"WEN, pulang, yuk."
"Sebentar."
Wendy main-main sama filter di ponselnya, sambil mengarahkan kamera belakangnya pada langit yang sore hari ini kelihatan dicampur merah muda dan oranye. Wajahnya serius banget.
Chanyeol, yang duduk di hadapannya, topang dagu di atas meja kantin sekolah yang mulai sepi. Matanya gak usai-usai menatap ekspresi Wendy yang makin detik makin amburadul.
Gak tahan, Chanyeol akhirnya ambil ponsel juga dari saku seragamnya—bukan, bukan buat foto langit. Foto mukanya Wendy.
Cekrek-cekrek.
Aduh, lupa di-silent.
"Ngapain lo?" tanya Wendy yang langsung menurunkan ponselnya dan ngalihin seluruh atensinya pada Chanyeol yang tiba-tiba mingkem dan pura-pura sibuk ngetik.
"Heh, gue tanya, Chan. Ngapain ada bunyi cekrek-cekrek?"
Nyerah, deh. Chanyeol akhirnya tersenyum kikuk sambil nunjukin layar ponselnya yang full isi muka Wendy. "Hehe, ngefoto elo."
Gila, jelek banget!
Mata Wendy mendadak jadi belo dan tangan-tangannya langsung berusaha ngerebut ponsel Chanyeol. "Sini, pinjem!"
"Eh, ampun, jangan!"
Gesit, Chanyeol menyembunyikan ponsel punya dia di belakang punggungnya, supaya Wendy gak bisa ambil.
Tetap gak mau nyerah, Wendy sampai berdiri-diri–dan hampir naikin lututnya ke meja saking gregetnya.
Sambil tangan Wendy masih meraih-raih, gak sadar, wajah mereka udah deket banget. Tinggal maju dikit aja, Chanyeol udah bisa cium pipi Wendy.
Chanyeol senyum, kepikiran.
"Cium dulu, deh, nanti dihapusin fotonya," kata cowok itu, sambil siap-siap majuin bibir.
Wendy langsung diam. Sebelah tangannya yang tadi meraih-raih, langsung menampar bibir Chanyeol dengan kesal. "Lo tuh, mau mati, ya!"
Meringis-ringis, Chanyeol menutup bibirnya yang kesakitan habis ditampar telapak tangan Wendy. Raut mukanya berubah kecewa.
Wendy balik meraih-raih, masih pengin tahu cara yang benar buat ngerebut kembali ponsel miliknya.
Ngelihat Wendy masih sibuk telengin kepala sana-sini, Chanyeol membuka suara lagi. "Ya udah, jadi pacar gue aja, deh, Wen?" tawarnya.
"Apaan lagi itu!" Wendy menjatuhkan bokongnya kembali di bangku, memalingkan wajah tak percaya–malu-malu. "Udah, deh. Males bercanda. Mana, sini, hape gue?"
Dia mengulur tangannya untuk meminta.
"Lho, kok gitu." Bibir Chanyeol mencebik, sedang matanya tengah mengikuti Wendy yang tiba-tiba berdiri. "Gue serius, Wen."
Kaki-kaki Wendy memutari meja, lalu ia merampas ponsel kepunyaannya dari tangan Chanyeol yang melemas dengan mudah. Lirih, ia bergumam, "Nah... gitu, dong, dari tadi."
"Wen," panggil Chanyeol.
"Apa?" sahut Wendy garang seraya memasukkan ponsel ke saku seragam. "Udah, anterin gue pulang aja, yuk. Udah mau gelap, nih."
Baru aja mau buka mulut lagi, Wendy keburu cabut ngebawa tasnya dan jalan ke parkiran sekolah—ninggalin Chanyeol sendirian di kantin.
Chanyeol cemberut.
Kayaknya, memang salah nembak Wendy di situasi kayak begini.