webnovel

Mencoba Kabur

Sorei ini Odie meminta ijin pada Diego untuk mengunjungi panti dengan alasan sedang liburan. Bukan libur, tapi Odie tetap memantau sang bos dari panti. Karena ia tetap memerintahkan anak buah Diego yang lain tetap berjaga, dan yang pasti selalu melaporkan semua yang terjadi di mansion.

Diego begitu geram, karena ia tak bisa berbuat apa-apa. Padahal bodyguard sekaligus istrinya sedang taka ada di tempat. Ia terus mengumpat karena Odie memblokir semua jalan pintas untuk dia kabur.

"Sial! Kenapa aku seperti tawanan saja? Aku harus berpikir bagaimana caranya agar aku bisa keluar?" Diego mondar-mandir berpikir bagaimana cara agar ia bisa keluar dan bersenamg-senang selagi istri yang menakutkan itu pergi.

Senyum pun menghiasi wajah tampannya. Diego memanggil salah satu pelayan lelaki. Tak lama pelayan itu datang mengetuk pintu kamarnya.

"Maaf tuan, ada apa?" pelayan itu bertanya saat Diego membukakan pintu.

"Apa kau masih ingin bekerja di sini!" ujar Diego sedikit mengancam.

"Kenapa Anda bertanya seperti itu tuan? Tentu saya masih ingin bekerja," jawab pelayan itu dengan rasa takut.

Diego tertawa dalam hati, akhirnya ada jalan juga untuknya untuk pergi dari rumah.

"Ganti bajumu, kita bertukar tempat selama Nyonya Odie belum kembali. Apa kau setuju?" tawaran yang lebih tepatnya sebuah perintah yang harus di patuhi.

Tentu saja pelayan itu tidak bisa menolak. Ia segera melangkah menuju kamar mandi majikannya, dan mengganti pakaiannya. Diego tersenyum puas saat sudah mengenakan pakaian pelayan.

"Bagus, akan ku naikan gajimu. Tapi ingat, jangan keluar dari kamar. Ini ponselku jika Nyonya menghubungi jawab dengan chat saja. Kalau dia bertanya jawab kau sedang tidur. Laporkan semua padaku pada nomer ini, jika situasi tidak memungkinkan keluarlah lewat pintu itu. Apa kau paham?" jelas Diego panjang lebar.

Pelayan itu hanya mengangguk, ia menerima ponsel majikannya dan menyimpannya di saku celana. Dan memperhatikan pintu yang terhubung dengan taman kecil di samping kamar majikannya. Ia harus benar-benar tidak boleh melakukan kesalahan.

Diego juga menghubungi supir pribadinya agar bersiap di garasi. Setelah di pastikan aman, Diego pergi dari kamarnya dengan sangat hati-hati menuju garasi. Ia merebahkan tubuhnya di bangku belakang agar tak di ketahui oleh para anak buahnya yang berjaga di gerbang. Mobil pun sukses melewat para penjaga itu.

Dengan segera mobil meluncur membelah jalanan sore itu menuju tempat favoritnya. Tempat yang sudah sangat ia rindukan, dan tentu dia tidak akan melewatkan kesempatan yang begitu baik ini.

Mobilpun sampai di parkiran sebuah hotel berbintang, Diego melangkah tanpa rasa berdosa menuju sebuah kamar yang sudah ia pesan sebelumnya. Setelah sekian lama ia mengunjungi tempat yang tak semestinya ia datangi. Rasa bahagia memenuhi hatinya, berkencan dengan wanita yang berbeda setiap hari adalah kebutuhan bagi seorang Diego. Pintu kamar hotel pun terbuka setelah Diego menghubungi teman kencannya sore itu.

Seorang wanita cantik, bertubuh seksi dengan gaun yang memamerkan bentuk tubuhnya menyambut Diego dengan senyum menggoda dan pastinya sangat menggairahkan bagi setiap lelaki yang melihatnya. Karena memang itu adalah pekerjaannya. Menjadi simpanan para pengusaha, termasuk Diego.

"Sore, Sayang ... aku sangat merindukanmu," ucap wanita itu sambil bergelanyut manja di lengan kekar Diego.

"Aku juga," ucap Diego yang langsung mendaratkan ciuman di bibir wanita itu.

Diego tak mau membuang waktu, tujuan utamanya adalah menuntaskan gairahnya yang setiap hari di uji dengan melihat keindahan tubuh sang istri. Tapi ia tak mau melakukan itu dengannya, bukan karena ia tak menghargai pernikahannya. Tetapi karena ia gengsi, dan tak mau kalah dengan tantangan yang Odie berikan. Ia ingin Odie lah yang kalah, dan pernikahannya akan segera berakhir. Jujur Diego sering tak bisa menahannya, apalagi setiap malam istrinya itu memakai pakaian yang sangat menggodanya. Namun, sekuat tenaga ia menahannya.

Wanita itu membuka kancing kemeja Diego satu per satu, tanpa melepas pangutan Diego. Kini ia sudah duduk mengangakang di pangkuan Diego, siap menjalankan tugasnya. Dengan tubuhnya ia mencoba membangkitkan gairah Diego. Perlahan ia pun melepas gaun yang di kenakannya memamerkan tubuh indahnya di hadapan Diego. Namun, ada yang aneh pada diri Diego. Ia sama sekali tak terangsang menyaksikan pemandangan di depannya. Ini tidak biasanya terjadi pada lelaki penggemar kencan satu malam itu. Padahal setiap hari ia tersiksa hanya karena melihat Odie memakai lingerie saja tanpa melakukan apapapun.

"Apa yang terjadi denganku? Ini aneh bahkan sangat aneh. Dia lebih seksi daripada Odie, tapi ... kenapa tubuhku tak terangsang dengan setiap sentuhannya?" ucap Diego dalam hati.

Wanita itu mendongakan wajahnya saat merasakan Diego tak bersemangat, meski sedari tadi ia telah berusaha memberikan rangsangan. Tetapi adik kecil Diego tak menunjukan jika ingin bermain-main, mungkin ia tahu mana tempat yang harus ia kunjungi dan yang tak harus ia kunjungi. Wanita itu duduk kembali di pangkuan Diego, ia mengalungkan tangannya pada leher lelaki yang sudah menyewanya sore ini. Sekarang ia berusaha memberikan ciuman yang biasanya sangat memabukan Diego. Namun, lagi-lagi itu tak membuat Diego bergairah. Justru tanpa di duga, Diego mendorong tubuh wanita itu hingga terjatuh di ranjang.

"Kau kenapa? Bukannya kau memanggilku untuk melayanimu? Kalau tak ingin melakukannya, kenapa kau memanggilku!" bentak wanita itu yang merasa di tipu oleh Diego.

"Aku juga bingung," jawab Diego lirih.

"Sehebat apa istrimu? Sampai kau tak bisa terangsang oleh wanita lain? Aku jadi penasaran, padahal kau baru menikah satu bulan. Tetapi pengaruhnya luar biasa?" nada wanita itu terdengar sedikit mengejek.

Diego seperti tak terima akan ucapan wanita itu. Mungkin hubungannya memang tak seindah yang di bayangkan, tetapi sosok Odie memang berbeda denga wanita lainnya. Meski sudah menyandang nama besar Jouller ia masih saja menginginkan untuk bekerja. Ia tidak memanfaatkan situasi yang sudah jelas sangat mengutungkan baginya, tujuannya hanya satu. Bisa memmbantu kondisi keuangan panti, dimana ia di besarkan dulu dengan penuh kasih sayang. Ia tak mau jika adik-adiknya di panti hidup menderita. Setidaknya ia ingin mereka bisa mengenyam pendidikan secara layak. Maka dari itu Odie selalu bekerja keras untuk mereka, sedikitpun tak pernah terbesit di benak Odie untuk memikirkan kebahagiaannya. Jadi Diego sangat tak suka jika ada orang yang menghina wanita itu, meski mereka hanya berpura-pura dalam menjalani pernikahan itu. Diego segera mengambil sejumlah uang dan melemparkannya ke wajah wanita itu.

"Ini bayaranmu, cepat pergi!" usir Diego.

"Baiklah, aku akan pergi. Lain kali jika membutuhkan kehangatan hubungi saja aku, Sayang," ucap wanita itu tepat di telinga Diego.

Diego terduduk di tepi ranjang, ia meremas rambutnya kasar. Ia tak tahu apa yang terjadi pada dirinya, dan kenapa semua tak sesuai dengan apa yang ia inginkan?.

****

Di tempat lain, Odie merasa ada yang tak beres. Dari CCTV yang ia lihat melalui laptopnya, mobil pribadi sang suami terlihat berjalan keluar rumah. Firasatnya pun berkata, jika ada hal yang tidak beres. Setelah berpamitan dengan ibu panti, Odie segera mengendarai motor sport milik Diego dengan kecepatan sedang. Melalui alat yang ia pasang di mobil Diego, Odie langsung bergerak menuju lokasi yang ia yakini tempat sekarang Diego berada.

"Hotel?"

Odie pun mengernyitkan kening saat samai di lokasi terakhir Diego. Ia segera tutun dari motornya dan berjalan masuk ke hotel itu. Setelah bertanya pada resepsionis dan mengetahu no kamar Diego, ia segera menuju ke sana. Odie menarik nafas panjang saat berdiri di depan kamar itu. Pikirannya pun sudah kemana-mana. Perlahan Odie membuka pintu kamar itu.

Bersambung....

Next chapter