webnovel

Bara yang membakar jiwa

Aku tidak pernah takut untuk menghadapi setiap orang yang menghinaku. Dan aku akan menghancurkan orang tersebut dengan berkeping-keping tanpa sisa dari permukaan bumi ini, walaupun dia adalah anak dari seorang ratu sekalipun!

Pengeran Maltin mengepalkan kedua tangannya untuk menahan amarahnya. Jelas bahwa ia sangat membenci pangeran jayden yang hanya berbeda umur 1 tahun dari dirinya. Ia sadar benar bahwa posisinya sebagai putra mahkota akan dengan mudah dilengserkan oleh pangeran Jayden yang terkenal sangat bijaksana.

"Apa maksud adik berkata begitu?" Tanya pangeran Maltin lalu berbalik melihat ke arah pangeran Jayden yang telah melangkah pergi beberapa langkah dari posisinya.

Langkah kaki pangeran Jayden terhenti. "Apa kakak bertanya karena kakak benar-benar tidak tahu maksudku?" Pangeran Jayden balik bertanya dengan pandangan yang dingin. Ia lagi-lagi tersenyum miring dan kemudian berbalik pergi melanjutkan langkah kakinya, saat ia puas melihat wajah putra mahkota yang diam tanpa kata.

"Apa anda baik-baik saja, Yang Mulia?" Tanya pengawal setia putra mahkota.

Tanpa menjawab pertanyaan dari pengawalnya, pangeran Maltin melanjutkan perjalanannya juga. Namun kekesalan masih saja terpancar di wajahnya seperti biasanya. Itu karena pangeran Maltin tidak pandai menyembunyikan perasaannya terhadap orang-orang di sekitarnya, berbeda dengan pangeran Jayden.

"Harley, nanti tolong bawakan aku pakaian yang biasa saja!" Ujar pangeran Jayden di perjalanan menuju ke kediaman istana kaisar.

"Apa anda mau keluar istana lagi?"

"Begitulah!"

"Tapi Yang Mulia... Jika Yang Mulia raja tahu, anda bisa kena masalah..."

"Hah..." Pangeran Jayden menghela nafasnya dan lalu membalikkan badannya mengarah ke hadapan Harley.

Bukk... Harley yang berjalan menunduk lalu menabrak tubuh pangeran Jayden. Ia lalu mengarahkan pandangan matanya ke arah tubuh yang di tubruknya.

"Maafkan saya, Yang Mulia... Saya sungguh tidak sengaja." Ujar Harley tertunduk lagi.

"Sampai kapan aku harus bilang padamu untuk memanggil aku dengan sebutan tuan atau apalah. Tolong jangan lagi memanggilku dengan sebutan Yang Mulia lagi. Dan selama ini aku tidak pernah ketahuan oleh ayahku, jika bukan karena mulut embermu itu!" Ujar pangeran Jayden sambil meniki pinggangnya. Ia menatap Harley dengan memberikan sensasi hawa ingin membunuh.

"Ah... Soal itu apakah aku ketahuan? Sebenarnya aku bisa menjelaskannya Yang Mu... maksud saya tuan." Ujar Harley dengan memelas.

"Sudahlah... Aku selalu saja kehabisan banyak tenaga jika aku terus berdebat dengan mu. Harley tolong tentukan dimana kesetiaanmu berada, apakah itu kepada ayahanda atau kepadaku. Karena aku tidak membutuhkan orang yang tidak setia kepadaku."

Pangeran Jayden lalu berpaling pergi dan membiarkan Harley tetap diam di tempat itu. Ia harus segera bersiap untuk menghadap Raja, agar ia mempunyai waktu untuk keluar mencari gadis yang menolongnya waktu itu.

**

"Hamba menghandap ayahanda." Ujar pangeran Jayden sambil menundukkan kepalanya.

"Apa kau tahu kesalahanmu?" Tanya Raja Mork dari atas singhasananya.

"Hamba tidak mengerti maksud dari perkataan Ayahanda. Bolehkan hamba tahu apa yang membuat ayahanda memanggilku ke sini?"

Raja Mork kemudian bangkit dari kursinya dan turun untuk mendapatkan pangeran Jayden. Tiba-tiba saja tangannya melayang ke atas pipi pangeran Jayden dan meninggalkan lebam pada wajah pangeran.

Prak... Pangeran Jayden terdiam dan hanya tertunduk.

"Aku sudah mengatakan kepadamu bahwa perjanjian dengan kekaisaran Zianem sangat penting. Tapi kau malah membuat putri Tutkzia membatalkan pertunangan kalian."

Pangeran Jayden lalu menundukkan tubuhnya dihadapan ayahnya. "Ampuni aku ayahanda. Jika ini soal pertunangan dengan putri dari kekaisaran Zianem, aku sungguh tidak mengetahui mengapa ia membatalkan pertunangan kami."

Raja Mork menyeringai, ia lalu membelakangi pangeran Jayden. "Benarkah? Lalu mengapa kamu diam-diam pergi ke kaisaran Empire dan membuat putri Tutkzia sangat khawatir tentang keselamatanmu? Apakah kamu mau menunjukkan betapa kau sangat tidak ingin bersanding dengannya, sampai-sampai kau memilih opsi yang kedua yang membahayakan nyawa dari pada menikahinya?"

'Harley!... Dia lagi-lagi melaporkanku...' Pikir pangeran Jayden di dalam hatinya.

"Maafkan aku ayahanda. Tapi sepertinya ayahanda harus mengiklaskan bahwa kita tidak bisa menjalin hubungan diplomatis dengan kekaisaran Zianem lagi." Ujar pangeran Jayden dengan berani.

"Huh... Sekarang aku tidak tahu kemana perginya sikapmu yang bijaksana itu! Ini semua karena ibumu yang sakit-sakitan itu, sehingga membuat pikiranmu menjadi kalut. Aku tidak akan pernah membiarkan mu memutuskan hubungan diplomatik dengan kekaisaran Zianem. Camkan itu!" Ujar Raja Mork dengan wajah yang geram dan sinis.

Mendengar ucapan raja, pangeran Jayden pun menahan emosinya. Walau bagaimana pun ia juga tahu bahwa selama ini ayahnya tidak memperlakukan ibunya seperti sebagaimana ia memperlakukan para selirnya. Mungkin ia adalah raja yang baik bagi warganya, tapi tidak untuk pangeran Jayden.

"Sebaiknya kau memperbaiki hubunganmu dengan putri Tutkzia dan pernikahan akan tetap dilangsungkan tahun depan, pada tanggal dan hari yang telah dijanjikan. Sekarang pergilah, aku tidak ingin lagi melihat wajahmu!"

"Sesuai titahmu ayahanda." Ujar pangeran Jayden, lalu mengurungkan dirinya pergi dari hadapan kaisar.

Tampaknya Harley menunggu pangeran Jayden di depan pintu keluar istana kaisar. Ia tampak menggigit kuku ibu jarinya dan kakinya berjalan kesana kemari, mengkhawatirkan pangeran Jayden.

Saat ia menoleh ke arah pintu keluar-masuk istana, akhirnya pangeran Jayden pun terlihat. Harley dengan segera mendapatkan pangeran Jayden dan memeriksa keadaannya.

"Tuan apakah anda baik-baik saja?"

"Harley apakah aku terlihat baik-baik saja di hadapan mu?" Tanya pangeran Jayden sambil mengangkat sebelah alisnya.

Harley pun melihat di sekitar tubuh pangeran Jayden dan ia kemudian terpaku pada wajah pangeran Jayden yang mendapatkan lebam di wajah sebelah kanannya.

"Aku sungguh minta maaf, tuan." Kata Harley sambil menunduk. Lalu hendak mencoba memegang wajah pangeran Jayden.

Melihat reaksi Harley yang berlebihan, Jayden pun menolak tangannya yang hendak mau menyentuh wajahnya. "Sudahlah... Sekarang apa kau sudah menyiapkan pakaian ku?"

"Pakaian tuan telah siap." Ujar Harley lalu fokus pada tugasnya.

Mendengar bahwa pakaiannya telah siap, pangeran Jayden pun lalu segera melangkah ke arah kediamannya.

'Apakah aku memang sangat cocok dengan orang-orang yang ceroboh? Bagaimana pun aku tidak bisa membuang Harley, walaupun dia adalah sumber masalah ku.' Gumam Jayden.

Setelah beberapa saat, Jayden pun telah bersiap untuk mencari keberadaan Athanasia. Sebenarnya ia cukup penasaran dengan pengetahuan tentang pengobatan yang dimiliki Athanasia. Ia ingin menyelidiki, siapa tahu Athanasia memiliki pengetahuan yang dapat membantunya menyembuhkan ibunya.

Setidaknya ada secercah harapan bagi pangeran Jayden, saat ia melihat keahlian yang dimiliki oleh Athanasia. Sebab selama ini tidak ada tabib yang ditemuinya dapat membantunya untuk mencari permasalahan penyakit ibunya, walaupun itu tabib istana sekali pun.

Pangeran Jayden pun memulai pencarian dari hutan, tempat pertama kali ia bertemu dengan Athanasia.

~To be continued

Next chapter