webnovel

Malam yang dijanjikan 1

WARNING!!Dalam cerita ini mengandung percakapan dewasa. Harap kebijksanaan pembaca. Bagi pembaca yang dibawah umur atau yang tidak nyaman dengan cerita ini, Dianjurkan untuk tidak membaca chapter ini

Disaat Jay mandi Tiara segera mengambil box persegi warna krem yang tadi pagi diberikan Jay. Saat membuka penutupnya mata Tiara terkejut. Dia mengangkat hadiah dari Jay.

"Lingerie?" Ucap Tiara pelan tak menyangka jika Jay memberikannya baju seksi itu. Darimana dia dapatkan?kenapa dia bisa membelinya?ah...ini pasti ulah kembaranya. Tiara jadi semakin gugup. Kalau hanya memakai Lingerie Tiara masih berani, tadi siang saja dia memakai Bikini di depan Jay. Hanya saja momentnya sedikit berbeda. Oke. Dia harus pake ini. Suara pintu terdengar dengan cepat Tiara menggulung-gulung bajunya. Terlihat Jay sudah segar dengan aroma khas sehabis mandi. Tanpa melihat Jay, Tiara segera masuk kamar mandi untuk berganti baju. Jay memandang ke arah box yang ada diatas tempat tidur. Itu kosong artinya Tiara sedang bersiap-siap. Jay segera mencari bokser yang disarankan oleh Kay. Dia mencarinya dilemari atau koper. Setelah menemukan Jay segera memakainya.

"Jeje...kamu harus bangun sekarang.." Jay sambil membenarkan posisi miliknya. Dia lalu melihat ke arah cermin.

"Ah...aku malu..." Jay bergumam sendiri. Kini pintu kamar mandi terbuka kembali Jay segera meraih handuknya dan menutupi bagian bawah. Tiara dengan malu berjalan mencoba merapikan ranjangnya. Lingerie hitam itu benar-benar pas di badan Tiara. Belahan dadanya kini sedikit terlihat membuat Jay tak berkedip. Tiara berjalan lagi menuju rak meja yang ada disana menyimpan box tadi diatasnya. Kini dapat Jay lihat lagi celana dalam milik Tiara yang senada dengan warna lingerienya. Jay memalingkan wajahnya sekarang. Ini tak benar. Dia tak boleh jelalatan dulu. Kay benar hanya dengan memakai Lingerie udara kini terasa panas. Tiara terdiam sejenak membelakangi Jay. Menarik nafas dalam mencoba mengumpulkan kesiapannya. Jay yang ada disana kini duduk diranjangnya. Dia malu, gugup tapi juga ingin. Dia menunggu Tiara siap. Setelah beberapa menit Tiara berjalan lagi dan giliran dia yang duduk disamping Jay.

"A..aku udah pakai baju yang Abang mau." Tiara tak berani memandang Jay. Dia hanya menatap lurus kedepan.

"Aku gugup Tiara." Jay mencoba jujur.

"Aku juga."

"Kita harus gimana?"

"Aku gimana Abang aja."

"Aku?" Jay bingung. Bagaimana bisa dia memulainya?Jay tak tahu harus memulainya. Kini Jay menggeser duduknya agar lebih dekat.

"Hm...kamu cantik pake baju itu. Kamu.... keliatan lebih seksi.." Jay memulai saran dari Kay untuk memuji-muji Istrinya.

"Makasih, Abang suka?"

"Suka. Aku suka banget."

"Oke..kita bisa beli lagi." Ucapan Tiara membuat keheningan sebentar. Kini Jay membenarkan posisinya. Dia menghadap Tiara dengan satu kaki menekuk diatas tempat tidur.

"Tiara...Jeje ga mau bangun." Jay sepertinya punya masalah. Dia segera menyingkap handuknya dan meletakkannya sembarang dibawah lantai. Mata Tiara segera berfokus pada bokser merah maroon milik Jay.

"Kenapa Jeje ga mau bangun?"

"Ga tahu padahal aku suka liat kamu kaya gini, aku bahkan sempet liat payudara kamu tadi, celana dalem kamu, aku liat..." Jay menghentikan ucapannya. Dia benar-benar mengatakan semuanya. Tiara menatapnya. Sejak kapan Jay jadi secabul itu?.

"Maaf Tiara aku ga ga sengaja." Jay menunduk sekarang. Merasa bersalah. Dengan satu tangannya Tiara menarik dagu Jay lalu mendekat menciumnya. Dia memberikan ciuman dibanding kemarahan. Lagian kenapa juga harus marah?Jay kan suaminya.

"Ga papa kok Abang liat.."

"Cium aku lagi Tiara, Jeje kayanya mau bangun." Pinta Jay membuat Tiara semakin mendekat. Dia mencium suaminya lagi. Penuh perasaan dan kelembutan. Jay kini mendorong Tiara berbaring tanpa melepaskan tautan mereka. Kini Jay mencium leher Tiara dan melakukan hal yang selalu ingin dia coba. Dia memberikan tandanya disana.

"Aku bisa bikin satu.." Jay tersenyum puas. Tiara mengalungkan tangannya disekitar bahu Jay.

"Jadi enak rasa cupang?"

"Engga, aku lebih suka bibir kamu." Jay sambil mengusap pelan bekas ciumannya.Tiara lalu meraih tangan Jay mengarahkannya pelan menuju payudara miliknya yang sempat dilihat Jay tadi.

"Abang ga harus minta maaf karena liat payudara aku, Abang pegang pun ga papa."

"Apa kaya gini juga ga papa?" Jay sedikit meremas pelan. Tiara hanya mengangguk. Sensasinya memang berbeda. Jay tak bisa mengatakannya.

"Ah...Jeje tegang sekarang." Jay segera bangkit. Tiara bisa melihat tonjolan itu. Milik suaminya itu sudah tercetak jelas dibalik bokser miliknya.

"Aku harus buka Tiara, kasian Jeje.."

"Lagian Abang kenapa sih pake celana ketat banget."

"Kata Kay supaya keliatan menggoda depan kamu." Jay kini mulai menurunkan celananya sementara Tiara tersenyum kecil dengan alasan Jay.

"Eh...apa boleh depan kamu?" Jay menahan sebentar celananya.

"Aku pingin kenalan sama Jeje." Tiara sudah pasrah. Kini Jay menurunkan pelan celananya sampai dia benar-benar polos. Bola mata Tiara kini menatap kejantanan suaminya itu. Jadi itu yang disebut Jeje?.

"Aku udah bersihin kok Tiara, aku cukurin, aku cuciin tadi." Jay seakan memastikan jika dia sudah steril. Tiara benar-benar ingin tertawa. Padahal dia tak menanyakan hal itu atau bahkan memintanya.

"Sini bang.." Panggil Tiara membuat Jay mendekat. Dia naik lagi keatas ranjangnya lalu duduk.

"Bisa bantuin aku buka?" Tiara membuat Jay mengangguk. Kini tangan Jay menarik lingerie itu keatas dan meletakkannya di samping. Saat payudara Tiara terlihat jelas Jay buru-buru menunduk. Dia malu.

"Ga papa bang." Tiara mengangkat wajah Jay. Suaminya itu kini memandang kedua bukit kembarnya. Dia belum pernah melihat sedekat ini. Jeje semakin menegang. Kedua tangan Tiara kini meraih pipi Jay.

"Bang...ga usah dengerin apa kata orang lain. Aku pingin Abang lakuin dengan cara Abang."

"Kalau aku salah gimana?"

"Aku benerin."

"Emang kamu tahu?"

"Sedikit banyaknya aku tahu. Kita sama-sama belajar oke." Tiara mulai naik kepangkuan Jay. Duduk disana dengan Jeje yang menegang dibawahnya.

"Tiara.." Jay tak menyangka istrinya seberani itu. Tiara menciumi Jay lagi. Dalam situasi seperti ini sepertinya Tiara yang harus aktif. Jay memang kelihatan sangat linglung, canggung dan tak mengerti. Tangan Jay mendekap pinggang Tiara. Ciumannya kini turun kebawah. Dia menenggelamkan kepalanya di dada Tiara kemudian matanya tertuju pada puncak payudara Tiara yang menegang. Sesuai arahan Kay dia menghisapnya seperti bayi. Tiara meremas pelan rambut Jay seakan menikmati gerakannya. Entah darimana ilmunya tapi Jay bisa memainkan itu.

"Tiara payudara kamu ga ada susunya.." Jay menatap sejenak Tiara yang ada diatasnya. Ternyata ucapan Kay benar payudara Tiara tak menghasilkan ASI.

"Karena aku belum punya bayi."

"Payudara kamu aku suka walaupun ga gede.."

"Gede?maksud abang?Abang suka yang gede?"

"Bukan-bukan Tiara. Jangan salah paham. Aku cuman penasaran aja. Apa ini berat?kenapa orang-orang seneng memperbesar payudaranya?."

"Supaya bisa narik perhatian cowok kaya Abang."

"Aku ga suka Tiara. Aku suka yang ini." Jay menciumi payudara Tiara secara bergantian seolah meyakinkan dia tak ada bermain mata dengan wanita berpayudara besar. Ah..dia salah berucap tadi.

"Abang mau apalagi?"

"Hm..aku pingin jilat-jilatin kamu."

"Jilat?" Tiara menaikan alisnya tak mengerti.

***To Be Continue

Next chapter