harus sedikit licik. Wait it guys.." Ia memicingkan matanya dan mengeluarkan smirk nya.
Lanjut gak guys? Aku gak yakin hm... Please comment guys... Thanks :)