webnovel

Paved The Way

Seoul Green Valley Appartment

24 April 2016

00.35 KST

Hari telah berganti, namun Mark belum juga bisa tidur malam itu. Matanya tertutup, namun pikirannya berkelana setelah Shin Yugie melacak dan meretas keberadaan dan kemungkinan hubungan orang-orang yang berperan dalam kasus ini.

"Siapakah sosok 'wife' yang berada di Rusia? Sepenting apakah hubungannya dengan Eric Sohn? Apakah dia sungguh istrinya?"

"Lalu 'evil' apakah dia—"

"Musuhnya? Seperti apa musuh seorang peneliti? Perebutan proyek? Apa itu mungkin?"

"Jaebeom, dia benar-benar memuakkan. Dimana makanan beracun itu? Jika saja barang bukti itu muncul di pengadilan, kasus ini akan lebih mudah terselesaikan dan mendapat banyak bantuan tim ahli."

TING!

Suara notifikasi dari ponsel Mark membuyarkan pikirannya yang sedang termenung. Ia lantas menyingkap selimut abu-abu yang menutupi wajahnya itu dan menyandarkan diri di headboard. Ia segera meraih ponselnya di atas nakas.

"Apa Kau sudah tidur? Aku harap Kau dapat tidur tanpa bantuan obat. Selamat malam!"

Pesan dari Wendy. Mark tersenyum, lalu mengetikan beberapa kalimat balasan untuknya.

"Belum, semakin malam, kepalaku semakin berisik. Tenang saja, Aku tidak menggunakan obat tidur. Bagaimana denganmu?"

TING!

Ponsel Mark kembali berbunyi, Ia cepat-cepat membuka ponselnya, namun ternyata itu bukan dari Wendy.

"Apakah Kau Mark Tuan? Detektif kepolisian Seoul? Aku Luika, istri Eric Sohn. Ini adalah pesan terjadwal. Aku harap ini akan terkirim dan Kau membacanya, karena Aku tidak tahu sampai kapan Aku akan bertahan. Aku meminta bantuanmu, agar Eric bisa kembali ke Rusia dan menyelesaikan segala urusan penelitiannya kepada pihak yang paling memberikannya jaminan keselamatan hidup. Aku mohon padamu, karena Eric sepertinya sangat mempercayaimu. Ditulis di Moscow, Rusia 17 April 2016, 14.37."

"KIM DOYOUNG!" Mark berteriak memanggil Doyoung yang sedang tidur di kamar sebelahnya bersama Yugie segera setelah selesai membaca pesan asing dari nomor telepon berkode +7 itu.

Tidak berselang lama, terdengar suara hentakan kaki dari luar kamar Mark. Siapa lagi kalau bukan milik Doyoung. Sepertinya Ia khawatir karena Mark seringkali mengalami sleepwalking dan tidak jarang berakhir dengan dirinya yang terluka akibat merusak sesuatu.

"MARK TUAN! Apa Kau kerasukan?" sahut Doyoung balas berteriak dari depan pintu kamar Mark. Mark bergegas membuka pintu kamarnya.

"Istri Eric Sohn baru saja menghubungiku, melalui pesan terjadwal. Aku yakin, ini indikasi bahwa keselamatannya terancam."

"Biar Aku membacanya."

Mark kemudian memberikan layar ponsel yang masih menampilkan pesan dari seseorang bernama Luika itu. Doyoung membaca pesan teks itu dengan teliti, sembari memicingkan matanya karena masih setengah sadar dan tidak memakai kacamata.

"Kita harus mengkonfirmasinya, tidak ada yang menjamin ini pesan asli yang ditulis oleh pemilik identitas yang disebutkan."

"Ada apa ini? Apakah kebakaran?" Shin Yugie datang menghampiri dua pria yang tengah berdiri di depan pintu kamar Mark itu.

"Bisa Kau lacak nomor ini? Aku baru saja mendapat pesan misterius."

Markas Kepolisian Seoul

24 April 2016

08.14 KST

Mark melangkah dengan cepat seperti biasa menuju ruangan atasannya, Kepala Kepolisian Seoul, Song Mino. Mark telah melaporkan temuan dan hipotesisnya kepada Mino tadi subuh melalui nomor privat yang diberikan Shin Yugie, mencegah kemungkinan percakapannya disadap oleh pihak lain yang bermain kotor. Lalu hari ini, Mark menemuinya secara langsung, berhrap Mino akan mengizinkan Mark melakukan sebuah 'misi' rahasia.

TOK TOK TOK..

"Silakan masuk!" seru Mino dari dalam ruangannya setelah Mark mengetuk pintu. Mark pun segera masuk, dan segera menutup bahkan mengunci pintu ruangan itu.

"Seperti yang telah Aku jelaskan kemarin malam via telepon hyung, bagaimana menurutmu?" tanya Mark to the point.

Mino menghela nafas panjang, kemudian menegakkan duduknya dan menatap Mark lebih serius dari biasanya.

"Terkait rencanamu untuk pergi ke Rusia untuk menemui wanita itu, Aku mendukung. Tapi—" Mino menggantungkan ucapannya sedikit lama.

"Tapi apa?"

"Aku tidak bisa menjamin keselamatanmu Mark, ini akan menjadi misi rahasia. Tapi jika Kau membutuhkan tim, Aku bisa membantumu."

"Aku paham, ini sangat berisiko. Tapi Kau tahu ini adalah kelanjutan kasus lima tahun lalu, dimana Aku gagal dan dipindahtugaskan akibat permainan kotor segelintir pihak?"

"Aku paham dengan idealismemu. Tapi Mark—" Mino kembali menggantungkan kalimatnya, membuat Mark memutar matanya.

"Bisakah Kau berbicara tanpa menggantung dan nada drama?" ujar Mark sarkastik. Mino menghela nafas.

"Aku memberikan kesempatan padamu untuk menyerah, ini adalah international crime, Aku pesimis kita dapat menyelesaikannya."

"Ada apa denganmu hyung? Bersikaplah gentle seperti biasa, dan Kau harus yakin selama Kau berada di jalan yang benar, baik, dan daya juang tinggi."

"Apakah Kau sedang memberikan kuliah padaku?"

"Kau memang bodoh dan plin plan."

"Kurang ajar!"

"Kau harus mendukungku penuh, dalam misi rahasia ini. Aku tidak mau tahu!"

"Kau akan terlibat jauh Mark, berhati-hatilah."

"Kau juga hati-hati. Tentu saja Aku akan menyeretmu."

"Siapkan tim mu, dan jangan gegabah."

"Apakah Aku terlihat gegabah?"

"Tidak, tapi Kau seperti beras gabah."

"Ck, lawakan orangtua. Tidak berkelas!"

White Skull Military Training Center

24 April 2016

13.30 KST

Selepas menemui dan meminta persetujuan Mino, Mark segera menghubungi orang-orang kepercayaannya untuk pergi ke Rusia dalam dua hari kedepan. Orang pertama yang Ia hubungi adalah Jackson Wang, Kapten SWAT yang memiliki akses ke tempat pelatihan militer dengan kerahasiaan tinggi bernama White Skull Military Training Center, dan sepertinya akan menjadi tempat rapat rahasia tim khusus yang dibentuk oleh Mark. Tidak lupa Mark menghubungi Jeffrey, Doyoung, dan Yugie untuk datang siang itu.

"Baik, seperti yang telah dijelaskan, kita akan melakukan misi rahasia untuk mengusut kasus kematian masal DIS."

"Secara tidak resmi, Aku akan mengumumkan bahwa kasus ini adalah international crime. Karenanya, ini cukup berisiko. Apakah diantara kalian ada yang keberatan dan ingin mengundurkan diri?" tanya Mark to the point kepada empat orang dihadapannya.

"Tidak sama sekali." jawab Jackson dengan nada tegas dan lantang.

"Ya, Aku juga. Aku sudah bekerja bersamamu bahkan di kasus lima tahun lalu. Orang-orang bertangan kotor itu harus dihentikan." kali ini Jeffrey. Nadanya tampak berapi-api, terlebih Ia sudah mendengar kabar perihal Taehyung yang ternyata adalah mata-mata NISA.

Sementara itu, Doyoung dan Yugie hanya mengangguk menyetujui.

"Baiklah. Kalau begitu kita akan menyusun rencana."

Mark menampilkan slide power point pada layar disampingnya. Keempat rekannya segera memperhatikan dengan seksama.

"Pertama, kita akan menuju Moscow, karena terakhir pesan misterius itu datang dari Moscow, dan telah terkonfirmasi oleh Yugie. Kita akan menggunakan penerbangan sipil secara terpisah."

"Kedua, setibanya di Moscow, kita akan tinggal di markas darurat yang disiapkan oleh Mino. Lalu, kita akan menuju tempat wanita itu melalui koordinat yang lebih spesifik dan hanya bisa ditemukan disana."

"Mino? Song Mino?" tanya Jackson dengan ekspresi heran.

"Ya, kepala kepolisian Seoul. Ada masalah?" tanya Jeffrey. Ia menangkap ketidakyakinan dari nada bicara Jackson.

"Entahlah, Aku tidak yakin. Apakah Kau punya kenalan di sana? Aku lebih percaya jika orang yang membantu disana adalah orang-orangmu." jawab Jackson.

"Jangan libatkan bantuan Song Mino."

"Kenapa?" tanya Mark dengan ekspresi lebih bingung.

"Tidak apa-apa."

"Jackson!" seru Mark dengan nada tinggi. Ia sangat tidak suka orang yang tidak berterus terang dalam pekerjaan.

Jackson memutar bola matanya, lalu menghela nafas panjang.

"Dia dekat dengan lingkungan kementrian pertahanan sebelum menjabat sebagai Kepala Kepolisian Seoul, jauh sebelum Kau mengenalnya."

Mark mengangguk mengerti, begitu juga dengan Yugie, Doyoung, dan Jeffrey.

"Masuk akal. Kita harus menghindari sejauh mungkin untuk melibatkan orang-orang yang pernah terlibat dengan kemenhan, dan NISA." ujar Jeffrey yang disetujui oleh Mark.

"Setelah kita berhasil menemui wanita itu, kita akan membawanya ke Korea, dan menginterogasinya?" tanya Yugie memecah keheningan.

"Tidak, itu terlalu berisiko. Kita akan menginterogasinya di Rusia. Tenang saja, Aku tersertifikasi bahasa Rusia."

"Baiklah."

"Rencana selanjutnya akan ditentukan setelah kita mendengar kesaksian wanita itu."

"Baiklah jika tim sudah lengkap, kita harus bersiap. Jackson, apakah persenjataan aman?"

"Aman. Aku yakin kalian semua sudah menerima pelatihan khusus militer bukan?" tanya Jackson yang dibalas anggukan oleh semua orang disana.

"Aku rasa seseorang perlu tinggal di Korea untuk melaporkan situasi terkini, terutama pergerakan Kemenhan dan NISA. Aku masih memiliki akses untuk menggunakan Taehyung dan berpura-pura bahwa Aku ada di pihaknya."

"Doyoung, kurasa Kau harus tinggal di Korea, dan awasi pergerakan Taehyung."

"Siap, laksanakan."

Tiba-tiba ponsel Mark bergetar tanda panggilan masuk

Wendy Son is Calling….

Mark segera mengangkat telpon dari Wendy dan berjalan menjauh dari rekan-rekannya.

"Halo Wen? Ada apa?"

"Mark, Song Mino memintaku untuk bergabung dengan tim khusus dalam misimu ke Rusia sebagai tim medis sekalius psikiater untuk wanita yang menjadi targetmu itu. Aku sudah mengkonfirmasinya. Kau dimana?"

Next chapter