Tidak. Eros tidak menyentuh Namara sekarang. Setelah mencium Namara, pria itu kembali menjauh. Dia berbalik dan sebelum pergi dia berkata, "Ada satu aturan lagi. Kau akan tahu nanti."
Namara menatap sosok Eros yang melangkah meninggalkan kamar. Akhirnya dia bisa bernapas lega. Meskipun dia sudah bertekad, tetapi rasanya masih tidak rela membiarkan pria yang dia benci mencoba menyentuhnya.
Tubuh Namara berguling beberapa kali di atas ranjang. Setelah itu dia terdiam menatap langit-langit yang kosong. Dia harus mulai memikirkan rencana lebih lanjut.
Namun, ini masih hari pertama. Dia tidak bisa terlalu tergesa-gesa atau terlalu mencolok. Orang lain bisa mencurigainya.
Wosshhh!
Tiba-tiba Namara mendengar suara sesuatu yang melesat. Dia langsung mengubah posisinya menjadi duduk. Kemudian dia melihat asap hitam yang menyebar di ujung ruangan.
Kening Namara berkerut dalam. Sesaat kemudian muncullah sosok pria tua yang sudah tidak asing. Pria itu menatapnya dengan mata memelotot. Sudah pasti dia sedang marah.
"Jadi kau masuk dengan cara ini?!"
Itu adalah Master Orsley. Namara benar-benar dibuat terkejut dengan kemunculannya. Bagaimana bisa pria tua itu menyusulnya datang ke tempat ini?
Namara segera berdiri mendekati Master Orsley. Dia menengok ke kiri dan kanan untuk memastikan tidak ada orang yang melihat.
"Orsley Tua, kenapa kau datang ke sini?" tanya Namara dengan suara rendah. Dia langsung menarik pria itu menuju tempat yang lebih tersembunyi.
"Kau benar-benar …." Master Orsley menunjuk Namara tanpa bisa berkata-kata. Dia pikir wanita itu pergi membalaskan dendam menggunakan cara yang bermoral.
Namun, setelah dia mencari tahu lebih banyak, ternyata Namara memasuki rumah bordil untuk menjadi budak seks Eros. Wanita itu benar-benar gila!
"Heh! Bisakah kau berpikir sedikit lebih jernih?!" Master Orsley berniat menoyor kepala Namara, tetapi wanita itu segera menunduk untuk menghindar.
"Orsley Tua, dengarkan aku." Namara berusaha menjelaskan.
"Aku tahu ini terlalu berani, tapi percayalah aku pasti bisa melakukannya," imbuhnya, dia sedang mencoba meyakinkan Master Orsley.
"Dan kau … bagaimana kau bisa masuk ke sini? Kau tidak akan melaporkanku, kan?" Namara bertanya.
Master Orsley mendesah. Dia menggaruk rambut gondrongnya dengan frustrasi. Tentu saja dia tidak akan melaporkan Namara.
Lagi pula meskipun dia memiliki darah klan Sayap Hitam yang mengalir dalam tubuhnya, dia tidak begitu menyukai klan ini. Dia lebih menyukai klan Matahari.
"Aku tidak bisa berbicara banyak hal padamu," ucap Master Orsley. Kemudian dia menjambak rambut gondrongnya untuk diserahkan pada Namara.
"Simpan ini!" perintahnya.
Eskpresi wajah Namara menjadi beku seperti orang bodoh. Untuk apa orang tua itu memintanya menyimpan rambut gondrongnya? Namara benar-benar tidak mengerti.
Master Orsley menjadi kesal melihat respons lambat Namara. Akhirnya dia menyambar tangan wanita itu dan langsung memaksanya agar menyimpan rambutnya. Setelah itu sosoknya langsung menghilang bersamaan dengan suara langkah kaki yang terdengar dari luar kamar.
Namara segera berbalik dan menyembunyikan barang itu. Kemudian dia melihat seorang pelayan yang berjalan masuk sambil membawa beberapa makanan.
"Nona, tetaplah di sini. Jika ada sesuatu yang kau butuhkan silakan panggil pelayan di depan," ucap si pelayan itu. Kemudian dia meletakkan makanan ke atas meja.
"Terima kasih," ucap Namara. Pelayan itu mengangguk dan kembali keluar.
Setelah benar-benar aman, Namara segera mengeluarkan rambut hitam Master Orsley. Ajaibnya rambut itu kini sudah berubah menjadi sayap berwarna hitam gelap. Ini benar-benar mengejutkan.
"Kenapa dia memberikan ini padaku?" Namara bergumam heran. Kelihatannya itu hanya sayap biasa, tidak ada spesialnya sama sekali. Namun, orang tua itu tidak mungkin memberikan sesuatu tanpa alasan.
"Ah, lupakan saja. Aku akan menyimpan ini untuk sementara," gumamnya.
***
Di malam hari, seorang pria berdiri di antara lemari-lemari raksasa yang jumlahnya ada begitu banyak. Setiap lemari-lemari itu berisi tumpukan buku dan kertas-kertas catatan yang tertata rapi.
Aroma lapuk dari kertas yang sudah tua tersebar di seluruh ruangan. Dengan pencahayaan lampu sihir yang hanya ada di beberapa sudut membuat ruangan remang-remang.
Eros membolak-balik catatan untuk ke sekian kalinya. Dia berpindah dari satu buku ke buku yang lain. Ekspresinya terlihat sangat serius.
"Tuan, ini sudah malam," ucap Lyco yang sedari tadi hanya membatu di sisi lemari.
"Siapa yang bilang ini pagi?" balas Eros tanpa mengalihkan perhatian. Dia tetap fokus pada pekerjaannya.
Lyco menelan ludahnya beberapa kali. "Makudnya, sekarang sudah waktunya Tuan beristirahat." Lyco menjelaskan maksudnya.
"Aku masih belum menemukan jawabannya," ucap Eros. Dia meletakkan buku di tangannya ke sela-sela barisan buku. Kemudian dia mengambil buku yang lain untuk dibuka.
"Memangnya apa yang sedang Tuan cari? Mungkin aku bisa membantu," ucap Lyco. Sejak tadi dia memang sudah penasaran dengan apa yang ingin Eros cari. Namun, baru sekarang dia berani bertanya.
Eros diam. Dia tidak segera menjawab pertanyaan itu. Beberapa saat kemudian barulah dia berkata, "Aku yakin tanda lahirnya menyembunyikan sesuatu."
"Tanda lahir? Tanda lahir siapa yang Tuan maksud?" Lyco kembali bertanya.
"Namara," balas Eros singkat.
Benar. Saat ini dia memang sedang mencari tahu tentang tanda lahir Namara. Tanda lahir itu membentuk pola unik yang sedikit mencurigakan.
Sebelumnya dia sudah pernah menyentuh tanda lahir itu. Pada saat itu dia merasa sedikit aneh. Tanda lahir itu terasa seperti bisa menyedot jiwanya.
Awalnya dia pikir itu tidak terlalu penting.
Namun, hari ini dia dikejutkan oleh pelayannya yang terluka hanya karena menyentuh tanda lahir Namara. Jika itu hanya tanda lahir normal seharusnya tidak akan bisa melukai orang lain.
Hal itu semakin membuat Eros merasa curiga sekaligus penasaran. Dia ingin tahu apa yang sebenarnya wanita itu inginkan dan coba sembunyikan darinya.
"Tuan, wanita itu berasal dari klan Matahari. Apa mungkin dia sudah menyembunyikan kekuatannya?"
Lyco mulai menebak-nebak. Dia sendiri sedikit curiga pada Namara karena selama ini tidak ada banyak wanita dari luar klan yang mendaftar menjadi wanita Eros. Mereka tidak cukup berani melakukannya.
Jika wanita yang memiliki kekuatan saja tidak berani menjadi wanita Eros, kenapa Namara yang sangat lemah justru sangat berani? Ini memang patut dipertanyakan.
"Tidak ada yang tahu," ucap Eros. Dia kembali meletakkan buku yang tidak memberikan informasi apa-apa untuknya.
Pada saat itu tiba-tiba ada seseorang yang berjalan masuk ke ruangan itu. Dia tak lain adalah Leor, kakak Eros.
"Ini sudah larut. Kenapa kalian ada di sini?" tanya Leor dengan heran.
Eros mengambil buku yang diletakkan tidak begitu jauh darinya. Kemudian dia menyerahkan pada Leor. "Kau harus melihat ini," katanya.
Sudut alis Leor terangkat. Dia mengambil buku itu dan langsung membukanya. Ekspresinya seketika berubah setelah melihat gambar pose-pose adegan intim pria dan wanita yang tergambar dengan jelas.
Eros tersenyum miring dan langsung melangkah pergi. "Leor, kau harus mencobanya," ucap Eros tanpa menoleh ke belakang.
Lyco menunduk menahan tawa. Dia segera menyusul Eros pergi. Sedangkan Leor hanya menatap mereka berdua dengan mata menyipit.
"Apa dia benar-benar hanya mencari gambar konyol seperti ini?" Keningnya berkerut dalam.