Setelah kejadian tadi sore, Ana sedang di dalam kamar yang sudah di siapkan oleh Mr. James. Kamar ini sungguh luas bahkan kamar apertement nya kalah luas dengan ini, dan jangan lupakan nuansa kamar ini sungguh sangat membuat tenang ditambah dengan aroma terapi yang dapat membuat pikiran rilexs.
Dan kamar Ana bersebelahan dengan anak pemilik rumah ini, setelah menata semua barang barang nya Ana bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri nya.
Tok. Tok. Tok
Tapi tidak ada sahutan dari Ana, dengan sopan maid itu masuk dan melihat seisi kamar kosong.
Clek
"Nona" Ana keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit tubuh nya.
"Maafkan saya Nona lancang masuk kamar"
"Tak apa, ada yang bisa aku bantu?" tanya Ana sopan.
"Tuan besar menunggu anda di ruang makan untuk makan malam Nona"
"Baiklah aku akan memakai baju dulu, dan akan segara ke bawah" setelah itu maid keluar dan dengan segara Ana memakai baju lebih santai.
Ana keluar kamar dengan mengamati suasana rumah ini, banyak sekali lukisan dan benda benda antik di sini yang tertata rapi di atas meja kayu.
"Lama!" desis Al.
"Ana, duduklah mari makan malam bersama" dengan ramah Mr. James menyapa Ana, tapi tidak dengan anak nya.
"Maafkan saya Mr. James sudah membuat anda menunggu"
"Tak masalah Ana duduklah"
Setelah itu Ana duduk tepat di depan Al, tatapan mata pria itu sungguh sulit di artikan ditambah dengan raut muka yang dingin tanpa expresi.
Ana mulai tak nyaman disaat ia makan, karena tatapan mata itu selalu melirik ke arah nya.
"Maaf Mr. James saya izin kembali ke lamar"
"Baiklah Ana, besok hari kerja mu semoga kau betah disini. Dan malam ini aku akan kembali ke kota"
"Baik Mr. James, saya permisi"
Dengan segera Ana bangkit dan kembali ke kamar nya, tapi sebelum itu ia melihat sekeliling nya rumah ini sangat besar di tambah banyak nya lukisan dan ornamen lama. Tapi tak meninggalkan kesan menyeramkan, lalu mata nya terahli ke arah belakang rumah dan ada kolam renang.
Kaki kecil nya melangkah ke sana ia terkesima dengan pemandangan itu kolam renang yang sangat luas, di sudut kolam terdapat bangalo kayu yang cukup luas dan di sisi kanan ada tempat santai dan di tambah BBQ.
"Buat apa kau disini" suara bariton itu mengangetkan Ana, ia langsung melihat ke arah belakang. Laki laki itu bersandar di pintu keluar dan kedua tangan yang tersilang di dada nya.
"Ah, maaf saya izin ke kamar" Ana berjalan ingin kembali ke kamar nya tapi siapa sangka pria itu menahan tangan nya.
"Jangan pernah berpakaian seperti itu, jika kau berniat menggoda ku. Aku tak tertarik dengan tubuh datar mu itu."
Sontak Ana melihat ke arah mata biru milik Al.
"Aku tak berniat menggoda mu, dan jangan sentuh aku lagi" dengan kasar Ana menarik tangan nya dari Al.
Lalu melanjudkan jalan nya ke kamar, tanpa melihat ke arah belakang lagi.
"Wanita menarik" guman Al. Al tersenyum tipis, senyuman yang tak pernah ia tunjukan pada siapapu kecuali Ibu nya.
Dalam kamar Ana terus mengerutu ia meresa di lecehkan oleh tuan muda nya itu, jelas jelas ia tak ada niatan untuk menggoda tapi dengan mudah pria itu mengira bahwa ia menggoda nya.
"Dasar pria batu" gerutu Ana.
"Tak ada tampan tampan nya sama sekali"
***
Malam ini langit sedang mendung, awan berkumpul dengan pekat nya dan suara gemuruh mulai bersautan antara satu dengan yang lainnya.
Sedangkan seorang gadis tengah ketakutan akibat phobia nya terhadap gemuruh itu. Dengan rasa takut ia berlari ke arah lemari putih besar yang berada di dekat kamar mandi lalu membuka nya dengan kasar dan ia masuk ke dalam.
Ia menutup kedua telinga nya karena rasa takut, keringat dingin sudah keluar dari pelipis nya dan badan nya mulai menggigil.
Dan di lain tempat seorang pria tengah membuka berkas bermap hitam, map itu berisi data diri tentang gadis yang ada di rumah nya. Mata biru nya meneliti dan mencerna setiap kata yang tertulis di atas kertas putih itu.
Dan mata nya menyipit saat membaca halaman ke tiga, yaitu data berisi hal yang harus di hindari.
Phobia terhadap suara petir dan ruang sempit.
Mata Al melebar saat membaca itu. Tanpa babibu ia bangkit dan berlari keluar kamar menuju kamar sebelah yang dimana kamar gadis itu berada.
Brak.
"ANNA!" teriak nya, mata nya menyusuri ruangan itu, tapi tak ada gadis itu.
Suara isakan tangis terdengar dari sudut ruangan ia, Al berlari dan membuka lemari itu dengan kasar. Nampaklah gadis berbaju biru laut tengah meringkuk ketakutan dan ia menangis, entah kenapa hati Al pun ikut sakit melihat gadis lemah di depan mata nya ketakutan.
"Anna" lirih Al.
"Rico" mata mereka bertemu, tatapan ketakutan dari gadis itu dan tatapan sedih dari al.
Al duduk berjongkok dan menarik gadis itu dalam dekapan nya.
"Kau aman" ucap Al. Sedangkan Ana menangis dan memeluk tubuh pria di depan nya dengan erat.
Al membawa ana dalam gendongan nya dan membawa gadis itu di ranjangnya.
Hampir tiga puluh menit gadis itu menangis dalam dekapan nya. Dan nafas nya mulai teratur dan tenang, Al menjauh kan gadis itu guna melihat ternyata gadis-nya tertidur.
Al memposisikan badan nya tertidur dengan mendekap Ana lalu menutupi tubuh mereka berdua dengan selimut.
"Aku ada di sisi mu" ucap Al. Bibir nya mengecup kening gadis itu dan terlelap bersama dengan keadaan saling memeluk. Terbesit rasa nyaman pada tubuh dan rasa senang dalam hati nya.
yang sebelumnya tak pernah ia merasakan ini semua sejak Ibu nya meninggalkan dirinya.