webnovel

Story Dua Puluh Dua

"Ini berkas nya..." Callista memberikan beberapa kertas ke Deren.

"Makasih..." Deren tersenyum.

Tiba-tiba perut Callista sakit.

Callista memeganggi perutnya.

"Kamu kenapa? Perut kamu sakit?!" Deren mengerutkan kening.

"I-iya..." Callista meringis perih.

"Kamu habis makan apa?!"

"Bukan masalah makanan..."

"Terus?"

"A-aku...aku...datang bulan..." Suara Callista sangat pelan.

Deren menaikkan kedua alisnya.

"Sini..." Deren menarik badan Callista mendekat ke Deren.

Lalu Callista langsung terjatuh ke pangkuan Deren.

"Sakit banget?!" Deren melingkarkan tangannya ke perut Callista.

"...lumayan..." Callista canggung.

"Astaga...kenapa jadi deg-deg an gini sih..." Callista berbicara dalam hati.

"Mau aku beliin sesuatu?"

"Enggak...aku mau pergi aja..." Callista hampir bangkit.

Tapi tangan Deren masih melingkar erat ke perut Callista.

"Di sini aja dulu..." Deren menahan Callista.

Tiba-tiba ada seorang perempuan yang juga salah satu karyawan di kantor Deren.

"Permisi...saya mau..." Perempuan itu berhenti berbicara, matanya melotot melihat Callista dan Deren.

"Ahh...maaf saya menganggu..." Perempuan itu langsung menutup pintunya lagi.

Mata Callista melotot, dia bengong atas kejadian tadi.

Callista langsung bangkit dari pangkuan Deren.

"Deren...kamu..." Callista seakan menahan amarah.

Callista mendengus kesal lalu pergi ke ruangannya.

"Bukan salah ku..." Deren mantap kepergian Callista.

*

Saat jam makan siang, Callista pergi bersama Karina, sepanjang perjalanan menuju pintu keluar kantor, Callista menjadi sorotan di sekitarnya.

"Ra....lo tau gak?! Lo tuh di gosip in satu kantor!" Karina berbisik pada Callista.

"Masa sih?" Callista mengerutkan kening.

"Iya...katanya lo lagi berduaan di ruangan sama Pak Deren, terus jadi gosip satu kantor deh...emang bener?" Karina menaikkan kedua alisnya.

"En-enggak gitu ceritanya...nanti deh gua ceritain..." Callista berjalan cepat di susul Karina.

"Sekarang ceritain...ceritanya gimana kok lo bisa di gosip in satu kantor..." Karina terlihat sudah tak sabar mendengar cerita Callista.

Callista menghela nafas.

"Jadi gini...gua kan lagi numpuk berkas...perut gua tiba-tiba sakit...terus Deren tanya "kenapa? Perut kamu sakit?!" terus gua jawab "iya" ya terus dia langsung tarik tangan gua...bikin gua jatuh ke pangkuannya...terus pas gua mau pergi, tangan dia masih nahan perut gua...terus salah satu karyawan perempuan ada yang buka pintu dan liat kita...terus dia langsung minta maaf dan pergi..." Callista menutupi mukanya dengan tangannya.

Karina menahan tawa.

"Hahahahaa...sumpah so sweet banget! Gua setengah baper tapi setengah ngakak juga! Hahaha..." namun Karina justru tertawa terbahak-bahak.

Callista menatap Karina dengan wajah datar.

"Udah puas ketawanya? Diem bisa gak!" Callista membentak Karina.

"Iya gua diem nihh" Karina masih senyum-senyum.

"Gausah senyum-senyum gitu!" Callista melempar tisu ke Karina.

"Ihh...jorok lo!"

"Bomat" Callista memutar bola matanya malas.

"Lo pernah gak sih, cinta tak berbalas?" Karina menatap Callista.

"Nggak...buang-buang waktu aja..."

"Terus...lo sekarang ini udah jatuh cinta sama Pak Deren...atau masih di tahap lagi nyoba?"

"Gatau...di bilang tahap lagi nyoba sih...enggak, kayanya udah lewat tahap itu...tapi di bilang udah jatuh cinta juga enggak...karena gua belum ngerasain itu..."

"Tpi gua liat...lo sama Deren udah deket banget kok..."

"Deket belum tentu suka, Na..."

"Tau ah..." Karina meminum minumannya.

*

"Sayang...nanti malem makan malem di rumah aku ya...dan itu pun kata Mamah harus...jadi gak bisa nolak" Deren merangkul Callista.

"Iya..."

Callista dan Deren berjalan melewati lorong-lorong kantor, yang sudah sepi.

*

"Ra! Nanti malem temen gua ada yang ultah...terus dia adain pesta di bar gitu..." Karina tersenyum lebar.

"Terus?" Callista mengerutkan kening.

"Lo ikut ya?!" Karina menatap Callista penuh harap.

"Gak bisa...gua ada makan malam..."

"Ha?! Sama siapa?!"

"Deren..."

"Di kafe ya?"

"Bukan...di rumah dia..."

"Owh..." Mulut Karina membentuk lingkaran.

*

Tok,tok,tok...

Terdengar suara ketukan pintu dari pintu masuk ruangan apartemen Karina dan Callista.

"Iya...bentar..." Karina bangkit dari depan tv lalu membuka pintu.

Terlihat Deren dengan tatapan judes nya sedang berdiri tegak di depan pintu.

"Pa-pak Deren?! Cari Callista ya?! Bentar..." Karina langsung bergegas ke kamar Callista.

"Ra! Ra! Buka pintu nya!!!" Karina mengetuk pintu kamar Callista.

"Iya bentar...gua lagi ganti..." Callista menjawab dengan kesal.

"Pak Deren udah dateng!"

"Ha? Ohh...iya,iya...gua bentar lagi selesai" Callista langsung cepat-cepat ganti.

Tak lama kemudian Callista keluar dari kamarnya.

"Mana Deren?" Callista bertanya pada Karina.

"Di depan pintu" Karina melirik ke pintu.

Callista langsung pergi menuju pintu.

Terlihat Deren sedang berdiri sambil memainkan hape nya.

"Yuk..." Callista berdiri di depan Deren.

Deren sepontan langsung menengok ke Callista.

"Ohh...ayuk..." Deren tersenyum lalu merangkul Callista.

°°°

"Callista...tante punya hadiah buat kamu..." Mamah Deren mengeluarkan sesuatu dari lemari pakaiannya.

"Nih...tante ada gaun bagus banget...tante pengen menantu tante nanti pake gaun ini..." Mamah Deren mengeluarkan sebuah gaun indah berwarna putih.

"Ini dulu yang bikin Papah nya Deren...tapi belum sempet tante pake malah tante udah gak muat..." bisik Mamah Deren pada Callista.

Callista tertawa ringan.

"Sayang banget ya, tante...padahal bagus banget lho gaunnya..." Callista tersenyum lebar.

Mamah Deren mengangguk "iya nih...Papah Deren emang kurang tau tentang tante..."

Callista hanya tersenyum.

*

"Udah sampe..." Deren menghentikan mobilnya di depan apartemen.

"Yaudah...makasih" Callista keluar dari mobil.

Kaca pintu mobil terbuka "Bye...good night...semoga mimpi indah sayang..." Deren tersenyum tipis.

"Good night too...mimpi indah juga..." Callista tersenyum kecil.

Lalu mobil Deren berjalan menjauh dari Callista.

Dan Callista masuk ke apartemennya.

Next chapter