webnovel

Story Tiga Puluh Empat

"Ta...kenapa sih, lo masih maaf in Deren, padahal Deren udah lakuin banyak kesalahan?"

  Entahlah, apa yang ada di pikiran Nathan hingga terlontar pertanyaan itu.

"Kenapa tanya kaya gitu?" Callista menatap Nathan.

"Aneh...hati lo kaya baja" ujar Nathan kagum akan perempuan di depannya itu.

Callista terkekeh kosong tanpa arti "Karena...banyak..."

"Maksudnya?" Nathan bingung, alasan apa yang membuat perempuan itu sangat kuat.

"Banyak yang bikin gua harus bertahan dengan hubungan gua sama Deren."

  Nathan hanya diam mendengarkan.

"Keluarga Deren dan Keluarga gua bakal kecewa banget kalo gua tolak Deren. Papah terutama nya yang bakal paling kecewa sama gua. Hubungan Deren sama gua sangat di nanti sama Papah gua...gua gak mau nantinya Papah gua nilai gua bukan sebagai anak yang patuh, tapi malah di nilai pembangkang"

      Ucapan Callista berhasil membuat Nathan terkesiap.

"Baru pertama kali ini gua nemu cewek secantik Callista, gak cuma rupa, hati nya juga. Gak salah kalo Deren jatuh cinta sama dia..." Kagum Nathan dalam hati.

"Terus si cinta apa kabar? Udah percaya?" Terdengar menyindir Callista.

  Jelas menyindir kepercayaan Callista pada kata cinta, karena Nathan cukup tahu, dari dulu Callista menilai cinta itu bulshit.

"Gak tau...masih di ambang" jawab Callista dengan senyum sendu.

***

"Kamu kenapa diem aja sih?" Deren agak sebal menatap Callista yang hanya memainkan makanannya dengan tatapan kosong.

"Gak papa" Callista masih dengan tatapan kosong.

"Gak papa kok bengong"

"Bilang, kalo ada masalah, jangan anggap diri kamu kuat, ada apa?" Lanjut Deren.

"Der..."

   Deren diam menatap Callista.

"Boleh tanya gak?" Lanjut Callista.

Terdengar berat di telinga Deren.

"Boleh, pake banget" jawab Deren.

"Kalo suatu saat kamu benar-benar harus milih antara aku sama Friska, kamu bakal pilih siapa?"

       Badan Deren langsung panas dingin mendengarnya, seperti menjadi beban besar untuk Callista.

"Kenapa tanya gitu?"

"Jangan balik tanya, di jawab kalo di tanya bukan malah balik tanya" lembut, tapi terdengar bahwa Callista sebal.

"Jelas pilih kamu lah, sayang" Deren terkekeh.

   Callista sendu mendengar kekehan Deren. Kekehan nya terdengar pahit, membuat Callista terasa tercekik.

"Kenapa pilih aku? Padahal Friska udah nungguin kamu dari dulu, sebelum ada aku, sebelum aku sama kamu jadi kita" ujar Callista.

      Membuat Deren bertanya-tanya dalam pikirannya, apa yang membuat kekasihnya bertanya seperti itu?

"Iya, aku tau dia nungguin aku. Tapi aku cinta nya sama kamu, Ta"

"Kalo kamu mau lepasin aku, lepasin sekarang, Der...sebelum aku terlalu dalam sayang sama kamu...itu justru bakal bikin aku benci sama kamu"

     Lagi² Deren bingung. Masalah apa yang membuat Callista bilang seperti itu? Apa memang Callista sudah jengah dengan hubungan mereka? Memang benar Deren sering membuat Callista kecewa, tapi dia tetap cinta pada Callista. Tak mau kehilangannya.

"Kenapa kamu kaya ngarep aku lepasin?"

"Karena aku gak mau, aku terlanjur sayang tapi kamu terus bohongin aku"

"Aku bohong apa lagi, Ta?"

"Bukan sekarang, tapi suatu saat pasti kamu bakal bohong lagi kan? Gak papa kalo kamu gak lepasin aku, aku juga gak bisa lepasin kamu, karena ini bukan cuma tentang aku atau kamu, tapi Papah dan keluarga kita"

"Aku bakal tetep maaf in kesalahan kamu sebanyak apapun itu...sampe akhirnya kamu sendiri yang lepasin aku"

  Ucapan Callista berhasil membuat Deren tersentak, seakan ada sesuatu yang menusuk dada nya.

    Apa yang dia lakukan hingga membuat kekasihnya lemah seperti ini?

"Ta...jangan gini, aku emang salah, tapi aku kan udah coba buat gak bikin kesalahan sama kamu"

"Iya...terserah apa janji manis kamu...aku mau kerja..." Callista pergi meninggalkan Deren.

***

"Kmu udah makan?" Alvano menatap Karina yang sedang berjalan berdampingan dengannya.

"Belom sih" Karina masih menatap ke depan.

"Makan yuk" Alvano tersenyum.

"Nanti siang aja kalo jam makan siang. Sekarang kerja dulu"

"Belakangan aja deh...biar tenaga kamu cukup, gak akan di pecat kok. Kan sama aku"

"Enggak, Vano" Karina terus berjalan.

"Ayo, Na...plis..." Alvano memohon.

"Kenapa sih maksa banget?" Karina menatap ke Alvano.

"Ku gak mau kamu sakit karena belum makan"

   Karina terdiam.

"Ya?" Alvano masih memohon.

"Yaudah iya" Akhirnya Karina menyerah.

Alvano tersenyum lebar.

°°°

"Mau ngerasain punya ku?" Alvano mengulurkan tangannya yang memegang sendok berisi nasi goreng.

"Enggak. Kamu aja" Karina tersenyum.

   Alvano memakan makanannya. Tapi pikirannya seolah mencari sesuatu.

"Na...gimana kalo nanti kita jalan?" Alvano terdengar semangat.

"Enggak deh...besok aja" Karina tersenyum.

"Yahh...aku pengennya sekarang" Alvano masih memohon.

"Besok aja ya...aku capek"

  Alvano menghela nafas.

"Iyaudah" Alvano tersenyum tipis.

Next chapter