Aku berlari sekuat tenaga menuju rumahku yang kutempati selama dua tahun ini. Susah payah, meski nafasku hampir habis, aku tidak menyerah sampai aku kini berdiri didepan pintu rumahku saat ini. Keringat dingin mulai menetes. Tanpa berkaca pun aku tahu jika wajahku pasti sangat pucat sekarang. Tanganku merogoh kunci pintu dan terengah-engah aku mencari kunci yang cocok dengan pintuku yang terbuka.
Terbuka...?
Aku terlalu panik hingga tidak sadar. Benar, pintu rumahku terbuka.
Aku menelan ludah gugup. Gemetaran aku mendorong pintu itu agar lebih lebar, selagi aku mempersiapkan mental untuk melihat apa di dalamnya.
Kuharap masalah ini tidak ditambah lagi dengan rumahku yang kemalingan atau seorang pembunuh yang tengah bersembunyi di dalam. Ya Tuhan, aku mohon!
Namun kenyataannya berbeda. Ternyata rumahku kosong.
Tidak, justru inilah yang terburuk. Kosong, isi rumahku hilang. Semuanya tidak ada. Kosong dan benar-benar kosong.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com