webnovel

Perjalanan ke Galilea

Lorong perpustakaan yang sepi perlahan terisi dengan suara langkah kaki petugas dan anggota departemen penelitian yang bermarkas di tempat itu. Di sebuah ruang tertutup wangi kopi arabika menemani dua orang pria dan seorang wanita yang tengah sibuk berkutat dengan aksara Jawa yang ditulis melingkar secara beraturan.

Tok! Tok! Tok! "Profesor Izack!"

TIba-tiba terdengar ketukan disertai suara seorang laki-laki dari pintu ruangan itu, Pak tua Izack pun berdiri dan berjalan untuk membukanya. Setelah pria itu membisikkan sesuatu kepadanya, ia berbalik dan berkata kepada Jack dan Arquene yang masih mengamati kertas berwarna putih kekuningan di depan mereka.

"Istirahatlah dulu, di balik pintu itu ada tempat tidur yang bisa kalian gunakan. Aku ada urusan penting yang harus kuurus, nanti siang kita lanjutkan lagi." Ia pergi bersama pria itu setelah menutup pintu di belakang mereka.

Arquene menguap, lingkaran hitam tipis terlihat di matanya.

"Sebaiknya kita tidur dulu seperti saran profesor." Usul Jack yang juga sudah sangat mengantuk. Tapi setelah membuka pintu kamar tidur itu wajah mereka mendadak memerah.

'Dasar pak tua, sempat-sempatnya dia menggodaku' batin Jack saat melihat di ruangan itu hanya ada satu tempat tidur. Untung saja ada sofa di sudut ruangan dekat dengan jendela.

"Tidurlah di atas Kasur, aku akan tidur di sofa." Kata Jack.

Mereka pun merebahkan badan lelahnya dan tertidur dengan pulas.

Sementara itu di sebuah ruangan berwarna cokelat muda yang dihiasi dengan pedang-pedang antik yang menempel di dinding, Pak tua Izack sedang duduk berhadapan dengan guild master Tigreal.

"Ada yang bisa kubantu guild master?" Tanya Pak tua Izack setelah duduk dan bersandar di sebuah kursi.

"Informan kita yang berada di Galilea membawa kabar buruk. Mereka melihat beberapa anggota Shadowcifer berkeliaran di daerah itu untuk mencari seorang pandai besi. Aku ingin kau dan Tarud menyelidikinya. Perasaanku mengatakan kalau berita ini ada hubungannya dengan kejadian beberapa hari yang lalu." Perintah guild Master Tigreal.

Mendengar perintah tersebut Pak tua Izack spontan bertanya, "Baik, apa aku boleh mengajak Jack?"

"Silakan, ia seorang adventurer yang berbakat. Aku merasa lega akhirnya kau memutuskan untuk mengangkat seorang murid dengan serius Izack. Aku harap ia dapat menjadi salah satu pilar guild ini suatu saat nanti." Jawab guild master Tigreal.

Pak tua Izack terkekeh lalu berkata, "Ia memang cerdas dan banyak akal, tapi pengalamannya masih sangat kurang. Semoga saja Ia dapat belajar banyak dari misi ini."

Setelah menyimpulkan hasil penelitian mereka terkait lingkaran sihir, sore itu Jack dan Pak tua Izack pergi ke workshop Dragon Hammer untuk menemui Tarud. Saat masuk ke ruang kerja pribadinya Tarud terlihat sedang menggosok sebuah teropong binokular kayu berwarna cokelat gelap yang kemarin mereka desain bersama.

"Ah Jack! Lihatlah teropong ini, apa bentuknya sudah seperti yang kau bayangkan?" kata Tarud sambil mengulurkan tangannya dan memberikan teropong itu kepada Jack.

'Dari bentuknya sudah sesuai, pengatur fokusnya juga sudah ada.' Batin Jack sambil meneliti teropong di tangannya.

"Secara fisik sudah sesuai, tinggal kita uji coba di lapangan. Mungkin ki-..."

"Guild master memita kita pergi ke Galilea besok untuk menginvestigasi sesuatu." Potong Pak tua Izack. Jack sempat kaget saat mendengarnya.

"Sepertinya cukup serius. Baiklah, akan kupersiapkan dua kuda untuk perjalanan besok." Jawab Tarud.

"Siapkan tiga, Jack akan ikut dengan kita." Imbuh Pak tua Izack.

'Eh, aku ikut?' wajah Jack terlihat kebingungan karena baru pertama kali mendengarnya.

Tarud terkekeh lalu berkata, "Jangan takut Jack, kali ini aku berjanji akan melindungimu dari dekat."

"Bukan itu yang kukhawatirkan, aku belum pernah menunggangi kuda sebelumnya." Balas Jack dengan lugu.

Pak tua Izack dan Tarud Tertawa bersamaan. "Jangan takut, kau akan menguasainya sebelum kita sampai di Galilea.��� Tambah Pak tua Izack sebelum melanjutkan tawanya.

Meskipun masih sedikit emosi karena jadi bahan candaan, sore itu Jack pulang dengan membawa dua puluh lima botol mana potion yang diberikan workshop kepadanya. Dengan modal 55 botol mana potion ini ia berniat menaikkan levelnya sebagai persiapan misi besok.

Malam itu ia memperoleh 5.635 experience dan menaikkan levelnya menjadi 13, kemudian mengalokasikan stats pointnya pada STR 15 poin, 10 poin pada AGL dan 5 poin pada INT. Meski level dan atributnya telah naik, Jack masih belum dapat menggunakan pedang dan tameng slimenya dengan leluasa karena senjata tersebut masih terlalu berat untuknya. Lewat tengah malam Jack baru selesai melakukan persiapan dan pergi tidur.

Sebelum matahari terbit, Jack, Pak tua Izack dan Tarud sudah berada di tepi hutan dekat pegunungan Hermirath dengan memakai kerudung dan cadar sambil menunggangi kuda mereka masing-masing. Mereka sengaja melakukannya secara diam-diam untuk mengecoh musuh yang mungkin mempunyai mata dan telinga di sekitar Kota Alexandrium.

Jack yang baru pertama kali menaiki kuda merasa heran campur bahagia. Ia tidak menyangka kuda yang dinaikinya itu mengikuti semua permintaannya seperti empat kaki yang sedang berderap di atas tanah sekarang adalah kakinya sendiri.

Pak tua Izack dan Tarud pun keheranan saat melihatnya, di dalam hati mereka berkata. 'Bukankah bocah itu bilang tidak bisa naik kuda?'

"Sepertinya kau mengerjai kami Jack?" sindir Pak tua Izack melihat cara menunggang Jack yang sangat profesional.

"Aku tidak bohong pak tua, ini memang pertama kalinya aku menunggangi seekor kuda. Mungkin ini memang salah satu bakat yang kudapat dari lahir." Ledek Jack sambil tertawa lepas. Ia merasa puas bisa membalas cemoohan mereka kemarin.

Mereka menyusuri Jalur yang jarang digunakan oleh pedagang maupun adventurer yang hendak bepergian ke wilayah timur, karenanya mereka baru sampai di Kerajaan Galilea keesokan harinya saat matahari mulai memancarkan cahaya kemerahan di ufuk barat. Mereka pun segera memasuki sebuah rumah kecil sederhana yang sebagian besar terbuat dari kayu di daerah pinggiran kota Thurnalduhr, Ibukota Kerajaan Galilea. Tempat itu adalah markas rahasia adventurer guild di Kota itu.

"Selamat sore ki sanak, ada yang bisa saya bantu?" Tanya pria kurus berhidung mancung menyapa mereka dari depan pintu.

"Kami ingin menyewa tempat untuk menginap, tapi kami hanya punya sekantung keberanian." Jawab Pak tua Izack.

"Keberanianlah yang kami inginkan ki sanak. Kalau begitu silakan masuk, kuda anda akan saya antar ke kandang." Pria kurus berhidung mancung itu menunjuk sebuah kandang kuda di sebelah rumah kecil itu sambil mengatakannya.

'Kata sandi yang aneh. Bukankah mereka malah terlihat mencolok kalau orang lain mendengarnya?' batin Jack sambil menggelengkan kepalanya.

Setelah mengekang kuda tunggangan mereka, pria kurus berhidung mancung mengajak mereka masuk ke rumah kecil itu.

Di dalamnya dua orang pria berbadan kekar sedang duduk di sebuah meja bundar berwarna hitam sambil meminum secangkir kopi panas dari gelas keramik berwarna cokelat.

"Selamat datang profesor Izack, Tarud Thruldrendikr. Silakan duduk." Kata pria kekar berambut pendek setelah berdiri dan memberi hormat.

'Ternyata Tarud dan Pak tua Izack cukup terkenal di kalangan para adventurer. Pria yang terlihat kuat seperti dia saja sangat hormat padanya." Ucapnya dalam hati.

Pak tua Izack dan Tarud hanya sedikit mengangguk dan menarik kursi yang ada di dekat meja untuk mereka duduki. Jack mengikuti gerakan mereka dan duduk sedikit lebih jauh di belakang kedua mentornya.

Mata kedua orang itu pun tiba-tiba tertuju pada dirinya seolah bertanya, 'Siapa anak muda ini?' tapi mereka tidak berani berkomentar apa-apa.

"Ceritakan situasinya." Pinta Pak tua Izack tanpa basa basi.

"Empat hari yang lalu kami melihat sepuluh anggota Shadowciver sedang berkeliaran di dalam kota Thurnalduhr. Setelah mengamati gerak-gerik mereka, kami mencoba untuk mendekat dan bertanya kepada orang-orang yang mereka temui. Hasilnya, mereka ternyata sedang mencari pandai besi bernama Tognuhr Steelbreath untuk memintanya membuat sesuatu." Papar pria itu.

"Tognuhr Steelbreath?" Tarud sedikit terkejut mendengar nama itu.

"Apa kau mengenalnya?" Tanya Pak tua Izack.

"Tognuhr Steelbreath dan aku dulu pernah belajar pada guru yang sama. Orangnya keras kepala dan ambisius, tapi seingatku ia bukan orang jahat." Ungkap Tarud.

"Apa kau tahu di mana dia tinggal sekarang?" lanjut Pak tua Izack.

Setelah berpikir sejenak Tarud menjawab, "Seingatku rumahnya ada di wilayah timur kota Thurnalduhr. Apa kita perlu ke sana sekarang?"

"Tidak, terlalu mencurigakan datang ke tempat itu malam-malam begini. Kita akan menemuinya besok pagi. Lebih baik kita istirahat dulu malam ini." Kata Pak tua Izack.

"Tapi kami hanya punya dua kamar kosong. Apa saya perlu menyewa satu kamar lagi di penginapan terdekat?" Tanya pria kurus berhidung mancung yang tadi mengantar mereka masuk.

Setelah berpikir sejenak Pak tua Izack menjawabnya, "Tidak perlu, siapkan saja satu Kasur lantai. Muridku akan tidur di bersamaku, kami perlu membicarakan sesuatu."

Mereka pun pergi ke kamar masing-masing, hanya pria kurus berhidung mancung yang tetap berada di ruang depan. Ia duduk di antara dua jendela depan sambil mengamati kondisi di sekitar rumah itu, sepertinya malam ini jatahnya untuk jaga malam.

Di dalam kamar Jack dan Pak tua Izack kembali membicarakan tentang lingkaran sihir. Setelah Jack mendemonstrasikan kemampuannya menulis lingkaran sihir sederhana di atas kertas dengan menggunakan tinta, Pak tua Izak berkata "Bagus, ini saatnya kau mencoba menulisnya di dalam batu permata."

"Apa kau membawa batu zamrudnya?" Tanya pak tua izack sambil mengeluarkan satu botol kaca berisi cairan biru kehitaman dari dalam tasnya. Tas yang didesain oleh Jack sangat digemari sekarang ini sampai-sampai Pak tua Izack memilikinya.

Jack mengeluarkan kantong batu permata berwarna hitam kecokelatan, dan mengeluarkan sebuah batu berwarna hijau.

"Bagus, santai saja. Jangan terburu-buru saat menulisnya. Dengan kemampuanmu sekarang aku yakin kau dapat melakukannya dengan mudah." Tutur Pak tua Izack.

"Baiklah." Jack menarik nafas beberapa kali untuk menenangkan diri lalu memusatkan konsentrasinya. Ia mengalirkan mana keluar dari tubuhnya dan dengan hati-hati mengambil sedikit cairan berwarna biru kehitaman dari botol yang ada di tangan Pak tua Izack.

Jack menaruh batu zamrud hijau itu di atas sebuah alat khusus agar tidak bergerak saat ia mulai mengukir lingkaran sihir di dalamnya. Kemudian ia mulai menyelubungi batu zamrud itu dengan mananya dan dengan hati-hati memasukkan cairan biru kehitaman dari permukaannya sebelum mulai mengukirnya.

Tiga puluh menit kemudian, lingkaran sihir tersebut akhirnya selesai. Dengan wajah dan tubuh yang penuh keringat Jack akhirnya menghela nafas lega.

'Rasanya seperti baru saja menyelesaikan soal matematika yang sangat rumit seharian penuh.' Tubuh dan pikiran Jack terasa lelah sekali. 'Kelihatannya aku belum sanggup untuk membuat lingkaran sihir yang lebih rumit dari ini.' Batin Jack

Setelah melihat dan mencoba alat sihir buatan Jack, Pak tua Izack memujinya. "Bagus Jack, ini baru muridku." Ia tertawa sambil menikmati angin menyegarkan yang keluar dari alat sihir di tangannya.

"Sekarang istirahatlah, aku akan tidur dulu." Kata Pak tua Izack.

Jack mengangguk. Setelah tubuh dan pikirannya membaik, ia mencoba mengaktifkan alat sihir yang baru saja dibuatnya itu. Angin segar keluar dari lingkaran sihir berwarna biru yang bersinar dari dalam batu zamrud di tangannya. Satu kali mengaktifkan alat sihir itu, angin yang keluar dapat bertahan hingga lima menit lamanya.

Setelah itu Jack mengambil pedang sihir dan tameng slime yang ia bawa kemudian membuka statusnya.

Jack Walker

Level 13 <Human><Adventurer> EXP- 389/3400

Title : 'Transmigrator from another world' 'Slime Hunter'

Health : 121/121

Mana : 40/41

STR : 75 +

AGL : 87 +

INT : 65 +

Attack : 13

Speed : 15 <-11>

Magic : 13

Resp. : 6

Intuition : 2

'Bagus, dengan levelku sekarang aku bisa menggunakan kombinasi ini dengan leluasa.' Batin Jack sambil tersenyum. Setelah merapikan senjatanya dan melepas armor yang ia pakai, Jack pun menggelar kasur lantainya dan tidur di sana.

Next chapter