Ji Ming masih ingat bahwa gadis ini adalah gadis yang semalam. Ia pun berpikir, Mungkin Tuan memberi gadis itu payung sebagai cara agar mereka bisa saling bertemu.
Karena tidak ada orang yang menjawab, Tang Li berpikir untuk mencari alasan. Namun, ketika ia masih memikirkan alasan itu, Song Baiyan berkata, "Karena tidak jauh, akan lebih cepat naik mobil. Kamu juga bisa mengantisipasi diri dari hal yang tidak diinginkan."
Tang Li hanya terdiam. Selama perjalanan, ia tidak mengatakan apa-apa dan terus memegang tas obatnya.
"Misalkan kamu pergi ke kampus yang berada di Ibukota, apakah kamu akan terbiasa?" tanya Song Baiyan memecah kesunyian.
Tang Li tidak menjawab dan semakin mengencangkan genggaman pada tas obatnya. Melihat gadis itu yang tampak takut pada dirinya, Song Baiyan tersenyum tipis dan berkata, "Saat di rumah keluarga Li semalam, kamu pergi ke balkon, mengacaukan acara pesta ulang tahun, setelah itu ribut dengan Ji Ming untuk menemuiku. Menurutku, kamu sudah benar-benar memiliki keberanian yang besar."
Suara lembut Song Baiyan berbicara tanpa bermaksud menyalahkan, tapi tetap tidak membuat Tang Li rileks. Ia berpikir, Sepertinya tidak peduli aku berusia 26 tahun atau 19 tahun, aku tetap tidak berubah di depan Song Baiyan.
"Apakah kamu berencana kembali ke kampus dengan tangan yang ditutupi seperti itu?" tanya Song Baiyan.
Pertanyaan itu membuat Tang Li merasa lebih sungkan. Perhatian seperti inilah yang membuatnya kurang nyaman, meskipun niat awal pria itu adalah memberi tumpangan mobil. Setelah mengatur kata-katanya, Tang Li menjelaskan, "Jika lukanya diobati sekarang, mobilnya akan menjadi kotor."
Song Baiyan terdiam dan ragu sejenak ketika mendengarnya. Beberapa detik kemudian, pria itu mengulurkan tangan rampingnya dan mengambil kantong obat dari Tang Li. Lalu, ia berkata dengan suara yang lirih dan lembut, "Luka harus ditangani secepatnya, karena infeksi juga tidak bisa ditunda datangnya."
Tang Li ingin menyingkirkan tas obatnya, namun terlambat.
"Ulurkan tanganmu," perintah Song Baiyan.
Perintah seperti inilah yang membuat Tang Li ingin menghindari kehangatannya. Melihat pria itu sudah memegang bola kapas yang sudah diberi alkohol, Tang Li masih belum menggerakkan tubuhnya. Song Baiyan mengerutkan keningnya, lalu bertanya dengan lembut, "Apakah kamu ingin aku sendiri yang menarik tanganmu?"
"Tidak," bantah Tang Li. Selain kata-kata ini, ia tidak menemukan cara lain untuk menolak Song Baiyan dengan cara yang lebih baik.
"Jika tidak, sini ulurkan tanganmu," kata Song Baiyan.
Pada akhirnya, Tang Li bisa diajak kompromi. Tangan pria itu memegang tangan Tang Li dengan lembut dan mulai mengobatinya. Alkohol yang menyentuh luka di tangan Tang Li membuatnya merasa sakit seperti ditusuk jarum hingga tangannya yang satu lagi memegang sisi kursi dengan erat.
"Sakit, ya?" tanya Song Baiyan.
Ji Ming yang sedang mengemudi di kursi depan melirik dari arah kaca spion. Menurutnya, ini adalah pertama kalinya tuannya memperlakukan seseorang dengan begitu ramah. Ini bukan hanya bentuk kesopanan, namun bentuk perlakuan kepada seseorang yang dekat. Selama Ji Ming bekerja untuk Song Baiyan beberapa tahun ini, belum ada gadis yang membuat tuannya memberikan payung dan memberikan sebuah obat kepadanya.
Ji Ming melirik Tang Li yang tidak mengatakan apa-apa. Gadis itu mengenakan kemeja yang warnanya memudar dan ada kain kasa di dahinya. Sinar matahari yang masuk melewati jendela menyinari wajah putihnya dan kerah bajunya yang sedikit terbuka memperlihatkan leher indahnya.
Ji Ming menebak bahwa meskipun gadis ini nona dari keluarga Li, sepertinya ia bukan benar-benar keturunan keluarga Li. Ia ingat bahwa pada pesta malam itu, Song Baiyan menyebut gadis ini dengan sebutan Nona Tang. Selama Ji Ming bertanggung jawab atas urusan dan keselamatan tuannya, ia belum pernah melihat gadis ini.
Hanya bisa diambil kesimpulan bahwa… Tuan dan gadis ini sebelumnya sudah pernah saling bertemu, pikir Ji Ming.