webnovel

Ujian Rumah tangga

"Kamu baca dulu kek.."

"Udah kakak bacakan? Kakak udah tahu kan? Ya udah aku tanda tangan aja."

"Kalo kamu tanda tangan aja jangan protes kalau ada masalah diseret-seret."

"Ih iya-iya.." Jay duduk dengan tenang dan membaca dokumen itu secara perlahan sementara Ara beralih kepada dokumen lain.

"Lagian buru-buru amat masih Jam 4 ini…"

"Kasian mommy jagain Tiara.."

"Eh iya dia gimana? Udah baikan?."

"Ya…gitu aja, dia belum inget aku."

"Sabar…" Ara lagi-lagi mengatakan kata yang sudah bosan Jay dengar.

"Iya kak.."

"Kemarin Pak Fikri ketemu kakak bilang kerja Cindy bagus."

"Baguslah.."

"Terus muji-muji dia terus, curiga deh dia suka sama Cindy."

"Suka? Ga boleh." Jay protes.

"Kok ga boleh, terserah dong."

"Nanti kerjanya ga bener, Pak Fikri itu jahat."

"Kata siapa jahat?, ngarang deh.."

"Kakak aja ga tahu, lagian mereka ga cocok."

"Ih apaan sih Jay komenin segala."

"Kak Cindy kan gitu-gitu juga temen aku."

"Iya-iya gimana kamu aja.."

"Kak apa enak punya banyak anak?."

"Enak dong, rame.."

"Zidan aja udah bikin aku pusing.."

"Anak itu jangan dijadiin beban Jay, kalau kamu jadiin beban yang ada kamu pasti ngeluh cape, pegel, atau apapunlah itu. Anak itu dijadiin kebahagian aja, jadi kalau pulang ketemu tuh seneng. Tapi udahlah kamu jangan mikirin nambah anak, pikirin dulu kesehatan Tiara."

"Siapa yang mikir nambah anak, tidur sama Tiara aja aku ga bisa." Komentar Jay disambut tatapan oleh Ara.

"Anggap aja lagi pacaran lagi."

"Iya, aku juga bilang gitu sama Tiara, anggap aja aku lagi PDKT sama dia."

"Nah tuh bisa.."

"Ya tapi kak biasanya Tiara cium aku, biasanya Tiara manjain aku dirumah bahkan terakhir sebelum kecelakaan itu dia janji bakalan pake baju seksi buat aku.." Jay merengek seperti anak kecil dan tanpa malu mengatakannya pada Ara. Rasanya kakaknya itu ingin tertawa sedikit tapi dia takut Jay akan marah.

"Waw..hot juga ya Tiara.." Goda Ara.

"Ma…maksudnya.."

"Jay…inget ga waktu Kamu sakit Tiara ada, mungkin ini waktunya giliran kamu buat nunjukkin kalau dia sakitpun kamu juga bakalan nemenin. Kakak yakin ingatan Tiara itu ga bener-bener hilang Jay. Ya…kalau dari 100% harusnya ada dong yang nyangkut walaupun 10% nya. Ini tuh kesetiaan kamu, kesabaran kamu lagi diuji. Namanya juga rumah tangga pasti gitu, pengujinya tuh macem-macem."

"Dari semua orang cuman aku kak yang ga Tiara inget, gimana aku ga kepikiran?, emang aku orang yang dibenci Tiara apa? Dia malah inget si tommy itu."

"Tahu ah dibilangin juga, kamu ga sabaran dari dulu."Ara sambil memberikan dokumen yang harus ditandatangi Jay lagi.

"Kakak tuh ga ngerti aku, cuman kak Dariel yang ngerti."

"Ye..malah ngeledek lagi, udah cepetan baca.."

"Nih udah. Aku pulang ya.."

"Iya hati-hati.." Ara sambil melihat Jay berlalu begitu saja. Jay segera turun menuju tempat parkirnya dan baru saja lift terbuka dia disuguhi pemandangan Fikri yang sedang mengobrol dengan Cindy. Jay yang tahu cerita tentang mereka dari kakaknya tadi langsung menghampiri keduanya.

"Kak Cindy.."

"Eh pak.." Cindy dengan sopan begitu pun Fikri yang langsung tersenyum dan menyapanya.

"Belum pulang?."

"Mau pak tadi saya nolongin pak Fikri dulu ada barangnya ketinggalan diatas."

"Padahal bisa masuk lagi.." Jay menyindir.

"Ya udah Cindy biar saya sekalian anterin pulang.." Fikri berinisiatif.

"Ga usah pak Ga papa.."

"Ga papa kok Cin, sekalian lewat."

"Saya ada perlu dulu sama Bu Cindy jadi bapak duluan aja." Jay langsung tegas memotong. Dia benar-benar tak suka dengan Fikri.

"Oh iya pak." Fikri langsung kalah dan pamit begitu saja.

"Kakak ngapain sih mau disuruh-suruh aja sama orang kaya dia?."

"Pak Fikri kan atasan saya pak.."

"Dia atasan kamu sampe jam 5, sisanya dia orang lain."

"Iya pak maaf.." Cindy merasa heran kenapa Jay tiba-tiba marah padanya.

"Aku juga atasan kamu sampe jam 5."

"Iya vier, reflek tadi.."

"Ya udah aku anter kakak pulang."

"Ga usah vier.."

"Daripada nanti pak Fikri nungguin, udah ayo.."

"Barang-barang aku masih diatas.

"Ya udah aku jemput dilobi nanti kakak langsung keluar aja.."

"Iya, aku ga lama kok.." Cindy tersenyum sekarang dan segera naik ke atas. Ada rasa senang dihatinya karena Jay akan mengantarnya pulang. Ini Hal yang jarang-jarang terjadi, tak salah keputusan dia untuk meninggalkan mobil dirumahnya hari ini. Sebelum menuju lobi, Cindy menyempatkan diri untuk berdandan agar tak terlihat terlalu kusut di hadapan bosnya itu lalu segera menemui Jay yang sudah menunggu.

"Ingetannya istri kamu gimana? udah pulih?." Cindy membuka pembicaraan.

"Ya..dikit-dikit."

"Bisa ya sampe kaya gitu?."

"Kecelakaannya lumayan parah kak."

"Emang harus hati-hati jaman sekarang. Kadang kita udah hati-hati orang lain yang engga."

"Ini emang musuhnya kakak dulu ngincer aku."

"Oh..udah direncanain ini ?."

"Iya kak, emang niat dia mau nyelakain Tiara."

"Wah gila ya, ada orang sejahat itu."

"Iya dia jahat."

"Sabar ya Vier, pasti ada saatnya dia dapet karma dari perbuatan dia sendiri."

"Iya kak."

"Padahal aku ga dianterin pun ga papa, aku tadinya mau bareng Fasya aja.."

"Soalnya takut Fikri masih di depan aja."

"Emang kenapa sama Pak Fikri? Dia kan baik.."

"Iya dia emang baik tapi ada maunya. Emang kakak ga ngerasa dia tuh suka sama kakak?."

"Iya sih aku ngerasain ada gelagatnya yang aneh, cuman kan aku ga mau kepedean nanggepin dia suka sama aku."

"Dia puji-puji kakak di depan kak Ara.."

"Masa sih?"

"Iya kak, makannya kakak harus hati-hati."

"Kenapa harus hati-hati, dia kan ga jahat Vier, toh aku single dia juga single.."

"Kak..cari pasangan itu harus hati-hati. Aku ngomong gini karena aku tahu sifat asli orang-orang kantor. Pak Fikri tuh suka gitu kalau ada anak baru apalagi di marketing."

"Emang kenapa sama anak marketing?."

"Orang-orang tuh suka ngomongin kalo anak-anak marketing cantik-cantik,cakep-cakeplah. Heran deh HRD kok rekrutnya sampe liat fisik."

"Itu namanya strategi penjualan, secara anak marketing suka berhubungan sama orang lain. Jadi bikin tertarik konsumen gitu.."

"Ya…tapi si Fikri jadi cari kesempatan disitu. Kamu hati-hati kalau dia janjiin ini itu. Diatas dia masih ada aku kok."

"Kalau kaya gitu, aku kesannya ngandelin kamu Vier, aku kan ga mau orang-orang nanggepinya aku diperlakukan spesial gara-gara kenal kamu."

"Justru kalau sampe ada apa-apa sama kakak dan aku ga ngasih tahu. Aku ga enak kak.."

"Iya aku bakalan hati-hati.."

"Apalagi kakak cantik pasti orang-orang dikantor pada cari perhatian.."

"Tapi..apa boleh pacaran dikantor?."

"Boleh kalau ga satu departemen dan yang pasti ga ganggu kerjaan.."

"Kali aja aku bisa dapet jodoh di SC…" Cindy senyum-senyum lagi sementara Jay fokus menyetir.

***To Be Continue

Next chapter