webnovel

Bab 10 - Memasak Bubur Buat Penduduk Desa Part 2

Karena ukuran kuali itu yang sangat besar, maka butuh 2 jam bagi mereka untuk memasak bubur, dan saat itu selesai, Tama memanggil Nadin untuk makan saat dia menyajikan bubur itu kepada penduduk desa.

Saat bubur menyentuh mulut mereka, semua penduduk desa dengan suara bulat mengatakan "enak!" Dengan terkejut dan gembira.

"(Sekarang aku memikirkannya, sup bug belalang kemarin hampir tidak memiliki rasa di dalamnya. Orang-orang ini tampaknya tidak memiliki bumbu apa pun.)"

Di dunia ini di mana hanya garam yang diperdagangkan sebagai komoditas yang sangat berharga, mungkin itu adalah rasa dari satu-satunya bahan rasa yang hampir tidak dapat digunakan.

Dia merasa bahwa dia bisa memahami perasaan Nadin dan kepala desa yang memakan serangga belalang sambil mengatakan "enak! lezat!"

"Hei, hei kakak, kenapa kamu terlihat sangat aneh?" tegur salah satu anak kecil.

"Eh?"

Saat dia membagikan bubur kepada penduduk desa yang dengan senang hati meminta nambah lagi dan lagi sambil memikirkan hal-hal seperti itu, seorang anak lelaki berusia 5 ~ 6 tahun datang dan menanyakan tentang pakaian yang Tama kenakan.

Setelah ditanyai itu, Tama mulai membandingkan pakaiannya sendiri dengan pakaian penduduk desa.

Tama mengenakan kemeja dan jins lengan pendek putih bergaris tipis, dan sepasang sepatu kets untuk alas kakinya.

Di sisi lain, para penduduk desa mengenakan pakaian biasa yang bergaris kasar di bagian atas dan bawah, dan sesuatu seperti sandal yang terbuat dari anyaman rumput untuk alas kaki mereka.

Jelas bahwa pakaian Tama tidak pada tempatnya.

"Umm, ini …"

"Andre!!!!"

Sementara Tama bingung bagaimana dia akan menjawab pertanyaan itu, seorang wanita yang tampak seperti ibu anak laki-laki itu datang dan membawanya dalam pelukannya dengan tergesa-gesa sambil membungkuk dalam-dalam, mengatakan "Aku benar-benar minta maaf!!!" dan lari sebelum Tama bisa menjawab.

Saat itu dia berpikir "apa-apaan itu" sambil menonton bagian belakang wanita yang melarikan diri, Tama memperhatikan mata penduduk desa semua terfokus padanya.

Keramaian dan hiruk pikuk beberapa saat yang lalu telah berubah menjadi sunyi, dan penduduk desa entah kenapa memasang ekspresi cemas.

"t---tuan Tama umm …. "

"Uhh, ada apa semua orang? Apakah ada sesuatu di wajahku? " Tama membalas Nadin yang panik, lalu dia merasakan keheningan yang tegang di sekitarnya terurai.

"Ah tidak! Tidak apa-apa! Um, bolehkah saya bertanya-tanya apakah saya bisa mendapatkan bubur lagi!!!!" pinta Nadin.

"Ah, ya, baiklah"

Bahkan saat menyajikan bubur ke Nadin, dia masih bisa mendengar penduduk desa mengatakan "untung" atau "dia tidak memperhatikan" dari jauh, tapi dia ragu untuk bertanya "tentang apa?" Kepada Nadin yang jelas merasa lega dan penduduk desa jadi dia memilih biarkanlah berlalu.

Setelah penduduk desa semua sudah puas makan dan bubur di kuali juga sudah habis, Tama lantas melirik disebelahnya masih ada beberapa kantong beras dan bahan lainnya untuk membuat bubur, dia lalu mendapat ide untuk mengajarkan kepada penduduk untuk membuat bubur sendiri.

"Benar!!!! saat ini kita punya 7 kantong beras yang tersisa, jadi setelah semua orang selesai makan, aku akan mengajari semua orang cara membuat bubur dan berbagi prem dan garam kering dengan semua orang. Saya akan mendapatkan lebih banyak nasi dan garam dari negara saya sehingga kalian tidak perlu khawatir tentang makanan lagi..."

"Mungkin satu kaleng plum per rumah akan baik-baik saja", pikir Tama, dan ketika dia melakukannya, Nadin berbisik padanya "…. terima kasih banyak tuan cosmic" dengan suara rendah sehingga Tama tidak mendengar.

Ketika pemberian makan darurat telah selesai, Tama lantas melirik ke arloji miliknya, jarum pada jam tangan Tama menunjuk kearah jam 1 berarti ini sudah tengah hari. Penduduk desa dibagi menjadi beberapa kelompok ada yang membantu pembersihan dan ada yang membantu menyortir beras dan garam.

Sementara penduduk desa sedang bekerja dengan serius dan tenang, Tama lantas menghampiri kepala desa dan Nadin, dia mengajukan permohonan untuk membuat Hujan kepada kepala desa dan Nadin.

"membuat hujan?" tanya kepala desa yang tidak mengerti akan maksud dari Tama

"Ya, aku sedang berpikir untuk membuat irigasi pertanian, itu adalah sebuah selokan kecil di mana air dapat mengalir dari sungai, tetapi itu membutuhkan waktu yang lama, jika kita tidak membuat itu maka ladang tidak akan mendapatkan air, mungkin kita bisa mengambil air dari sungai dengan ember tetapi ladang terlalu besar untuk itu dan jaraknya juga cukup jauh, jadi untuk sementara saya ingin membuat hujan selagi mempersiapkan irigasi pertanian itu," ungkap Tama yang menjelaskan usulan yang dia ajukan.

Nadin dan kepala desa menunjukkan ekspresi yang sedikit terganggu atas usulan Tama.

"Um, kami telah berkali-kali memberi persembahan dan berdoa untuk hujan ke Dewa tetapi sepertinya dewa tidak merasa cocok dengan persembahan kami sehingga tidak menurunkan hujan untuk kami, umm apakah ini tidak merepotkan tuan Tama, dan apakah ini tidak membuat dewa marah,?!?" ungkap Nadin.

"Eh? itu tidak merepotkan kok, dan aku juga tidak merasa keberatan membantu desa untuk mendatangkan hujan,!?!? lagipula ini juga merupakan metode lama tapi saya tahu cara berdoa untuk hujan," jawab Tama kepada Nadin yang khawatir terjadi apa-apa jika melakukan hal itu.

"Apakah itu akan baik-baik saja, meskipun jika kita melakukannya dengan benar tidak ada yang datang darinya, apakah itu masih baik-baik saja?". khawatir Nadin karena pada kenyataannya, penjelasan ini dan pemikiran Nadin yang sebenarnya berbanding terbalik bagaikan surga dan bumi.

Nadin lantas melirik ke ayahnya yang juga sedang memikirkan tentang kemarahan sang dewa, namun dia harus percaya pada Tama, dia lantas sekutu dan mengatakan.

"Begitu yah,!!!! ... kalau begitu maka aku minta maaf sebelumnya, tapi tolong lakukan untuk membantu pertanian kami tuan Tama,!! apa yang bisa kami bantu kan,!!!?" ungkap Nadin.

Tama senang akan respon dari Nadin yang setuju dengan usulan yang dia ajukan, Tama lantas menjelaskan metode yang akan dia gunakan.

"Ya, metode yang aku tahu itu kalau tidak salah membutuhkan kayu bakar dalam jumlah besar atau apapun yang terbakar, setidaknya saya membutuhkan kayu seukuran rumah, bisakah Anda menyiapkan segalanya sehingga aku bisa melakukan proses pemanggilan hujan,"

Nadin dan kepala desa berpikir sebentar ketika mendengar permintaan Tama, dan tak lama kemudian mereka lalu saling memandang dan mengangguk.

"Beberapa waktu lalu ada beberapa rumah yang sudah tak berpenghuni karena pemiliknya telah meninggal, mungkin kami akan merobohkannya saja untuk keperluan tuan Tama, lagipula juga ini untuk kepentingan desa dan aku yakin penduduk juga tidak akan protes,!!! aku yakin kayunya akan cukup untuk proses pemanggilan hujan, jika belum cukup juga maka kami akan merobohkan rumah yang tak berpenghuni lainnya," ungkap kepala desa.

"Begitu kah!!!! kalau begitu saya akan meminta bantuan kepada penduduk yang lainnya untuk merobohkan rumah yang tak berpenghuni itu," ucap Nadin yang berbalik dan meninggalkan Tama serta kepala desa untuk meminta bantuan kepada penduduk pria untuk merobohkan rumah yang tak berpenghuni.

Ada beberapa rumah yang ditinggalkan oleh penghuninya, ada yang meninggal saat perang dan ada juga yang mati karena kelaparan. Tama merasa tidak bisa memaksakan dirinya untuk merobohkan rumah yang tak berpenghuni, akan tetapi ini juga untuk desa.

"Apakah disini ada sebuah tempat di mana kita bisa menyalakan api unggun yang ukurannya besar dan jauh dari rumah penduduk agar tidak ada bunga api yang terbang lalu mengenai atap rumah dan bisa terjadi kebakaran,?" tanya Tama kepada kepala desa sembari melihat sekeliling apa ada tanah kosong atau lapangan yang bisa dia gunakan.

Kepala desa tak langsung menjawab pertanyaan dari Tama, dia sejenak berfikir dan mengingat apakah ada lahan kosong yang tak terpakai dan jauh dari pemukiman atau tidak, namun tak lama kemudian kepala desa menjawab,

"Jika sesuatu seperti lapangan atau lahan kosong, maka tolong gunakan saja ladang ku yang ada di tengah desa!!! lagipula akhir-akhir ini ladang itu tidak dikelola dengan baik karena kekeringan air sehingga semua tanaman menjadi rusak, jadi tidak masalah jika Anda membuat api di sana,.!?!?"

"baiklah kalau begitu, kita gunakan ladang anda saja tuan kepala," jawab Tama.

Dengan ini, semuanya telah beres, mereka lalu berangkat untuk melakukan doa hujan nyata.

Tentu saja, ini bukan doa sederhana untuk para dewa, Tama memiliki dasar ilmiah untuk itu.

Next chapter