Siang ini di sebuah restoran di daerah distrik gangnam "Chef's Palette" Sebuah restoran yang menyediakan masakan khas Cina dan Jepang juga menu barbeque yang menggugah selera.
jimin dan jungkook sedang menikmati makan siangnya dengan tenang. Mereka sedang menikmati menu barbeque yang sering di minati oleh pengunjung lainnya.
"Kau suka tempatnya jimin-ssi?" Tanya jungkook pada jimin yang tengah menikmati hidangan di depannya.
"Ne aku sangat menyukainya. Terima kasih sudah mengajakku ke sini!" Ucap jimin dengan senyum lebarnya dan membuat jantung jungkook semakin berdebar kencang. 'Ya tuhan! Senyumnya membuatku ingin memeluknya.' batin jungkook.
๐ฟ๐ง๐ง๐ฉ๐ฉ๐ฉ ๐ฟ๐ง๐ง๐ฉ๐ฉ๐ฉ
Saat mereka masih menikmati hidangan mereka ponsel jimin bergetar dengan segera jimin merogoh saku celananya.
๐๐ฎ ๐ฟ๐๐๐๐ฎ๐ ๐๐จ ๐๐๐ก๐ก๐๐ฃ๐....
"Jungkook-ssi maaf aku akan menerima telepon dulu ne.." Jungkook pun membalas dengan anggukan kepala dan segera jimin mengangkat teleponnya dan berjalan ke arah luar restoran.
"Yoboseo hyung~!"
"Istriku manja sekali eoh? Miss me baby?"
"Of course hyung~! Aku ingin hyung segera pulang."
"Sayang, baru dua hari aku disini kalau kau lupa."
"Aish... Oke ya... Emmh!"
"Hei bibirmu jangan di majukan begitu! Kalau ada yang lihat nanti dia akan memakan bibirmu itu!" Sontak jimin menutup mulutnya dengan salah satu tangannya. Jimin mendengar suara kekehan dari seberang sana.
"Ish! Bagaimana kau tau?!"
"Sayang, kau lupa kita hidup sudah 3 tahun jadi aku sudah mengetahui semua sifat dan tingkahmu.."
"Astaga, aku tak sadar kau menghafal semua tingkah laku ku hyung!"
"Hahaha.. Tentu saja sayang! Aku harus mengetahui luar dalam istriku yang cantik ini! Oh ya baby... Apa sudah makan siang?"
"Aku sedang makan siang sekarang dengan teman. Taetae sendiri?"
"Aku sudah makan sayang. Teman pria atau wanita."
"Pria hyung."
"Awas saja kalau kau nakal!"
"Astaga hyung, kau tak percaya pada ku?"
"Aku percaya. -jimin memutar bola matanya jengah- baiklah lanjutkan makan siangmu. Aku akan usahakan pulang dalam satu minggu."
"Eoh? Jinjja?"
"Ne baby."
"Baiklah hyung, aku akan melanjutkan makan ku. Tak enak juga meninggalkan teman ku terlalu lama."
"Baiklah sayang. Saranghaeyo nyonya kim!"
"Nado tuan kim!!" Sambungan pun terputus. Jimin pun kembali masuk ke dalam restoran menuju tempatnya bersama jungkook.
"Maaf, menunggu lama." Ucap jimin yang merasa tak enak hati pada jungkook.
"Tidak apa-apa!" Ucap jungkook sambil tersenyum lebar menampilkan gigi kelincinya yang menggemaskan.
Setelah menyelesaikan makan siang. Jungkook pun mengantar jimin kembali ke butiknya.
"Terima kasih atas makan siangnya jungkook-ssi!" Ucap jimin sambil membungkukkan sedikit tubuhnya dan berucap terima kasih pada jungkook.
"Ne jimin. Oh ya.. bisa kau memanggilku tanpa tambahan -ssi di belakang nama ku? Karena rasanya terlalu formal jimin." Ucap jungkook pada jimin yang kini tengah tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Ne jungkook."
"Baiklah aku pergi sekarang. Lain waktu bisakah kita bertemu lagi?"
"Em,. Tentu!" Jawab jimin dengan tersenyum.
Jungkook pun pergi dari butik milik jimin dan kembali ke perusahaannya. Setelah sampai di perusahaan, jungkook berjalan cepat menuju ke ruangannya sambil menahan senyuman karena jika para karyawannya melihatnya tersenyum-senyum sendiri mereka akan berpikir bahwa atasannya sudah tak waras.
Setelah sampai di dalam ruangannya jungkook segera duduk di kursinya dan seketika senyuman lebar menghiasi wajah tampannya.
"Yah... Rabbit apa kau sudah gila sekarang? Baru datang sudah seperti itu. Apa kau sedang kerasukan eoh?" Ucap Wonwoo sambil bergidik ngeri melihat adiknya seperti itu.
"Kau mengganggu saja hyung. Kau tau... Ucapan jungkook terpotong karena jawaban wonwoo dan membuat jungkook memutar bola matanya jengah.
"Tidak!"
"Yakk!! Aku belum selesai!" Jungkook berdecak kesal setelah mendengar ucapan wonwoo.
" Okey.. Lanjutkan."
"Hyung, aku tadi bertemu jodoh ku." Ucap jungkook seraya meletakkan tangannya ke kedua sisi wajahnya dengan kedua tangan dengan sikunya sebagai tumpuan di meja sambil menerawang mengingat wajah seseorang yang baru ia temui.
"Eiii.. Jodoh? -Wonhoo mencibir- palingan kelinci liar buta yang mau jadi jodohmu."
"Yak! Yak! Tau apa kau hah! Bukan kelinci liar tapi anak itik." Ucap jungkook menyebut 'anak itik' dengan malu-malu.
"Asjhghndkkkjg.. Sejak kapan kau jadi menjijikan seperti itu! Wae.. Wae.. Yak!!" Dengan tiba-tiba jungkook berjalan ke arah Wonwoo dengan senyuman lebar namun mengerikan di mata Wonwoo kemudian dengan cepat jungkook memeluk Wonwoo dari samping membuat Wonwoo memundurkan kepalanya menatap jijik pada jungkook.
"Hyung~"
"Yak! Aku mual jung jijik tau tidak!" Wonwoo memberontak dari pelukan jungkook ia tau jika seperti ini pasti ada maunya. Dengan sekuat tenaga Wonwoo menjauhkan tubuh jungkook dan menahannya dengan kakinya sehingga jungkook berusaha menggapai gapai kembali untuk memeluk hyung.
"Katakan apa mau mu? Jangan bertingkah seperti ini jung, kau benar-benar menjijikan." Ucap wonwoo masih menahan tubuh jungkook agar tak berusaha mendekat lagi.
"Hyung, carikan informasi dari Kim jimin untuk ku." Ucap jungkook sambil merubah posisinya menyamankan tubuhnya bersandar pada sofa. Wonwoo terlihat menautkan kedua alisnya seakan familiar dari nama itu.
"Kim jimin? Jimin? Apa yang kau maksud adik dari Park Sungwoon?"
"Marganya Kim hyung bukan Park."
"Iya aku tau. Tapi aku sangat yakin. Baiklah kutanya satu hal. Apa dia pemuda mungil berbibir tebal berparas cantik?" Tanya Wonwoo yang membuat Jungkook menaikan kedua alisnya.
"Kau benar. Tapi pria dengan ciri-ciri seperti itu ada banyak hyung."
"Em, benar juga. Ah! Tunggu! Apa ini pemuda itu?" Ucap Wonwoo menunjukkan sebuah foto yang ada di dalam galeri ponselnya pada jungkook. Di dalam foto itu terdapat dua sosok pemuda yang sama mungilnya dan sangat mirip. Jungkook pun mengenali sosok yang ada di dalam foto itu yang bersama dengan pemuda bernama Jimin itu.
"Bukankah dia teman hyung? kalau tidak salah namanya Park Sungwoon?" tanya Jungkook.
"hum, dan pemuda yang ada di sampingnya itu adalah Dongsaeng nya."
"Eh? jadi Jimin adik Sungwoon hyung! Tapi kenapa marganya beda?"
๐๐ก๐๐ฉ๐๐
Jungkook mendapat pukulan di belakang kepalanya dari hyungnya.
"Kau bodoh atau apa! Setiap orang yang berubah marga berarti orang itu sudah menikah." Jungkook membelalakkan matanya merasa terkejut mendengar penjelasan dari hyungnya.
"J-jadi dia sudah menikah?" Wonwoo pun mengangguk.
"Dan kau tau siapa suami jimin?" Jungkook pun menggeleng lemah karena merasa kecewa bahwa orang yang mencuri hatinya telah di miliki orang lain.
"Lihat ini kau pasti akan terkejut." Wonwoo menunjukkan sebuah foto yang ada di ponselnya dan sukses membuat Jungkook terkejut.
"WTF!! TAEHYUNG!" Jungkook kembali terkejut tak menyangka bahwa suami jimin ada lah sahabatnya sendiri Taehyung.
"Pantas saja marganya Kim..." Lirih jungkook.
"Menyerah saja jung. Karena tak mungkin kau bisa memilikinya." Ucap Wonwoo memberikan pengertian agar adiknya bisa menerima bahwa orang yang di sukai nya telah bersuami. Namun Wonwoo salah jika beranggapan bahwa jungkook akan menyerah begitu saja karena ia sudah bertekat akan menjadikan pria cantik itu miliknya.
"Aku tak akan menyerah begitu saja hyung. Aku akan menjadikan jimin milikku dan merubah marganya menjadi Jeon jimin." Wonwoo tak habis pikir dengan apa yang adiknya ucap kan. Karena itu adalah sebuah kesalahan dan dosa besar jika sampai jungkook menghancurkan sebuah pernikahan.
"Kau gila jung!! Kau tak...
"Ya aku gila hyung! Aku gila karenanya! Dia sudah mencuri hati ku hyung! Aku mencintainya!" Ucap jungkook terdengar frustasi bagaimana pun juga dia sudah terlanjur mencintai pria itu.
"Tapi tidak dengan menghancurkan sebuah pernikahan jung!" Ucap Wonwoo dengan meninggikan suaranya.
"I don't care!" Wonwoo memijit pelipisnya terasa pening. Dia benar-benar tak mengerti kenapa adiknya seperti ini hanya karena seseorang. Melihat jungkook berlalu begitu saja Wonwoo hanya bisa menggelengkan kepalanya karena tak tau harus berbuat apa karena sifat adiknya yang sangat keras kepala.
"Aku tak tau lagi harus bagaimana! Hah....."
Jungkook pun keluar dari ruangannya dengan mengepalkan tangan. Ia menahan emosinya karena apa yang baru saja ia ketahui. '๐๐ข๐จ๐ข๐ช๐ฎ๐ข๐ฏ๐ข ๐ฑ๐ถ๐ฏ ๐ค๐ข๐ณ๐ข๐ฏ๐บ๐ข ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ข๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐ฅ๐ข๐ฑ๐ข๐ต๐ฌ๐ข๐ฏ๐ฏ๐บ๐ข. ๐๐ฆ๐ฏ๐ซ๐ข๐ฅ๐ช๐ฌ๐ข๐ฏ๐ฏ๐บ๐ข ๐ฎ๐ช๐ญ๐ช๐ฌ๐ฌ๐ถ ๐ฎ๐ฆ๐ด๐ฌ๐ช ๐ฅ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ข๐ฏ ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ฐ๐ณ๐ฃ๐ข๐ฏ๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ฌ๐ฆ๐ฉ๐ข๐ฏ๐ค๐ถ๐ณ๐ข๐ฏ ๐ด๐ฆ๐ฃ๐ถ๐ข๐ฉ ๐ฉ๐ถ๐ฃ๐ถ๐ฏ๐จ๐ข๐ฏ ๐ฑ๐ฆ๐ณ๐ด๐ข๐ฉ๐ข๐ฃ๐ข๐ต๐ข๐ฏ. ๐๐ฌ๐ถ ๐ต๐ข๐ฌ ๐ฑ๐ฆ๐ณ๐ฅ๐ถ๐ญ๐ช!' Racaunya dalam hati.
"SIAL!"
๐๐ฝ๐พ