webnovel

Lahiran

"Ya ampun Kay, kamu kenapa?ya Allah bisa begini..." Jesica justru yang kini berkomentar melihat banyak luka di tangan Kay.

"Aku jatoh mom sama nabrak orang juga.."

"Astaga..." Jesica terus dibuat kaget oleh Kay sementara Ara duduk manis karena tahu ceritanya.

"Aku ga bilang sama Daddy sama mommy karena takut dimarahin, maaf..."

"Obatin dulu Kay ini luka kamu, kenapa bisa gini sih?ga pake jaket apa kalo naik motor?" Jesica mengomel sambil memutar sedikit tangan Kay sementara Kenan masih diam.

"Dad..Daddy marah ya??maaf dad.."

"Udah cape Daddy marahin kamu, ada aja bikin ulahnya."

"Maaf, motornya udah aku benerin kok. Aku juga tanggung jawab sama orang yang aku tabrak."

"Emang Daddy ga tahu?Daddy liat CCTV kamu masukin motor baret kamu itu ke dalam garasi terus besoknya pergi pagi-pagi supaya Daddy ga tahu?"

"Daddy suka mantau CCTV?" Ara terkejut kali ini mengingat kejadian semalam dengan Dariel. Jangan-jangan ayahnya tahu.

"Iyalah ngapain Daddy pasang kalo ga diliat."

"Dad....maaf."

"Itu motor kamu tuh dibenerin aja mahal, uang dari mana?pake ga bilang-bilang segala."

"Pake uang jajan aku.."

"Emang cukup?"

"Pake tabungan aku juga, sisanya kakak yang bayarin."

"Kakak bantuin?"

"Habis alasannya buat orang yang dia tabrak mom, kalo ada apa-apa sama orang itu gimana?jadi aku kasih."

"Berapa yang kakak kasih?"

"8 juta mom.."

"Nanti mommy gantiin."

"Buat apa aja uang segitu?"

"Buat orang yang aku tabrak 5 juta, 2 juta kakak kasih buat ke dokter, 1 juta buat aku jajan."

"Udah ga tahu deh Daddy komentar apalagi sama kamu Kay."

"Maaf Dad..."

"Udahlah Mas, yang penting Kay selamat orang yang ditabraknya juga selamat. Kita tanggung jawab aja nanti biar aku yang temuin orangnya."

"Jangan biar Mas aja, kamu cape sayang."

"Ga papa Mas, aku harus banyak jalan."

"Ya udah sama Mas aja, kamu tahu rumahnya Kay?"

"Tahu Dad.."

"Kita ke dokter siang ini periksain tuh luka kamu sampe gitu berarti kenceng banget bawanya terus kerumah korban kamu."

"Iya Dad.."

"Jual ajalah motornya."

"Jangan Dad..."

"Bikin bahaya aja.."

"Aku ga akan ngebut-ngebut lagi."

"Jangan bawa motor dulu sampe luka kamu sembuh."

"Iya dad.."

"Udah duduk sini.." Jesica menarik tangan Kay untuk duduk disampingnya.

"Nih...aku bawain." Jay yang sudah mandi membawakan obat P3K dirumahnya dan memberikannya pada Jesica.

"Anak pinter.." Puji Jesica.

"Mom jangan lupa obatin kakak juga, lehernya tadi digigit serangga."

"Gigit serangga?"

"Iya mom, leher kakak merah.."

"Sst...Jay berisik."

"Besok mommy suruh Bi Suci beresin kamar kakak."

"Coba Daddy liat.."

"Engga, ga papa kok dad." Ara dengan cepat bangkit.

"Itu bukan serangga Mom, itu..."

"Apa?obatin tuh luka kamu sendiri manja banget harus sama mommy." Ara segera memotong kalimat Kay.

"Ya biarin sirik aja.."

"Mas.." Jesica sambil memegang perutnya.

"Kenapa sayang?"

"Perut aku kok sakit ya Mas?" Jesica mengelus perutnya pelan.

"Mom...kenapa mommy berdarah?" Jay kaget ketika melihat aliran darah diantara kaki Jesica begitupun Kay yang ada disampingnya langsung memegangi ibunya. Tampak ekspresi wajah Jesica yang terlihat berbeda.

"Sayang...kamu ga papa?kita ke dokter." Kenan langsung berdiri melihat keadaan Jesica.

"Mom..mommy, kenapa mommy berdarah?mom.." Jay panik.

"Jay...tenang. Mommy ga papa, mommy cuman mau ngelahirin." Ara menenangkan adiknya.

"Tapi kenapa gitu?mommy pasti sakit." Jay bingung karena tak tega melihat ibunya.

"Mom...mommy..." Kay merasakan pegangan Jesica yang semakin lemas.

"Siapin mobil Kay, kakak bawa barang-barang di kamar Daddy ya. Jay..." Kenan menginstruksikan anak-anaknya namun terhenti saat melihat Jay mematung disana seperti seorang yang terkena serangan jantung.

"Jay biar aku yang urus." Ara lalu menarik adiknya.

"Sayang tahan bentar, bisa jalan ga?Mas gendong ya.." Ucapan Kenan tak dibalas oleh Jesica namun dia segera membantu Jesica menuju mobilnya bersama Kay.

"Kita pergi sekarang." Kenan berhasil mendudukkan Jesica di kursi penumpang.

"Mas..." Jesica dengan suara pelannya.

"Iya sayang.."

"Mas...disini aja, jangan tinggalin aku."

"Iya-iya. Kay nyetir. Kakak sama Jay nanti nyusul aja telepon oma, opa sama yang lain ya."

"Iya Dad.." Ara menutup pintu mobilnya lalu mereka pun pergi kerumah sakit.

"Mana sayang yang sakit?Tahan ya..." Kenan membelai kepala istrinya dan tak lupa dengan perut Jesica yang sedaritadi tak henti dipeganginya sementara Kay fokus menyetir agar cepat sampai dirumah sakit.

****

Sesampainya disana Jesica dianjurkan untuk segera melakukan operasi Caesar yang disetujui Kenan sementara Jesica sudah lemas bahkan mungkin tak bisa merespon dengan cepat dan jelas saat Kenan berbicara padanya. Seperti janjinya Kenan menemani sang istri menjalani operasi sementara Kay menunggu diluar bersama Ara dan Jay yang juga sudah datang.

"Mana mommy?"

"Udah di dalem opa." Ara menjawab Pertanyaan ayah Jesica yang langsung datang ketika mengetahui anaknya masuk rumah sakit untuk melahirkan.

"Kenapa awalnya?"

"Mommy pendarahan dan ngeluh sakit."

"Daddy?"

"Daddy di dalem nemenin Mommy."

"Ya udah kalian berdoa aja ya.." Ibunda Jesica tampak berdiri disamping Jay yang masih termenung memikirkan ibunya sementara di dalam suara tangisan bayi mulai terdengar begitu kencang.

"Pak..selamat anaknya sudah lahir." Seorang perawat terlihat mengangkat bayi mungil yang dinantikan Kenan dan Jesica, dengan hati-hati Kenan menggendong bayi itu, memperlihatkan ke arah wajah istrinya yang masih pucat dan tersenyum melihat anak ke empatnya namun tiba-tiba entah kenapa pasien monitor menunjukkan hasil yang membuat dokter langsung memeriksa keadaan Jesica lagi sementara Kenan langsung menyerahkan anaknya itu kepada perawat disana karena mengetahui ada sesuatu yang ganjil.

"Sayang..." Kenan membangunkan Jesica.

"Maaf pak, sepertinya bapak harus menunggu diluar."

"Saya mau temenin istri saya Dok."

"Maaf pak, kita akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut, bapak mohon tunggu diluar."

"Engga, saya ga mau!!" Kenan tampak marah tapi petugas lain langsung mendorongnya dan menuntun kearah luar membuat keluarganya yang berada diluar terkejut.

"Kenapa?" Ayah Jesica panik.

"Dad..mommy gimana?" Tanya Kay penasaran sementara Kenan panik mundar-mandir apalagi ketika mengingat wajah istrinya tadi.

"Ken...tenang.."

"Pah, Jesica pah..." Kenan dengan suara parau dan air matanya mulai keluar membuat Jay semakin takut akan apa yang terjadi dengan ibunya di dalam. Kini Kenan duduk dengan memegangi kepalanya dia tak bisa tenang sekarang. Rasanya baru tadi Jesica mengatakan untuk minta ditemani dan sekarang ada kejadian seperti ini. Dia ingat dulu setiap Jesica membicarakan kematian dia selalu mengalami kejadian aneh. Apa ini petanda?

"Mommy kenapa dad?" Jay menghampiri ayahnya dan tak lama dokter keluar.

"Pak Kenan sepertinya istri bapak...."

****To be continue

Next chapter