webnovel

Bab 54. Keberuntungan Dibalikk Luka

Masih ingat kah kalian dengan tiga lelaki tampan yang sedang mengawasi gerbang masuk IHS. Sekarang ketiga lelaki itu sedang menikmati minuman mereka di Caffe depan sekolah itu. Al, Devon dan Bram. Ketiga lelaki yang akan mewariskan kekayaan berlimpah keluarga mereka. Bagaimana sempurnanya hidup mereka. Dengan semua fasilitas mewah yang mereka miliki, sanggup membuat mereka menjadi pusat perhatian dimana pun mereka berada. Seberapa banyak orang yang iri pada mereka. Tapi itulah hidup, mereka yang sudah bagaikan raja bahkan saat pertama kali mereka lahir , tentunya tidak perlu harus merangkak ke atas lagi, karena mereka sudah berada di atas. Tapi kita tahu bukan, tidak semua orang akan dilahirkan seperti mereka. Semua yang mereka punya, selalu mengundang ke irian dari pihak lain, karena itu mereka harus selalu di kawal.

Bagi yang mereka yang hanya melihat dari sisi kemewahan, mungkin mereka akan menginginkan dikawal kemana-mana, tapi bagi mereka yang sudah biasa, itu bagaikan neraka , kemana-mana harus selalu diawasi , itu tidak bebas.

"kenapa kau tidak menggunakan pengawalmu saja untuk mengawasi gerbang itu" ucap Bram yang sudah kesal dengan tatapan mata kedua sahabatnya yang hanya fokus pada benda mati itu.

" terlalu mencolok, dan kau tahu, tugas pengawal itu, hanya menjaga dan melaporkan semua yang kita lakukan pada orang tua kita" jelas Al yang memang sejak awal tidak ingin di awasi.

" Hn, terkadang dengan adanya mereka , itu menguntungkan bukan" balas Devon, sambil tertawa ringan.

"dengan laporan mereka itu.. oo sangat bermamfaat" sindir Al jengkel..

'Ah, sepertinya gadis-gadis kalian itu akan segera keluar dari gerbang terkutuk itu"' Bram menatap jengkel, mereka hanya duduk disini sambil berdebat sesuatu yang menurutnya tidak penting

"hy kalian mau kemana' sekali lagi Bram rasanya ingin memutilasi kedua sahabatnya, dengan seenaknya dia ditinggal disini, dan harus membayar minuman kedua lelaki miskin itu

' dasar lelaki lelaki yang ingin segera di bunuh, OOO tuhan, semoga kencan Devon gagal, dan Lexsa tidak bertemu dengan Al. " Bram berdoa heboh, dengan sangat serius.

"cepatlah Bram" panggil Al, tak sabaran.. Bram berjalan terburu-buru, segera menyusul kedua temannya yang sudah terlebih dulu pergi.

"dia Lama sekali" Komentar Devon tajam,, Bram yang Sudah berada disamping Devon menatap tak suka dengan mulut tajam sahabatnya ini. Dia lama kan karena harus berdoa untuk kejelekan teman-temannya dulu. , berterimakasih lah pada kedua sahabatnya itu yang telah membuatnya berdoa..

**&^%***&%%

Alex mengusab peluh di wajahnya, bukan karena lelah bermain basket, atau lelah menghajar Beny yang memang tidak menampakkan wajahnya itu belakangan ini, atau lelah karena harus menghindari Karin yang semakin menjadi-jadi itu..

"Berhenti mengikutiku, dasar penguntit" ini lah yang membuatnya lelah. Mengejar satu orang gadis saja , sudah membuatnya kalang kabut, bagaimana tidak, gadisnya ini tidak bisa diajak kompromi sedikitpun.

"Ayolah Princess, kita lewat gerbang belakang saja, kan mobilnya disana" berulang kali dia membujuk gadis yang bernama Lexsa ini, dia sengaja memindahkan mobilnya dekat gerbang belakang sekolah yang biasa dimasuki Grandmanya itu. Hanya untuk mencegah Lexsa bertemu dengan Corner Rivalnya.

Jangan bertanya dari mana seorang Alex tahu akan kedatangan rivalnya itu. Satpam di depan itu cukup berguna untuk menjadi mata-matanya, yang tidak perlu dia gaji, cukup Grandma saja yang mengajinya, dan dia akan memamfaatkan semuanya dengan baik, bukankah dia cucu yang berbakti.

"Kakak saja yang lewat sana, lagipula mobil kita juga dekat dengan gerbang utama, dan ini salah kakak yang sudah memindahkannya" Lexsa menatap kesal, bukannya dia tidak tahu kalau kakaknya ini memang sengaja memindahkan mobil mereka agar dekat dengan gerbang belakang sekolah. Padahal gerbang depan ada.

"ayolah" Alex masih saja membujuk, mereka yang sudah berada di tempat parkir sekolah malah menjadi pusat perhatian siswa yang berlalu lalang ingin pulang.

"ya sudah aku pulang dengan Bella saja" Bella langsung melotot horor, dia tidak membawa mobil dan dia pergi dengan mobil Reno kekasihnya, apa Lexsa berencana menghancurkan suasana romantis mereka, dan menjadi orang ketiga

"enak saja, aku ingin berduaan dengan kak Reno, lagiankan hanya tinggal pilih gerbang mana yang mau kalian lalui, kedua-duanya adalah jalan keluar" balas Bella berusaha mencari solusi. Tapi nihil, Alex masih bersikeras dengan keinginannya

"dasar sahabat durhaka" Ucap Lexsa kesal

"mau jadi orang ketiga hah" Bella berucap kesal mendengar ucapan sahabatnya. Untung Reno cepat datang dan langsung membawa kekasihnya pergi dari sana.

"Ck!! Gue di tingall" Lexsa memberungut kesal

"ooooo,, ternyata karena ini" Daniel yang baru saja tiba di parkiran dengan Xarly dan Monica langsung berucap heboh, saat melihat Al, Devon dan Bram mendekat kearah mereka. Lexsa mengikuti arah pandang kakaknya, dan satu hal yang membuat dia menyesal, seharusnya dia mengikuti saja keinginan kakaknya , paling tidak dia tidak harus bertemu dengan mantan nya ini disini.

Kakaknya memang bersalah karena sudah ikut campur terlalu jauh dalam hubungan nya dengan Al, tapi Al juga salah, karena sudah tergoda dengan wanita penggoda itu bahkan dalam keadaan sadar, bahkan kedua lelaki ini sering jajan di luar. Brengsek sangat.

"kita pergi" ucap Lexsa cepat saat Al sudah di depan matanya. Alex tersenyum senang dengan reaksi adiknya.

"Lexsa tunggu, aku ingin menjelaskan semuanya. Tolong, kali ini saja, aku mohon" AL masih berusaha, dengan cepat dia menahan lengan Lexsa agar tidak langsung pergi darinya. Dia harus meluruskan semua ini.

"tidak ada yang perlu di jelaskan, kita sudah berakhir"Lexsa mehentakkan kasar tanganya sampai terlepas dari kungkungan tangan Al.

"ini tidak seperti yang kamu pikirkan Lexsa" Al masih terus berusaha. Semuanya yang sudah di rencanakannya harus segera dituntaskan. Walaupun semua yang didengarkan Alexsa hari itu adalah kenyataan, tapi dia masih ingin menjelaskan semuannya. Meluruskan semuanya.

"berhenti menggangu nya, apa kau tidak dengar, tidak ada yang perlu di jelaskan" Alex menatap jengah, rival nya ini benar-benar. Dia tahu kalau dia tidak segera membawa gadisnya pergi dari sana, bisa saja Al mencuci otak Lexsa lagi.

"Lexsa Pliss dengarkan aku'" Al berusaha menutup telinga, untuk tidak mendengarkan omongan lelaki di depannya ini.

Sedangkan Devon sudah pergi dari tadi dari sana, dia tidak ingin kencannya gagal lagi. Walaupun Bram sempat menghentikannya, tapi kedatangan Mega cukup membantunya juga. Sahabatnya ini ternyata menaruh hati pada gadis manis itu.

"Aku tidak ingin mendengarkan apapun" tegas Lexsa lagi

" kali ini saja, setelah ini terserah kamu, mau menilai aku seperti apa" Lexsa menatap iba, lagi pula dia memang harus tahu apa yang terjadi di malam itu dari mulut mantannya ini juga.

Alex yang melihat perubahan ekspresi adiknya itu, menatap khawatir. Sepertinya dia harus segera membawa Alexsa pergi dari sini

"sebaiknya kita pergi" Alex hendak menarik tangan Lexsa dan membawa nya memasuki mobil mereka. Tapi gagal karena Al sudah lebih dulu menepisnya.

"dia harus tetap disini, jangan mencuci otaknya"ucap Al kesal, dengan kelakuan Alex yang tidak mau bekerja sama itu.

"apa mencuci otaknya" Alex menatap tak suka, dia tidak terima dengan apa yang rivalnya tuduhkan padanya

" bukan kah itu benar" ucap Al masih dengan tatapan kesalnya.

"bukannya kau yang sudah mencuci otaknya agar mau menerima mu jadi pacarnya." Balas alex

"kami pacaran , karena kami memang saling suka" Al berucap dengan percaya diri, apa lagi setelah melihat Alexsa yang tidak berpihak pada kakaknya itu.

" saling suka. Bahkan Lexsa tidak pernah berpikir untuk mencintai mu, apa itu di sebut cinta, dia tidak pernah menaruh hati padamu. Cinta nya hanya.. " Lexsa dengan cepat menghentikan perdebatan mereka, sebelum kakaknya ini mengucapkan kata-kata keramat itu. Apa yang akan mereka pikirkan nantinya, kalau tahu bagaimana hubungan mereka.

"bisa kah kalian diam, aku ingin pulang, dan itu sangat susah. Apa kalian tidak bisa pergi saja dari hadapanku" Lexsa berucap marah, dengan cepat dia masuk ke bagian kemudi dan mulai mengeluarkan mobilnya dari area parkiran..

Alex yang melihat itu dengan cepat menghentikan adiknya itu, sebelum adiknya itu menghancurkan mobil kesayangannya lagi, atau bahkan mencelakakan dirinya.

"Lexsa Berhenti"

"kakak awas" terlambat, bunyi ban mobil yang di rem cepat itu menarik perhatian semua yang berada disana. Alex yang sudah tersungkur di depan mobilnya sendiri, berusaha untuk bangun, walaupun badannya terasa nyeri dan ada sedikit luka di kepalanya, yang membuat darah merembes keluar mengalir disekitar wajarnya.

"Kakak" Lexsa menatap khawatir, dia tahu hantaman tadi itu keras, dia yang ingin cepat-cepat pergi dari sana, tidak memperdulikan kakak nya yang berusaha menghentikannya dan malah menabrak kakak nya tepat saat kakaknya itu berada didepan mobilnya, dan mobil itu melaju dengan cepat.

"kita ke dokter" Lexsa menatap khawatir , tapi Alex hanya menggeleng pelan, benturan tadi cukup membuatnya pening. Dan menurutnya dia tidak perlu ke rumah sakit, mungkin ke apotik sudah boleh, mungkin..

" kita pulang saja" balas Alex , AL masih ingin memperjuangkan penjelasannya. Tapi insiden ini, membuatnya tidak mungkin mengganggu Alexsa, atau mantan kekasihnya itu akan selamanya membencinya.

"kita ke dokter ok, tidak ada penolakan, kita ke dokter, dan kakak tidak perlu khawatir, aku bisa menyetir mobil ini dengan aman" jelas Lexsa dan kemudian mencoba membantu kakaknya banggun, Daniel yang melihat keadaan sahabatnya itu, langsung membantu Alexsa memasukkan Alex ke bagian kursi penumpang. Dan kemudian juga mengeluarkan mobilnya dari area parkiran, dan kemudian mengikuti Mobil sahabatnya itu dari belakang. Dia tahu dengan insiden yang dialami Alexsa, dan dia tahu dia harus mengawasi gadis itu, atau mereka berdua akan berakhir di rumah sakit kedua-duanya.

" jangan lagi menyetir sendiri Lexsa.. aku mohon" Alex berucap lemas

"Aku janji" balas Lexsa cepat , dia tidak mau berdebat, sekarang yang terpenting adalah mengobati luka kakaknya itu, yang diakibatkan kecerobohannya.

Alex tersenyum senang, tidak apa dia harus ditabrak adiknya, asalkan rivalnya itu tidak mencuci otak adiknya dan sekarang dia bisa mencegah itu terjadi. Sekarang dia punya senjata ampuh untuk membuat gadisnya tidak kembali di cuci otak nya oleh Corner itu.

Bukan kah ini kecelakaan yang mebawa keberuntungan untuk nya.

***

Next chapter