webnovel

8. ???

Adit menterjemahkan itu sebagai isyarat kalau Norsy bukanlah perempuan yang lemah. Tapi ia sendiri merasa kerepotan jika harus menjaga Norsy sementara ia sendiri tidak tahu situasi apa yang dihadapinya.

Mendadak penerangan yang dipegang Adit padam!

Suasana kembali gelap gulita

"Adit??? Kenapa???"

"Padam sendiri! Aku enggak tahu kenapa...!"

Adit mengguncang-guncang ponsel penerangannya sebagai alat satu-satunya yang ia andalkan. Tapi tak mau juga menyala.

"Ih seram! Kita pulang saja!" Norsy menarik lengan Adit. Bermaksud membawanya pulang.

Perempuan itu baru saja hendak melangkah meninggalkan tempat tatkala telinganya mendengar sesuatu bergeser di atas tanah. Sesuatu itu seperti suara papan yang diseret dan terdengar berderak-derak menuju ke arah mereka.

"Apa itu, Dit...?!" Norsy mendelik tegang.

Adit mempertajam penglihatannya di tengah suasana gelap.

Pandangannya memang agak buram, tapi cahaya bulan sabit yang menggantung di atas langit sedikit banyak membantunya untuk melihat apa yang terjadi.

Seonggok kotak persegi yang semula tergeletak di samping lubang bekas galian terlihat bergerak-gerak. Lalu seketika meluncur ke arah mereka.

"Ooohhh...!" Norsy membelalakkan matanya sambil menutup mulutnya.

Benda persegi yang baru disadari Norsy peti mati itu berhenti di dekat mereka. Hanya sesaat saja berdiam, namun ketika Adit menatap dengan penasaran peti itu terbuka memperdengarkan suara berderit.

Angin seketika berhembus kencang!

Angin itu menebarkan aroma tak sedap bercampur bau lumpur. Adit terkesima.

"Lari, Dit! Lari!" Norsy menjerit di tengah tiupan angin kencang. Ia segera menarik tangan Adit, membawanya lari dari tempat itu.

Adit menurut saja. Ia segera berlari menyusul Norsy yang terlebih dahulu berada di depan.

Saat mereka berada di ambang pintu luar Adit menyempatkan menoleh ke arah ruang belakang.

Tak ada apa-apa di sana. Adit menghela nafas dalam-dalam. segera bersandar di sebuah tiang besar yang ada di teras rumah. Berusaha meredakan dadanya yang berdegub kencang.

Sambil menstabilkan nafasnya yang megap-megap ia memandang Norsy yang segera memasuki mobilnya, lalu terdengar suara mesin mobil hidup dinyalakan.

Norsy seraya menyalakan mesin bersandar di jok sambil mengatur pernafasannya. Dilihatnya Adit masih bersandar di tiang teras sambil memandang sesekali ke ruang belakang.

"Adit, kamu tunggu apa lagi? Ayo cepat pergi dari sini! Ngapain kamu lama-lama di sini?!" Norsy setengah menjerit mengingatkan Adit yang tampak diam terpaku.

Pemuda itu terlihat menggeleng beberapa saat.

"Aku tidak mengerti apa yang terjadi sebenarnya, aku ingin tahu apa yang terjadi dengan suamimu dan para pekerja lainnya..." Adit menggumam seraya terus menoleh ke ruang belakang.

Norsy bergegas turun dari mobil.

Dengan wajah jengkel dihampirinya Adit yang masih bersandar.

"Kamu jangan cari masalah! Kamu tidak lihat apa tadi? Kotak kayu tiba-tiba jalan sendiri! Ih, jangan-jangan rumah ini ada dedemitnya...!" ia menarik tangan Adit kembali dan menyeret pemuda itu ke dalam mobil.

"Eit, motorku...?!" Adit tertatih-tatih.

"Jangan pedulikan! Nanti kalau hilang biar aku ganti. Ih, kamu bandel amat!" Norsy mendudukkan secara paksa pemuda itu di sampingnya, lalu menutup pintu mobil. Brak!

"Masalah Arul biar kita laporkan polisi saja setelah dua puluh empat jam!" tandasnya.

Mobil itu seketika meluncur meninggalkan rumah, yang semestinya membuat rasa aman bagi keduanya.

Tapi tanpa mereka menyadari, sepeninggal mereka pintu bagian depan rumah yang ditinggalkan tampak bergerak-gerak, seperti ada sesuatu yang mendorongnya dari dalam.

Pintu itu terdengar berkereot resah, kadang separuh terbuka, kadang menutup kembali. Dan ketika menutup kembali suaranya berdebug keras.

Kreattt...kreooottt...tt..tt...ttt!

Angin pun terasa berhembus kencang saat mobil meninggalkan rumah. Menyebabkan daun-daun di sekitar rumah bertebaran.

Norsy memacu mobilnya dengan perasaan gugup. Ia terus menatap ke depan tanpa berani menoleh ke belakang. Sementara Adit yang duduk di sampingnya tampak berkali-kali menoleh ke belakang.

***

Next chapter