webnovel

Alasan Batal

Pulang dari rumah kakaknya. Kay mengajak Kiran kerumahnya. Ini giliran Kiran menginap dirumah mertuanya itu. Kay tampak asyik bermain games dihandphonenya setelah selesai mandi sementara Kiran duduk sambil menonton tv. Sejak kepulangan Kay sehari yang lalu dan keputusan Kiran untuk tak ikut dengan Kay mereka menjadi sibuk dengan urusan masing-masing.

"Lusa aku pulang." Kay dengan nada tak seramah biasanya.

"Kenapa cepet banget?"

"Kan emang gitu jadwalnya."

"Biasanya kamu pulang setelah seminggu disini. Bulan kemarin juga gitu."

"Karena bulan ini rencananya aku jemput kamu tapi kamunya ga maukan?." Ucap Kay dengan sinis.

"Aku bukan ga mau Kay. aku.."

"Kamu ga bisa ninggalin Bas.." Kay segera memotong kalimat Kiran meskipun dia tahu istrinya itu tak suka dengan kebiasaan Kay yang seperti itu.

"Kay ini bukan soal Bas. Berhenti libatin dia dalam semua pertengkaran kita."

"Ya terus apa?apa?apa yang bikin kamu ga mau?"

"Kay, aku lebih seneng disini. Semuanya ada disini, keluarga aku, kerjaan aku, temen-temen aku semuanya disini."

"Semuanya aku bisa bawa kesana kalo kamu mau."

"Itu tuh ga semudah yang kamu omongin Kay."

"Bukan masalah mudah engganya, kamunya mau apa engga. Kamu tuh masih berat sama kerjaan kamu. Aku kadang sampe ga ngerti ini urusan kerjaan atau urusan pribadi kamu?."

"Maksud kamu apa?."

"Jangan pura-pura ga tahu ya. Emang aku ga tahu Bas pernah anter kamu pulang?emang aku ga tahu kamu suka lembur bareng dia?Aku udah sabar tahu ga selama ini. Aku pikir kamu mau ikut aku tapi kayanya si Bas itu udah mempengaruhi otak kamu supaya tetep disini."

"Kay, kamu ngikutin aku?"

"Iya. Iya aku buntutin kamu. Aku suruh orang buat ikutin kamu. Bukan karena aku curiga sama Bas tapi aku pingin kamu, anak aku aman."

"Kok kamu gitu?"

"Kenapa? sekarang kamu mau marah?marah karena suami kamu tahu kebohongan kamu?"

"Kamu ga percaya sama aku?"

"Ini bukan soal kepercayaan aja Ran. Aku tuh cuman pingin deket sama kamu, sama anak aku. Apa aku salah?"

"Kalo gitu kamu dong yang ngalah sekali-sekali. Kenapa kamu selalu nuntut aku ini, itu. Aku aja engga."

"Kalo aku bisa, aku stay disini Ran!!" Kay dengan suara kerasnya membuat Kiran terkejut. Kiran diam.

"Aku biarin kamu Kay ngejar mimpi kamu sekolah disana tanpa komentar apapun. Emang kamu pikir aku ga khawatir?aku khawatir tapi aku percaya aja kamu ga akan macem-macem. Sekarang emang aku ga boleh kejar mimpi aku juga disini Kay?" Kiran dengan nada sedihnya membuat Kay menjadi sedikit merasa bersalah karena membentaknya tadi.

"Kalo aku bisa, aku yang bulak-balik ngurusin kamu disana tapikan aku bawa anak. Aku juga harus mikirin dong kesehatan mereka. Emang ini mudah buat aku Kay?sejak hari pertama aku kerja. Aku yang harus denger semua omongan orang tentang aku, tentang pernikahan kita tapi aku coba kuatin aja karena niat aku cuman buat ngejar mimpi aku disana. Bas yang bantu aku buat lewatin itu, temen aku Wina yang nguatin aku. Yang kamu lakuin apa?kamu telepon aku malem-malem nanyain kabar anak-anak. Kamu ga pernah tanya apa yang terjadi seharian ini sama aku. Aku tuh harus gimana?Aku tuh coba ngertiin keadaan kamu. Kay ga semua hal yang kamu mau harus kamu dapatin." Kiran sudah lelah dengan perdebatan ini. Dia mematikan tv-nya dan beranjak dengan susah payah ke tempat tidurnya.

"Ran..maksud aku.."

"Aku cape, anak-anak cape. Kita pingin istirahat." Kiran kali ini memotong pembicaraan Kay. Kay kini hanya mematung disana. Ini benar-benar kacau. Kini Kay keluar dari kamarnya.

"Mau kemana Kay?" Tanya Jesica yang melihat Kay turun dari tangga.

"Aku ke cafe dulu mom. Ada urusan." Kay segera pergi dengan wajah kesalnya. Jesica hanya menatap heran. Dia jelas dapat merasakan ada sesuatu yang salah sejak acara tadi.

***

Kiran ikut berbelanja perlengkapan bayinya bersama Jesica, Ara, Dariel, Kenan dan tak lupa si kecil Kris. Tak ada Kay disana. Dia bilang dia ada perlu sebentar di cafenya. Sejak semalam alasan itulah yang digunakan Kay untuk menutupi ketidakhadirannya. Walaupun begitu Kiran tak berkomentar banyak. Dia biarkan suaminya itu berbuat sesuka hati.

"Mas tanya dong sama Kay ada apa." Bisik Jesica saat berjalan berdua dengan Kenan.

"Biarin aja. Kalaupun ada masalah biarin mereka urusin sendiri."

"Mas..jangan gitu dong. Kasian loh Ran lagi hamil dicuekin gitu. Mau Arbi protes lagi?"

"Ya hak Mas apa sayang?Kay belum minta bantuan apapun atau saran. Kalo kita terlalu ikut campur urusan mereka nanti takut bikin kacau yang.."

"Aku cuman ga mau nanti malah ngerembet kemana-kemana gitu loh Mas.."

"Mas liatin aja dulu ya sayang. Kalo emang udah keterlaluan Mas yang bakal tegur. Udah sayang..yang bisa kita lakukan sekarang support Ran, oke.." Kenan mencoba menenangkan Jesica sementara itu Kay baru saja sampai dirumah yang sudah dia siapkan untuk Kiran dan anak-anaknya itu. Bersama Doni dia memasuki halaman depan rumahnya. Kay tampak berdecak kagum dengan design yang dibuat. Tak salah Doni mencarikan orang untuk membangun rumahnya.

"Makasih Don, mantep nih."

"Kalo dalemnya gw masih kosongin soalnya ga tahu maunya lu atau Ran gimana. Itu urusan kalian."

"Besok-besok lu buka jasa aja Don. Ada bakat nih."

"Sesuai permintaan lu, kamar tidur ada 5. 3 diatas 2 dibawah. Kamar lu yang ini.." Doni seperti pemandu wisata memperlihatkan luas kamar yang akan ditempatinya bersama Ran.

"Ruang kerja Ran ada diujung sana.."

"Kolam renang yang gw minta?"

"Ada diatas." Doni segera menuntun Kay kelantai tiganya. Disana sudah ada sebuah kolam renang dengan pemandangan alam berserta rumput buatan. Tidak lupa ada sebuah ayunan dan sofa-sofa kecil yang bisa digunakan untuk bersantai.

"Ini yang paling gw suka." Kay lagi-lagi tak henti berdecak kagum saat melihat rumahnya.

"Kapan rencana lu ngasih tahu Ran?"

"Kalo dia udah lahiran, buat hadiah. Ran lahiran disini."

"Kenapa?bukannya di Australia?"

"Dia ga bisa. Ya udahlah mau gimana lagi. Gw juga kebetulan mau libur semester."

"Oh..syukur deh."

"Gw minta tolong lagi. Cariin gw 2 satpam sama 2 pembantu."

"Banyak bener?"

"Ya kali rumah segede gini mau diurus satu orang. Gila ya lu."

"Oke.."

"Nanti bonusnya gw tambah."

"Ga usah Kay. Gw ikhlas bantu lu."

"Makasih. Cuman lu sobat gw.." Kay sambil tersenyum walaupun pikirannya masih memikirkan kejadian semalam. Kiran dan dirinya belum benar-benar berdamai. Kay menghela nafas pelan sambil memandangi pohon-pohon yang ada di depannya.

**To Be Continue

Next chapter