webnovel

Membujuk Jay

Kenan masih tidur dengan pulas begitu pun Kris yang berada disamping ayahnya dengan kaki berada diperut Kenan dia tidur begitu nyenyak. Jesica sendiri baru selesai memasak dengan bibinya untuk sarapan pagi ini sementara Jay diruang tengah sibuk dengan laptopnya.

"Bang sarapan dulu.."

"Daddy?Kris?"

"Masih cape kayanya. Kris ga tidur di kereta jadi Daddy melek terus."

"Mommy pasti cape.."

"Engga, mommy seneng naik kereta lagian selama perjalanan mommy udah banyak istirahat." Jesica sambil memberikan piring pada Jay sementara anaknya langsung duduk dan mengambil sarapannya. Belum juga makan handphonenya berdering. Itu dari sang kekasih Tiara.

- Halo.

- Orang tua Abang udah sampe?

- Udah, kemarin malem. Kamu mau ke kampus hari ini?

- Engga, tapi aku mau kesana ada yang mau omongin sama Abang.

- Apa?

- Nanti aja kalo ketemu.

- Sebel deh kalo kaya gitu. Aku jemput sekarang.

- Aku bareng papah sama mamah nanti. Mereka kayanya mau nemuin Tante Sica sama om Ken.

- Kamu mau ngomong apa sih?.

- Enaknya langsung aja.

- Ada masalah tentang aku?.

- Ini bukan tentang Abang tapi tentang aku.

- Ya udah iya. Aku tunggu.

- Ya udah aku tutup ya.

- I love you

- I love you too bang.

Tiara lalu menutup teleponnya. Kini Jay kembali ke meja makannya.

"Om Fahri sama Tante Dena mau kesini katanya mom.."

"Iya, Tante Dinda sama om James juga."

"Mereka ada di Jogja?"

"Iya, baru kemarin siang sampe."

"Mom kapan kita lamar Tiara?"

"Abangnya lulus juga belum."

"Lusakan aku sidang mom."

"Nanti obrolin dulu sama Daddy ya.."

"Mommy sama Daddy udah janji." Jay mengingatkan sambil menyedokkan makannya.

"Iya sayang, ngebet banget."

"Kakak udah nikah, Kay udah nikah, cuman aku doang yang belum."

"Kris juga belum."

"Kris kan masih kecil."

"Daddy mau ngomong sama kamu coba nanti kamu obrolin juga keinginan kamu."

"Ngomong apa?"

"Ngomong seurius."

"Aku sebel deh hari ini Tiara mau ngomong ga ngasih tahu, Daddy mau ngomong ga ngasih tahu."

"Udah makan aja dulu.."

"Mommy aku pingin beli mobil baru..."

"Mobil ini kenapa emang?"

"Suka mogok.."

"Bilang Daddy.."

"Semuanya Daddy.."

"Iyalah, kalo ada apa-apa kan Daddy yang urusin." Jesica lalu melihat orang yang dibicarakan turun dari tangga. Dilihatnya Kenan sudah rapi dengan kaos dan celana pendek sementara Kris yang ada digendongannya masih menggunakan piyama. Kepalanya disandarkan dibahu ayahnya seperti masih mengantuk. Saat mendekat terlihat air membasahi matanya sementara bibirnya masih bungkam tak secerewet biasanya.

"Kris kenapa Mas?" Jesica segera mengambil alih anaknya.

"Nangis, dikiranya tidur sendiri padahal Mas lagi mandi jadi aja kebangun."

"Kris masih ga bisa tidur sendiri?"

"Belum bang, masih belajar." Jesica mengusap pelan rambut anaknya. Dia kini terdiam dipangkuan ibunya.

"Mau makan ga?" Tanya Jesica yang dijawab gelengan.

"Mas mau minum apa?"

"Ga usah, Mas suruh bibi aja bikinin teh.." Kenan memanggil pembantunya.

"Betah banget bang disini.."

"Aku kan mau sidang dad.."

"Sengaja Daddy datang pingin liat.."

"Jangan deh dad nanti aja kalo wisuda."

"Kenapa?ga papa."

"Temen-temen aku aja ga ada yang datang orang tuanya."

"Ya terus kenapa kalo Daddy bisa?"

"Nanti aja ya dad.."

"Sama aja nih kaya kakak dulu.."

"Oh iya kakak gimana?sehat?"

"Telepon dong bang kakaknya, ngobrol gitu. Walaupun jauhkan tetep kakaknya Abang itu."

"Iya mommy.."

"Kris tidur lagi tuh.." Kenan melihat Kris tertidur dalam dekapan Jesica.

"Kasian, pasti masih ngantuk tapi ga mau tidur sendiri."

"Ya udah nanti Mas temenin dikamar.."

"Ga papa aku aja.."

"Kamu kan ada meeting sama Fahri sama Dinda.."

"Oh iya sampe lupa."

"Mau bahas apa sih sayang?"

"Aku mau usulin buat masukin CV. Cipta rasa ke Adelard group."

"Oh..Kirain mau buka cabang lagi."

"Kali aja Dinda sama Fahri bisa bantu juga ngurus yang lain."

"Bagus juga tuh, memperdayakan yang ada."

"Dad..katanya Daddy mau ngomong sama aku. Ngomong apa?"

"Oh...itu soal kakak."

"Kakak kenapa?"

"Bang, Abang tahukan sekarang kakak lagi hamil. Hamilnya gede karena bayinya ada 3."

"Iya terus?"

"Hamil itu impiannya kakak. Kakak nunggu sampe 5 tahun supaya dapat 3 anak ini. Daddy cuman pingin sekarang kakak fokus sama anak-anaknya dulu tapi kakak sedikit khawatir sama kerjaanya. Jadi...Daddy mau minta bantuannya Abang Jay buat bantuin kakak."

"Aku harus ngurusin kakak yang hamil dad?"

"Bukan..bukan itu.."

"Aku harus ngurusin anaknya kakak?" Jay semakin dibuat bingung. Dia tak tahu apa yang diinginkan ayahnya.

"Masuk SC ya bang.."

"Ga mau..." Jay langsung menolak.

"Kenapa?"

"Pokoknya aku ga mau dad.." Jay meletakkan sendok garpunya lalu meneguk minuman disampingnya.

"Masih gara-gara berita itu?Abang malu?"

"Seluruh Indonesia tuh tahu dad tentang aku, tentang masa lalu aku. Aku ga mau ada disana cuman jadi bahan omongan aja. Aku ga mau malu-maluin kakak atau keluarga kita." Jay kali ini menyandarkan badannya dan melipat kedua tangannya.

"Siapa yang malu sih Bang?ga ada. Opa pasti seneng abang gabung. Liat Ethan, Edward, Keisha, Rey semuanya udah masuk. Apa mereka langsung ngerti?engga bang tapi mereka cobain semua. Tinggal abang sama Kay yang belum gabung."

"Aku mau sekolah aja."

"Kasian kakak Bang, kakak bilang ga akan berhenti kerja kalo ga ada keluarga Daddy yang ikut diperusahaan."

"Bang...udahlah ga usah denger kata orang. Mereka tuh ga tahu Abang gimana. Sekarang tuh saat dimana Abang harus buktiin kalo Abang bisa, kalo yang mereka omongin itu salah." Jesica ikut membujuk anaknya.

"Aku ga mau bikin kacau.."

"Engga, coba dulu. Daddy janji kalo Abang ga nyaman, ga betah, atau apapun Daddy ga akan maksa lagi. Apa salahnya abang masuk 6 bulan aja."

"Bang, yang mereka tahu tuh Abang pernah berobat aja. Apa mereka tahu Abang sekolahnya dimana?Abang dari SD sampe S2 gini aja sekolahnya disekolah terbaik, orang-orang tuh pada berlomba-lomba masuk ke sekolah itu. S1 Abang sekolah dikampus terkenal di Jakarta, S2 Abang sekolah dikampus favorit disini bahkan banyak orang-orang pinter lulusan sini. Coba Abang pikir mana ada orang punya kelainan sekolahnya ditempat gitu? Mereka pasti membutuhkan sekolah yang lebih bang tapikan Abang engga. Mommy jamin kalo Abang masuk mereka pasti malu." Jesica terus membujuk anaknya.

"Kenapa harus aku?kenapa engga Kay aja?"

"Karena kalo Abang udah mau lulus, Kay masih ada 2 tahunan lagi. Cuman Abang yang udah siap. Mau nanya kenapa ga Kris?" Kenan membuat Jay diam lagi.

"Mau ya bang, kasian kakak. Abang udah ga sayang sama kakak?tega nyuruh kakak kerja lagi hamil gitu?"

"Aku sayang."

"Kalo gitu gabung aja. Mau ya..."

***To be continue

Next chapter