webnovel

Menghadiri Pernikahan 3

Alunan musik berhenti.

Aodan dan Luna yang masih berdansa ikut menghentikan gerakan mereka dan melihat Gerald mengangkat tangannya, mengisyaratkan pada para pemain musik dan penyanyi untuk berhenti.

Para tamu undangan seakan tersadar, mereka ikut mengalihkan pandangan ke arah Gerald dan Rachel, sang pasangan pengantin yang tersingkir di sudut.

"Luna, hari ini adalah hari pernikahan kami!" teriak Rachel dengan wajah sedih yang dibuat-buat, berniat untuk menarik simpati. "Kau tidak seharusnya melakukan ini!"

"Melakukan apa?" Luna tersenyum tipis, melepaskan tangannya dari bahu Aodan. "Bukannya tujuanmu mengundangku memang untuk hal ini?"

Luna berjalan mendekati Rachel dengan tenang, sorot matanya benar-benar berbeda dengan yang selama ini ia tunjukkan, bukan sorot mata yang lemah dan pasrah, tapi sorot mata tajam yang seakan ingin menguliti setiap inci kulit kepala Rachel.

Luna berhenti tepat di depan Rachel, matanya menyipit.

"Apa?"

Rachel mengepalkan kedua tangannya, Gerald berada beberapa langkah darinya dan sepertinya ia tidak berniat untuk menyelamatkan istri barunya dalam situasi aneh seperti ini.

"Kau ingin mempermalukanku, 'kan?" Luna berbisik dengan suara yang pelan. "Tapi sekarang kau sendiri yang mempermalukan dirimu."

Rachel mundur dan mengusap telinganya, ia melihat ke sekitar dan melihat pandangan aneh dari para tamu undangan.

"Semuanya, jangan diambil hati, mari nikmati hidangan yang telah tersedia." Gerald dengan cepat menyelamatkan situasi, semua orang yang mengelilingi mereka perlahan-lahan bubar.

"Luna! Jangan kita karena kau telah menemukan laki-laki kau bisa seenaknya!" Rachel melirik tubuh tunggi menjulang milik Aodan yang mendekat. "Kau itu hanya …."

Rachel tersentak, tangan Aodan terjulur menyentuh mulutnya dengan tidak sopan. "Baru kali ini aku melihat betina banyak bicara."

"Pft!" Luna langsung menutup mulutnya rapat-rapat.

"Apa kau bilang? Betina?!" Rachel hampir berteriak, tapi ia berusaha sekuat tenaga menahan dirinya. "Apa kau pikir aku binatang?!"

Luna segera menarik tangan Aodan, memang benar kata betina adalah kata yang jarang digunakan oleh manusia menyebut manusia lainnya. Tapi Aodan bukan manusia, Luna takut kalau si kadal hitam berbicara lebih banyak lagi Rachel akan curiga bahwa yang di depannya ini adalah makhluk jadi-jadian.

Gerald datang dengan langkah panjang. Rachel mendecih dan menyentuh mulutnya, lipstiknya hancur.

"Luna … aku tahu kau cemburu, tapi melakukan hal seperti ini hanya akan membuat dirimu semakin terpuruk."

Luna meremas tangan Aodan dan matanya berkilat ke arah Aodan. "Siapa bilang aku cemburu? Aku … dendam."

PLAK!

Gerald merasakan telapak tangan Luna mengenai wajahnya dengan keras, tidak hanya itu ia juga merasakan ada kuku yang menggores pipinya. Sang mantan suami Luna itu membelalakkan matanya denga kaget dan sesaat merasa pikirannya telah kosong.

"Hari ini adalah hari pembalasan dendamku."

Luna terkekeh pelan, meski lingkaran dansa yang telah mengelilingi mereka telah bubar, tapi tidak sedikit mata yang memandangi mereka.

Rachel tidak tinggal diam, ia mengulurkan tangannya ingin meraih rambut Luna, tapi Aodan dengan sigap menangkap tangannya dan mendorongnya ke arah Gerald, dua pasangan pengantin baru itu terdorong mundur dan menabrak meja.

BRAK!

PRAK! PRANG!

Gelas-gelas berisi anggur yang sudah disiapkan oleh para Pelayan berjatuhan ke atas lantai, mengenai Gerald dan Rachel yang saling tumpang tindih, tak ayal suasana menjadi kacau.

"Luna," bisik Aodan sambil merapat ke arah Luna, ia terlihat tidak baik dan tangannya sedikit gemetar. "Aku … aku akan …."

Luna sangat tahu apa maksud Aodan, ia memanfaat kekacauaan orang-orang yang mendekat ingin membantu Gerald dan Rachel yang terus mengumpat.

"Oh!" Luna pura-pura terkejut, ia mengusap lengannya. "Kalian sudah mengkhianati aku, untuk apa aku harus bersikap baik? Kalian mengundangku untuk mempermalukan aku, kan? Maka lebih baik aku yang mempermalukan kalian lebih dulu!"

Rachel dibantu Gerald berdiri, ia linglung mendengar perkataan Luna yang penuh kemarahan.

Luna tidak menunggu sahutan Rachel, ia langsung merangkul lengan Aodan dan dengan keringat dingin berbalik menjauhi kerumunan.

"Ini belum satu jam." Luna meneteskan keringat dan berusaha mencari sudut yang tidak banyak diketahui orang. "Apa kau menggunakan kekuatanmu?"

"Ya." Aodan menarik napas, langkahnya sudah mulai tidak stabil. "Aku menggunakannya ketika kita berdansa dan mendorong Rachel."

"Ah, pantas." Luna menarik Aodan menuruni tangga yang mengarah ke arah taman sepi, mereka sangat terburu-buru hingga Aodan hampir tersandung.

Pantas saja semua mata memandang mereka dan berdecak dengan kagum.

Pantas saja Rachel dan Gerald terdorong dengan kencang menimpa meja anggur dengan sangat memalukan.

Ternyata kadal hitam di sampingnya ini telah menggunakan kekuatannya, Luna berdecak pelan, dia sangat bisa diandalkan.

BOOF!

"Ah!"

Luna merasakan lengan yang ia rangkul menghilang, seekor kadal hitam dengan cepat jatuh ke atas tangga dan merayap di kaki Luna.

"Perubahanmu selalu membuatku kaget."

Luna menghela napas ketika menyadari tidak ada siapa pun di sekitar mereka. Semua orang saat ini tengah terfokus ke aula utama. Wanita itu menangkap kadal hitam. "Sungguh, apa sekarang kita menjadi Cinderella? Ini bahkan belum tengah malam dan kau sudah berubah."

Aodan menanggapinya dengan lidahnya yang mendesis, kedua tangannya bergerak ingin menjangkau wajah Luna, tapi wanita itu mendecih.

"Aku akan puas kalau kau ledakkan semua lampu yang ada di dalam sa …."

BLAR!

Luna bahkan belum mengatakan sampai habis kalimatnya, suara ledakan langsung terdengar diikuti dengan pekikan ngeri di dalam mansion. Luna berbalik dan melihat seluruh bangunan gelap.

"Argh! Apa yang terjadi?!" teriakan dari dalam mansion bergema.

Wanita itu melongo selama beberapa saat, hingga ekor panjang kadal hitam itu mengibas ke pipinya barulah ia sadar.

"Kadal ... kau ...."

Dia memang tidak bertemu dengan Iblis di bukit terpencil. Tapi sepertinya dia memungut monster.

Luna tidak tahu seberapa kuat Aodan jika ia dengan wujud manusia seutuhnya, mungkin ia bisa meledakkan satu kota?

Aodan mendesis, ia melepaskan diri dari tangan Luna dan merayap di atas kepalanya. Mata emasnya itu berbinar-binar, seakan tengah meminta pujian atas apa yang ia lakukan.

"Wow, yah ... terima kasih. Kau … kau sangat hebat! Aku … aku akan membuatkanmu makanan apa pun yang kau pesan." Luna berkata dengan linglung, para tamu undangan yang panik berhamburan keluar dan meninggalkan mansion tanpa menoleh.

Luna tidak tahu harus senang atau ngeri. Tapi yang jelas, ia benar-benar berhasil mengacaukan pernikahan Rachel dan Gerald. Wanita itu mengambil kadal dari atas kepalanya dan menyembunyikan di balik gaun, berbaur dengan para tamu undangan lain, pergi.

Tidak ada yang menyadari kalau semua yang mereka lakukan di tangga tadi diperhatikan oleh seseorang yang berada di atas balkon yang gelap. Sosok itu tersembunyi dengan sempurna dibalik tanaman yang tumbuh merayap ke atas, sepasang mata emas miliknya menyipit ke arah Luna yang membawa Aodan untuk naik ke dalam taksi.

Senyumannya semakin lebar dan kedua tangan yang memegang pegangan tangga tanpa disengaja meremasnya dengan kuat hingga terdengar bunyi retakan kayu.

"Ternyata benar-benar … seekor Naga."

Next chapter