Pukul lima sore, Artha dan Anya berpamitan akan kembali ke Jakarta. Sedangkan Bima tetap tinggal di Bandung. Artha sedikit heran dengan sikap Bima yang berubah-ubah dan sulit ditebak. Tapi paling tidak tanpa adanya Bima dalam perjalanan pulang mereka ke Jakarta, Artha merasa lebih senang.
Sebelum pulang, Mamahnya bahkan sempat membawakan asinan buatan Gita yang masih berlebih di kulkasnya untuk Artha. Bukan untuk Anya. Yang membuat Anya langsung menunduk dan tersenyum kecut. Sedikit pun ia tidak tersinggung dengan sikap Mamah Artha. Ia hanya sedih belum bisa meraih hati Mamahnya.
Sepanjang perjalanan, Artha yang biasanya senang mengobrol dengan gayanya yang ramai kini senyap dengan tatapan lurus ke depan. Hanya alunan musik pop dari tape mobil yang sedikit meramaikan perjalanan mereka.
Anya kembali menatap Artha, entah sudah yang ke berapa kalinya. Ditatapnya wajah samping Artha yang tampak serius menatap ke depan.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com