Pagi-pagi sekali, Teo sudah berdiri diluar gerbang sekolah bersama dengan Cattalina, Zack, Karina dan Tiara "Teo, bukannya lebih baik yang di dalam Ibukota lebih dulu? Ya … maksudku mereka yang lebih dekat," Tanya Zack, karena Teo memutuskan untuk mencari mereka yang berada diluar Ibukota lebih dahulu.
"Tidak, Ibukota kemarin baru saja diserang, kan? Ada kemungkinan kalau orang-orang sedang sensitif, apalagi ada kemungkinan kalau mereka berada bersama bangsawan, Aku tidak mau berselisih dengan mereka … merepotkan," Jelas Teo menjelaskan kenapa ia memilih untuk mencari yang jauh lebih dahulu.
Teo memutuskan untuk mencari yang berada di kota pelabuhan terlebih dahulu, lalu setelahnya adalah kota terdekatnya yaitu kota perbatasan, Kota Treath.
Cattalina juga menyetujui apa yang Teo rencanakan, karena menurutnya memang apa yang Teo katakan itu ada benarnya perihal orang-orang yang menjadi sensitif setelah perang.
"Oh iya, karena mantelmu robek, Aku memberikan ini sebagai gantinya," Ucap Cattalina, ia memberikan sebuah jubah hitam yang hampir menutupi seluruh tubuhnya sampai pahanya, juga ada hoodie yang dapat menutupi kepalanya "Lalu ini," Cattalina memberikan sekantung uang berisi tembaga dan perak dengan jumlah yang cukup banyak "Kamu perlu uang kan? Jadi Aku harap ini cukup untuk satu bulan … lalu, ini," Cattalina memberikan satu kantung lagi "Ini dari Ibu, dia berterima kasih karena sudah menyingkirkan lawannya. Yah kamu tau, masalah keluarga Cruile."
Mengingat masalah itu, Teo ingat kalau ia pernah diberitahu kalau hilangnya keluarga Cruile dari jajaran bangsawan kerajaan Lumenia benar-benar membantu keluarga Blouse dari berbagai macam hal, bahkan Tuan Walles juga sempat berterima kasih kepadannya "Ah begitu, walau sebenarnya Aku yang berbuat salah sih, Apa tidak apa-apa?" Tanya Teo.
"Tidak apa-apa, apa yang Kamu lakukan saat itu sudah benar. Kamu melakukannya karena menjaga nama baik Kami kan? Kalau begitu, itu sudah cukup," Jawab Cattalina untuk menghilangkan keraguan Teo.
"Ah begitu ya," Lalu pandangan Teo teralih kepada Karina yang tampak sangat khawatir, ia mendekatinya lalu memegang pundaknya "Aku akan segera kembali. Setelah itu, bersama yang lain, Aku berjanji akan membawa kalian kembali ke Indonesia," Ucapnya sambil tersenyum, ucapannya membuat Karina terlihat sedikit tenang, ia hanya mengangguk perlahan "Yah semuanya akan berjalan di lancar kalau keparat itu tidak ikut campur lagi," Ucap Teo terdengar sangat kesal saat mengingat sosok berjubah misterius sebelumnya.
"Te-Teo Kau menyeramkan," Ucap Zack.
"Ahahaha," Dan Cattalina hanya tertawa kecil.
Percakapan singkat itu berakhir, mereka semua terdiam melihat kearah Teo dan Teo juga sedang memejamkan matanya lalu ia menghembuskan nafasnya "Aku rasa sudah saatnya," Ucap Teo, lalu ia memeriksa apa yang ia bawa selama perjalanan. Uang, pistol, peluru pistolnya, pedang sihirnya, semuanya sudah ia bawa dan sekali lagi ia menghela nafasnya "Ya semuanya sudah cukup … Kalau begitu Saya–."
"Ah tunggu sebentar," Tiara tiba-tiba menyelanya, lalu ia mendekati Teo dengan sebuah kotak yang terbungkus kain "Ini, makanlah di perjalanan. Ah, jangan buang kotaknya, ya," Ucap Tiara sambil tersenyum. "Lalu satu lagi, ini," Tiara memberikan sebuah benda silinder berwarna hitam, itu adalah peredam suara untuk pistol Teo yang Teo tinggalkan dirumah.
"Ah, Aku meninggalkannya ya," Setelah berkata begitu, Teo terdiam melihat mereka, untuk beberapa saat Teo merasa sakit di dalam dirinya sampai ia menurunkan pandangannya, helaan nafasnya merubah apa yang ia rasakan itu "Terima kasih … Kalau begitu sudah waktunya Saya pergi–."
"Ah tunggu sebentar!" Kali ini Cattalina yang menyela nya.
"Sekarang apalagi?" Dan Teo mulai merasa jengkel.
Tiba-tiba Cattalina bersiul cukup keras dan setelahnya, burung berwarna putih muncul dari langit dan hinggap di pundak Cattalina. Cattalina memindahkan ke telapk tangannya, ia pun berbicara dengannya "Ikutlah dengannya … Tunjukkan jalannya," lalu Cattalina memberi sedikit dorongan keatas dan burung itupun berpindah ke pundak Teo "Bawalah dia bersama mu, dia akan menunjukkan jalannya," Ucap Cattalina sambil tersenyum.
"Ah ini akan sangat berguna, terima kasih Nona Cattalina," Balas Teo berterima kasih kepadanya
"Terbangkan saja dia, dia tidak akan pergi jauh. Kalau Kamu tidak tahu dimana dia, bersiul saja, kamu bisa kan?" Ucap Cattalina memberitahu Teo untuk berjaga-jaga jika burung itu pergi dari Teo.
"Oh begitu, baiklah Saya pergi, terima kasih sudah membantu Saya," Ucap Teo, lalu ia berjalan menjauh sambil melambaikan tangannya.
Dan mereka berempat membalas lambaian tangannya. Disaat mereka melakukannya, Cattalina menyadari sesuatu yang kurang diantara mereka "Tunggu sebentar, dimana Celica?" Pertanyaan itu menyadarkan mereka semua.
"Eh? Saya tidak tahu," Jawab Zack.
"Umm … Sebenarnya Kami bertemu Nona Celica saat Kami kemari," Ucap Tiara.
Ketika mereka menuju sekolah sihir karena diberitahu oleh burung milik Cattalina, mereka memang sempat melihat Celica dengan jubah yang sedang berjalan ke sebuah toko. Tapi, karena mereka tidak mau mengganggunya, mereka tidak menyapanya dan lanjut pergi ke sekolah.
"Begitu ya, Zack lebih baik Kamu mencarinya, Aku sedikit khawatir. Kalian berdua kembalilah," Ucap Cattalina memerintahkan kepada pelayan dan pengawalnya itu.
"Baik, Nona Cattalina," Ucap Zack dan Tiara bersamaan, lalu mereka pun pergi. Zack mencari Celica dan Tiara bersama dengan Karina kembali ke rumah.
Sepanjang Teo berjalan, ia melihat bangunan-bangunan di sekitarnya banyak sekali yang rusak. Para prajurit juga masih bersiaga, bahkan sekarang pun banyak yang sedang berpatroli mengelilingi kota "Aku harap ini tidak terjadi di kota lainnya," Ucap Teo lalu mempercepat langkahnya.
Ketika sampai di depan gerbang Ibukota bagian selatan, Teo melihat seseorang memakai jubah di dekat gerbang itu. Meski pada awalnya ia curiga, namun ketika melihat wajahnya, Teo merasa tenang. Ia bahkan sampai tersenyum tipis melihatnya "Sudah kuduga ternyata gadis itu memang baik," Ucap Teo lalu ia menghampiri orang itu.
***
Siang hari, belajar mengajar di sekolah sihir Ibukota di tiadakan sejak tadi pagi sampai waktu yang tidak di tentukan. Seharian, Cattalina dan Celica berada di perpustakaan untuk belajar karena kelas di tiadakan.
"Celica, pagi tadi Kamu kemana? Kamu tidak ada saat Teo pergi," Tanya Cattalina, karena pagi-pagi sekali Teo pergi dan berhenti menjadi pengawal mereka, bukan tanpa alasan, dia berhenti menjadi pengawal untuk mencapai tujuannya setelah kemarin posisi orang yang menghilang telah ditemukan.
"Tidak kemana-mana," Jawab Celica tanpa melihat kearah Kakaknya, ia hanya fokus kepada bukunya "Lagipula dia tidak perlu Aku antar juga kan? Aku juga tidak peduli sih," Ucapannya terdengar sangat dingin.
Kakaknya tidak membalas ucapannya, ia hanya tertawa kecil mendengar Adiknya. Untuk waktu yang cukup lama, Cattalina terus melihat kearah Celica sampai Celica merasa risih dengan tatapannya itu "Apa sih?" Tanya Celica sinis.
"Ahahaha, tidak. Hanya saja, Aku berpikir Kenapa Adikku tidak pernah akur ya dengan pengawal barunya," Ucap Cattalina sambil tersenyum.
"Huh!? Apa sih! Pertanyaan itu tidak berguna!" Jawab Celica terdengar sangat marah.
Sebenarnya Cattalina sendiri tau alasan kenapa Adiknya tidak pernah akur dengan pengawal barunya, bahkan sebelum Teo menjadi pengawalnya pun mereka sudah mempunyai hubungan yang tidak baik. Mereka seperti itu Karena untuk pertama kalinya, ada seseorang yang menyangkal ucapan Celica secara langsung di depan dirinya dan itu adalah Teo. Mulai dari situ, Cattalina tau Adiknya tidak menyukai Teo, meskipun Celica terus menunjukkan kekuasaanya sebagai bangsawan, Teo terus bersikap tidak peduli dengan statusnya dan itulah yang membuat Celica benar-benar marah.
Pada awalnya Cattalina sendiri terkejut, tapi asal Teo menjelaskan kenapa Teo tidak peduli dengan status Adiknya sebagai bangsawan. Namun sayangnya Celica tidak peduli dengan hal itu dan terus membenci Teo.
"Kamu sebaiknya memaafkan Teo saja, jika dia ada salah. Apalagi Teo juga cukup berkualitas untuk menjadi bagian dari keluarga kita. Bukankah lebih baik Kamu berdamai dengannya dan memanfaatkannya?" Cattalina sangat mengenali sifat Adiknya. Meskipun dia sangat angkuh, tapi Celica bisa bersikap sangat baik jika dia mau memanfaatkan seseorang. Sifatnya itu kurang Cattalina sukai sebenarnya, tapi ia tidak dapat merubahnya karena Celica sendiri benar-benar mirip dengan Ibunya dan dia tahu betul bagaimana sifat Ibunya itu.
"Tidak akan pernah! Meskipun dia sangat berkualitas, Aku tidak akan pernah berdamai dengan pria bodoh itu!" Ini juga salah satu sifatnya, kesombongan Celica yang tinggi dapat membuat Celica menjadi sangat bodoh.
"Aku tidak percaya Kamu akan berkata seperti itu, hahaha," Ucap Cattalina lalu tertawa pelan "Ngomong-ngomong soal pria itu, apa sekarang dia sudah sampai ya?"
"Mana mungkin. Jarak dari Ibukota ke Kota pelabuhan itu dua hari, jadi mana mungkin dia sampai secepat itu," Balas Celica.
"Begitu ya. Jadi, mungkin sekarang dia sampai di desa kecil."
"Tidak."
"Eh?"
"Mungkin dia sedang diserang bandit."
Ya! Tepat sekali. Ditengah perjalanan, Teo di serang sekelompok bandit yang menggunakan kuda. Mereka mengepung Teo dan sedang bernegosiasi, tidak, lebih tepatnya sedang dipaksa untuk memberikan semua barang bawaan milik Teo dengan tidak menjamin nyawa Teo menjadi selamat. Helaan nafas Teo keluarkan, lalu ia pun mengambil sebuah topeng. Topeng polos berwarna putih dan hanya ada dua lubang mata, Teo pun memakainya, lalu ia mengacungkan pistolnya kearah mereka "Merepotkan!"
*Bang! Bang! Bang! Bang!*
Tembakannya tepat kearah kepala mereka dan dengan cepat mereka semua menemui ajal mereka "Ah … Kenapa Aku membunuh mereka?" Dan Teo yang nampaknya tidak sengaja melakukan itu.
Tembakan Teo yang nyaring membuat ketiga kuda mereka lari sangat cepat, namun ada satu kuda yang sama sekali tidak berlari, dia hanya memakan rumput yang ada disekitarnya. Teo mendekatinya dengan berhati-hati karena takut dia tiba-tiba mengamuk, namun itu tidak terjadi. Teo perlahan mengusap tubuhnya, lalu ia menaikinya "Begitu ya, sepertinya ini sudah takdir. Ayo pergi, Aku akan memberimu makan nanti," Kuda itu pun menjadi milik Teo dan mereka pergi memulai perjalanan mereka menuju ke Kota pelabuhan yang jaraknya masih sangat jauh.
To be continue.