webnovel

Berhasil

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu membuat Tristan tidak jadi memejamkan mata. Dengan langkah pelan ia menghampiri pintu. Entah siapa yang sudah mengganggu rencana Tristan untuk tidur.

Ceklek!

"Ini, Tuan, kosmetik dan kartu kreditnya," ucap Saman. Ia membeli kosmetik atas pilihan penjaga toko yang mengatakan itu produk terbaik. Sesuai perintah Tristan, Saman membeli yang paling mahal dan paling bagus. Saman hanya berdoa, semoga saja Haruna menyukainya.

"Terima kasih. Tolong sekalian suruh Bu Sin siapkan makan malam,'' perintah Tristan.

"Baik, Tuan." Saman pun berlalu menuju dapur dan memberitahukan pesan Tristan kepada Sinta.

Sambil menunggu Sinta menyiapkan makan malam, Tristan pergi membasuh tubuhnya di kamar mandi. Hari ini untuk pertama kalinya Tristan akan memberikan hadiah pada seorang perempuan. Biasanya Tristan hanya memberi para perempuan itu uang. Tristan tidak peduli apa yang akan mereka beli dengan uang itu. Haruna gadis yang berbeda dengan gadis-gadis yang dikencaninya selama ini. Haruna tidak akan mau menerima uang dari Tristan. Tristan memilih membelikan kebutuhan Haruna sendiri dari pada memberi uang.    

Selesai membasuh tubuhnya, Tristan memakai kaos ketat berwarna hitam dan celana longgar dengan warna senada. Kaos itu mencetak setiap lekukan tubuh kekar Tristan. Terlihat jelas kalau Tristan sangat menjaga kebugaran tubuhnya. Seminggu sekali, ia rutin berolah raga.

Tristan pergi ke ruang makan sambil menenteng tas belanjaan kecil berisi satu set kosmetik. Ia menyuruh Sinta memanggil Haruna untuk makan.

"Suruh dia turun!" titah Tristan. 

Sinta pergi ke kamar Haruna.

"Non, ayo makan! Tuan sudah menunggu," ucap Sinta. 

"Bu, apa aku sudah cantik?" tanya Haruna.

"Sangat cantik. Dijamin akan membuat Tuan terpesona. Non sangat cantik walau tanpa riasan,"  puji Sinta dengan kedua jempol terangkat. Sinta merasa sangat dekat dengan Haruna. Seolah Haruna adalah putrinya. Sinta melamun menatap senyum Haruna. Senyuman itu mirip seseorang yang dikenalnya.

"Bu, kenapa Ibu melamun?" tanya haruna yang heran melihat Sinta melamun sambil memandang dirinya.

"Tidak apa-apa. Ayo turun!" Sinta menggandeng tangan Haruna. 

Maklum saja, tadi pagi Haruna dicumbu Tristan dengan kasar. Haruna tidak ingin kejadian tadi pagi terulang lagi. Ia pun mengikuti saran Sinta untuk bersikap baik pada Tristan. Meski sangat muak melihat Tristan, tapi Haruna mencoba agar Tristan tidak melihat kebenciannya.

Haruna duduk di samping Tristan. Ia tidak mengatakan apa pun. Haruna hanya sibuk menyantap makanannya. Ia sudah melihat tas kecil yang diletakkan di kursi kosong di samping Tristan, tapi Haruna pura-pura tidak tahu.

"Ini!" Tristan menyodorkan tas itu di hadapan Haruna setelah Haruna selesai menghabiskan makanannya.

"Apa?" tanya Haruna dengan ketus.

"Kosmetik. Kamu butuh kosmetik, kan?" 

"Benarkah?" Haruna berpura-pura terkejut dan segera menyambar tas itu dengan senyuman manis menghias bibirnya.

Deg!

Senyuman Haruna seperti senyuman bidadari, begitu teduh dan menghanyutkan. Ingin rasanya Tristan melumat bibir pink tipis tanpa lipstik itu dengan rakus. Namun, Tristan takut membuat Haruna kembali membencinya. Ia sangat senang melihat senyuman Haruna dan ia tidak mau merusaknya. Tristan pikir Haruna akan menyukai hadiahnya, tetapi ia salah. Haruna terlihat cemberut dan merengut saat membuka tas dan melihat isinya.

"Apa ada yang kurang? Aku akan menyuruh Saman untuk membelikannya lagi," ucap Tristan dengan lembut. Melihat senyum Haruna menghilang, hati Tristan pun mejadi sedih.

"Aku tidak mau memakainya," ucap Haruna sambil bangun dan hendak pergi dari ruang makan.

"Itu kosmetik paling mahal dan paling bagus di indo. Apa kau mau membeli yang di luar negeri? Aku bisa membawamu kesana," tawar Tristan.

"Paling bagus dan paling mahal bukan berarti cocok dengan kulitku. Aku tidak membeli kosmetikku di luar negeri. Apa kamu pikir, aku sanggup pergi ke luar negeri hanya untuk membeli kosmetik," ucap Haruna. Ia berpura-pura merajuk manja. 

"Oke, aku salah. Aku minta maaf," ucap Tristan.

Sinta dan Haruna terkejut mendengar Tristan meminta maaf dengan suara lembut. Selama ia mengenal Tristan, lelaki itu sangat arogan dan dingin. Sikapnya selalu menyebalkan, tapi sejak tadi sore Tristan selalu berbicara dengan nada lembut.

"Jadi benar, aku harus bersikap baik jika ingin Tristan bersikap baik. Baiklah, mari kita lakukan tes selanjutnya," batin Haruna.

"Kalau kau membawaku keluar, aku akan memaafkanmu," ucap Haruna sambil menerbitkan senyum menggoda.

Tristan melangkah menghampiri Haruna. Ia melangkah dengan pandangan tajam dan mengintimidasi. Tristan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. 

Haruna mundur perlahan karena ketakutan. Hingga akhirnya tubuh Haruna tersudut di dinding. Ia memejamkan matanya dengan kuat. Kedua tangannya mencengkeram ujung rok payung yang dipakainya.

"Gawat! Apa aku membuatnya marah lagi?" gumam hati Haruna.

Tristan berhenti dua langkah di depan Haruna lalu mencondongkan tubuhnya ke depan. Tristan berbisik di samping telinga Haruna.

"Jangan melakukan pose menggoda seperti itu! Atau aku akan menjadi liar." Tristan menegakkan kembali tubuhnya.

"Kamu, dasar jelek!" ejek Haruna sambil memalingkan wajahnya. Ia ingin memaki Tristan, tetapi ia menahannya. Demi tujuannya agar bisa bebas.

"Sejak tadi siang, aku merasa kau bersikap aneh. Aku bukan pria bodoh, jadi katakan apa maumu? Jika kau mencoba merayuku untuk keluar dari rumah ini, maka jangan pernah bermimpi," ucap Tristan dengan senyum smirk.

"Aku hanya ingin bersikap baik agar kau tidak menyiksaku," jawab Haruna. Haruna tidak akan mengatakan niat sesungguhnya. Ia akan melakukan hal itu secara perlahan-lahan tentunya. Semoga saja Tristan tidak mengetahui hal itu sebelum ia benar-benar bisa bebas dan melarikan diri bersama keluarganya nanti.

"Baiklah. Aku mempercayai kata-katamu. Lalu, kau ingin keluar kemana?" tanya Tristan. Ia kembali berkata dengan lembut.

"Ke mall, beli kosmetik," ucap Haruna dengan wajah dibuat seimut mungkin. Selama hidup, baru kali ini Haruna harus merayu laki-laki. Ditambah laki-laki ini adalah laki-laki yang sangat dibenci olehnya. Namun, Haruna tetap melakukannya. Apapun akan ia lakukan asalkan tujuannya tercapai. Ia harus bebas dari jeratan Tristan. Ia tidak mau menghabiskan seumur hidupnya dalam rumah yang dingin seperti ini.

"Hanya itu? Tidak mau minta yang lain?" 

"Tidak," jawab Haruna singkat.

"Aku ambil jasku dulu. Kita pergi setelahnya," ucap Tristan sambil pergi berlalu menaiki anak tangga.

Setelah Tristan pergi, Sinta dan Haruna melakukan tos sambil tersenyum penuh kemenangan. Setelah membeli kosmetik nanti, Haruna akan merayu Tristan untuk mampir ke rumah Kamal. Haruna sangat merindukan keluarganya. Ia juga tidak mau membuat keluarganya khawatir. Haruna akan berusaha sebaik mungkin agar Tristan mengizinkannya kembali ke rumah. Ia hanya perlu memberitahu keluarganya untuk bersabar. Untuk saat ini, Haruna hanya fokus untuk mendapatkan hati Tristan. Jika sudah mendapatkan hatinya, barulah Haruna bisa mengendalikan Tristan.               

Next chapter