webnovel

Ch. 16 : Nicholas Flamel & Batu Bertuah

Key POV

Aku bangun bergegas ke Kelas ramuan tak pernah aku bersemangat seperti ini terhadap pelajaran Prof. Snape. Dari belakang terdengar suara yang memanggil namaku, aku menengok kebelakang Harry, Ron dan Hermione berlari menghampiriku. Mereka berhenti dengan napas tersengal – sengal.

"Mengapa kau buru – buru seperti ini?" tanya Ron.

"Aku harus bertemu Snape untuk menanyakan hasilnya apa ada keganjilan di minuman itu"

"Sherly masih belum sadar?" tanya Hermione, Aku hanya mengangguk. Hermione tak banyak bertanya sepertinya Harry dan Ron sudah bercerita padanya.

Di kelas hanya ada Prof. Snape dan kami, Aku tak membuang waktu lagi

"Professor aku ingin tahu bagaimana hasilnya?" tanyaku

"Apa kau tak tahu siapa yang melakukannya?" tanya Snape, aku hanya mengangkat bahu. "Minuman ini telah dicampur ramuan, selain untuk menghilangkan kesadaran juga untuk membuka segel"

"Apa? Segel..." Ron terlihat bingung

"Jangan tanya segel apa... untuk apa... atau yang lainnya karena aku hanya meneliti ramuan ini bukan menyelidiki sejauh itu" katanya dengan tatapan sinis.

"Segel??... darimana saya bisa mengetahui segel apa, dan apa segel itu sudah terbuka?" ujarku tak sabar

"Kau tak dengar ucapanku tadi? Mr. Aldrich, sekarang duduk ke tempatmu" Aku menatap Snape dengan penuh kekesalan.

Aku memang berada di kelas ramuan tapi pikiranku berkeliaran memikirkan Sherly, semua samar – samar mulai terlihat berhubungan seperti berusaha menyatukan potongan puzle. Mr. Holmes tentu tahu hal ini, Dumbledore dan Kakak ku juga mungkin mengetahuinya. Satu hal yang pasti Sauron berusaha menghancurkan segel entah untuk apa. Aku harus mencari tahu.

"Setelah pelajaran ini usai aku akan menemui Dumbledore" bisikku

"untuk apa?" tanya Harry

"Kurasa dia tahu apa yang sebenarnya terjadi" jawabku singkat

"Kurasa lebih baik kita melihat Sherly, aku ingin tau bagaimana keadaannya" sahut Hermione. Aku tak bisa menolak kalau itu untuk menengoknya.

"Argh...!!!" Pekikku dan Harry nyaris bersamaan, terantuk Buku tebal Snape.

"Kalian mau nilai asrama kalian berkurang atau detensi?" tegur Snape.

Terpaksa kami hanya menunduk terdiam. Hingga pelajaran ramuan usai kami segera bergegas menuju ruang rawat Sherly, Ketika beberapa langkah lagi kami dari pintu rumah sakit aku dikejutkan oleh suara jeritan yang sangat kukenal, Sherly!

"Apa yang terjadi?" tanya Ron. Aku menerobos beberapa perawat lain yang menghalangi jalanku.

Aku melihatnya menjerit kesakitan dan menggeliat tak karuan, semua tampak mematung sebagian membungkam mulutnya sendiri ngeri melihat kondisinya. Aku bingung tak tahu harus berbuat apa, tapi aku tak bisa diam saja melihatnya kesakitan seperti ini.

"Mengapa kalian hanya diam saja....? lakukan sesuatu dia kesakitan" Ujarku penuh emosi.

"S... dimana yang sakit?" tanyaku namun sepertinya dia begitu kesakitan hingga tak merespon pertanyaanku.

Terlihat Dumbledore datang bersama Prof. McGonagall "Kalian semua keluarlah tinggalkan Prof. McGonagall dan aku disini". Semua perawat keluar dari ruangan tersebut sementara Harry, Ron dan Hermione hendak keluar namun ketika menyadari aku tak beranjak sedikitpun Hermione menarik lenganku.

"Mr. Aldrich apa kau tak mendengar ucapan Prof. Dumbledore?"

"Aku tak akan pergi kemana pun, katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa dia kesakitan seperti itu, mengapa kalian semua menutupinya dan diam saja? Lalu sampai kapan kalian melakukan ini? Jelaskan padaku," tuntutku. Aku tak peduli Hermione dan Prof McGonagall melotot kesal kepadaku.

"Aku menyadari siapa kau...sebenarnya" Prof. Dumbledore tersenyum padaku "tapi kau harus mengendalikan dirimu sendiri, ini Hogwarts dan kau tetap harus bersikap seperti yang seharusnya padaku disini".

"Maaf... aku kurang bisa beradaptasi dengan baik, tapi seperti yang kubilang tadi aku tak akan beranjak sebelum Professor menjawabku"

Professor Dumbledore kembali tersenyum dan berkata "Kau keras kepala mirip sekali dengan kakakmu – Minerva suntikkan ini padanya". Lalu dia menghadap Key dan mengedikkan kepala kearah Hermione, Ron dan Harry

"Mengapa kau menggunakan benda Muggle?" gerutu Prof. McGonagall

"Lakukan saja dia bahkan tak bisa menelan ramuan obat apapun"

Prof. Dumbledore berbalik kini berhadapan dengan kami "Apa tak masalah jika kuceritakan didepan mereka juga? Karena ini berhubungan dengan tempat asalmu" Aku hanya mengangguk cepat atau lambat mereka pasti akan tahu lagipula aku sudah berencana menceritakan semua ini pada mereka.

"Ramuan yang diminum Sherly membuatnya tak sadar dan merusak segel yang dibuat oleh orang tuanya untuk melindunginya dari Sauron"

"Apa tujuan Sauron melakukannya? Dia berulangkali bermimpi tentang sauron, saruman, mordor dan yang lainnya"

"Mengambil kendali, dia ingin mengendalikan Sherly, untuk apa?? – aku tak bisa mengatakannya bertanyalah pada ayahnya dia lebih tahu? Aku tak berhak memberi informasi itu padamu"

"Bahkan jika ku.... "

"Apa Kau mencoba menggunakan kedudukanmu untuk menekanku?" Ujar Professor Dumbledore sambil tersenyum

"Maaf menekan...? bukan maksudku bersikap seperti ini professor, kumohon... aku bersedia melakukan apa saja, aku benar – benar peduli dan mengkhawatirkannya"

"Aku tahu itu, siapa pun bisa melihat itu dari wajahmu"

Aku kembali menatap Sherly yang mulai berangsur tenang dan tidak mengerang kesakitan lagi berkat suntikan yang diberikan Prof. McGonagall dan itu membuatku sedikit lega.

"Jika memang anda tak bisa memberitahukannya padaku, aku akan mencari jawabannya sendiri" Hermione meremas lenganku saat mendengar ucapanku barusan namun aku tak peduli "yang jelas ini berhubungan dengan Sauron kan..."

"Kau sudah keterlaluan... dan tidak sopan, Lebih baik kita pergi, nanti kita bisa menjenguknya lagi, lagipula banyak hal yang harus kau ceritakan pada kami kan" Hermione membujukku.

"Tidak apa – apa Miss Granger dia hanya belum terbiasa, dia terbiasa berada di istana dan semua tunduk padanya, mungkin dia perlu waktu"

"Istana...?? Key kita harus segera bicara" Ujar Harry sambil menyeretku keluar dari ruang tersebut

"Hey.... aku belum selesai..." Mereka tak berhenti hingga kami sampai di Kelas Transfigurasi yang sudah sepi dan hanya ada kami berempat.

Ron memaksaku duduk dan mereka semua berdiri dihadapanku, aku merasa seperti menghadapi sidang.

"Kau sudah berjanji menceritakan pada kami, tapi sampai kapan kau akan menceritakan siapa kau sebenarnya, hah?" seru Ron

"Baik, jangan terkejut dan jangan menertawakanku... bahkan mungkin kalian tak semudah itu percaya pada ucapanku"

"Sudah jangan bertele – tele katakan saja" sembur Hermione

"Aku... berasal dari Middle Earth... Pangeran dari Kerajaan Gondor Putera kedua dari Raja Arathorn" Aku mengamati reaksi mereka dengan seksama.

Seperti dugaanku mereka terkejut Hermione bahkan membekap mulutnya sendiri.

"Kau... Kau serius atau bercanda?" tanya Harry

"Kalian menyuruhku mengatakan yang sebenarnya, tapi kalian sendiri tak percaya ucapanku" Keluhku

"Siapa saja yang mengetahuinya?" tanya Ron

"Sherly, kalian, Prof. Dumbledore... kukira Prof. McGonagall juga dan belakangan ini aku juga baru tau kalau orang tua Sherly mengetahui siapa aku"

"Bagaimana dengan teman – teman dance mu?" tanya Hermione

"Kecuali Sherly tak ada yang tahu hal itu"

"Lalu...bagaimana dengan Sauron... kau seharusnya tau dan tak perlu menanyakan lagi pada Dumbledore bukankah Sauron hidup di Mordor"

"Hermione, Kau pikir aku tau?? Aku tak pernah sekalipun berhubungan dengan Makhluk jahat itu – tapi... kukira kakakku dan orang tua Sherly setidaknya mereka mengetahuinya."

"Kau yakin?" tanya Harry, aku menyodorkan secarik surat dari kakakku lalu mereka pun membacanya.

"Lalu... apa yang harus kita lakukan?" tanya Ron

Harry menyodorkan Cokelat kodok, hal itu membuatku mengerutkan dahi dan menatapnya heran.

"Makan ini, cokelat bisa membuat pikiran orang jadi tenang, sepertinya kita bakal butuh banyak waktu dan energi untuk berpikir" tukas Harry

Aku tersenyum mendengar ucapannya, "Dumbledore..." gumamku begitu melihat gambar di kartu lalu memberikannya pada Harry "Apa menurut kalian tadi aku sungguh kurang ajar padanya?" tanyaku

"Kenapa kau baru memikirkannya sekarang?" keluh Hermione.

"Aku terbawa emosi, aku bingung semua ini begitu rumit dan memusingkan"

"Aku sudah menemukannya...." Bisik Harry "Aku menemukannya itulah mengapa namanya terdengar tak asing sudah kukatakan aku pernah membaca namanya di kereta api yang membawa ku kesini... " Ujar Harry tiba – tiba.

"Apa? Kenapa kau tiba – tiba membicarakannya?" tanya Ron

"Satu teka – teki terpecahkan, ini dia Nicholas Flamel" Harry tersenyum penuh kemenangan sambil menyodorkan Kartu dari Cokelat kodok yang bergambar Dumbledore.

"Profesor Dumbledore khususnya terkenal karena keberhasilannya melawan Grindelwald pada tahun 1945, penemuannya untuk dua belas kegunaan darah naga, dan karyanya di bidang alkimia yang dikerjakannya bersama mitranya Nicholas Flamel"

Aku cukup terkejut, Hermione langsung melompat berdiri "Tunggu dulu disini!" dia berlari keluar entah kemana.

"Wow... briliant sobat..." seruku sambil menepuk bahu Harry. Kami bertukar pandang heran ketika melihat Hermione kembali dengan memeluk buku yang sangat besar.

"Tak pernah terpikir olehku untuk mencari di sini" bisiknya tegang. "Aku pinjam ini dari perpustakaan beberapa minggu lalu sebagai bacaan ringan"

"Ringan?" Kata Ron, tapi Hermione menyuruhnya untuk diam, dia terus membuka bukunya dengan cepat seperti mencari sesuatu, sampai akhirnya dia menemukan apa yang dia cari.

"sudah kuduga ! sudah kuduga !"

"Nicholas Flamel" Bisik Hermione dengan dramatis "Adalah satu – satunya yang terkenal sebagai pembuat Batu Bertuah.

"Batu apa? Tanya Ron dan Hermione

"oh astaga apa kalian berdua tak membacanya? Lihat baca ini" di dorongnya buku tersebut dan kami membacanya :

Ilmu kuno alkimia berkenaan dengan pembuatan Batu Bertuah, benda legendaris dengan kekuatan gaib luar biasa . Batu ini akan mengubah logam apa saja menjadi emas murni. Batu ini juga menghasilkan cairan kehidupan, yang akan membuat peminumnya hidup selamanya.

Selama berabad – abad ini bayak laporan tentang Batu Bertuah, tetapi satu – satunya batu yang saat ini ada adalah milik Mr. Nicholas Flamel, ahli kimia terkenal dan pecinta opera. Mr. Flamel yang taun lalu merayakan ulang tahunnya yang keenam ratus enam puluh lima tahun, menikmati hidup tenang di Devon bersama isterinya, Perenelle (enam ratus lima puluh delapan tahun).

"Tahu kan sekarang?" Kata Hermione. "Anjing itu pastilah menjaga batu bertuah milik Flamel! Aku berani taruhan dia pasti menitipkannya kepada Dumbledore karena mereka bersahabat, dan dia tau ada orang yang menginginkan batu itu. Itulah sebabnya dia ingin batu itu dipindahkan dari Gringotts!"

"Batu yang membuat emas dan membuatmu tak bisa mati" kata Harry. "Pantas saja Snape menginginkannya semua orang pasti menginginkannya".

"Kalau ada batu ini, harusnya Raja Midas tak perlu repot – repot memohon pada Dionysus" celetukku sambil tersenyum geli

"Apa?" tanya Ron bingung dengan ucapanku "Lupakan saja" ujarku

"Hanya mitos yunani, raja yang meminta agar semua yang ia sentuh berubah menjadi emas" jelas Hermione

"Kuharap Sherly lekas sadar... " gumam Harry dengan murung

Aku menepuk bahunya. Harry melanjutkan perkataannya "sebentar lagi pertandingan... aku hanya ingin dia tak melewatkannya lagi".

"Kau benar- benar berniat ikut?? Snape yang menjadi wasitnya" Sahut Ron

"Gryffindor tak punya Seeker lain selain aku... lagipula aku bukan pengecut"

"Aku setuju dengan Harry ini demi asrama kita, harga diri kita dipertaruhkan"

Di depan pintu tiba – tiba tampak Fred yang kelelahan dengan napas tersengal – sengal sepertinya dia sudah berlari hingga sampai disini, tapi untuk apa?... pikirku.

"Sherly... dia ... kalian harus pergi melihatnya" ujarnya sembari mengatur napasnya sendiri

"Apa yang terjadi padanya?" tanyaku cemas

"Dia sudah sadar" Kata Fred, saat itu juga aku menerjang Fred yang tepat menghalangi pintu dan berlari keluar tanpa menunggu respon Harry, Ron atau Hermione. Aku terus berlari tanpa memerdulikan siapa saja yang kutabrak, atau apakah aku tersandung sesuatu, karena yang ada di pikiranku hanyalah memastikan dan melihatnya sadar.

Aku berhenti tepat di depan ranjangnya sambil mencoba mengatur Napasku sendiri.

"Gwencanha?" tanyaku, dia hanya diam dan menatapku lalu dia tersenyum meski wajahnya terlihat begitu pucat.

"Kau... masih bisa menemuiku dan menanyakan keadaanku?" tanya Sherly

Aku terkejut dengan perkataannya dan menatap penuh tanya pada Fred dan Ji Hyun yang juga berada di sana mereka hanya mengangkat bahu dan menggelengkan kepala.

"setelah memberiku minuman aneh itu... hingga aku seperti ini dan kau… masih berani menemuiku?" lanjutnya dengan nada kesal

"Bukan itu yang terjadi" bantahku "Sudah kukatakan padamu untuk waspada bukan? Mengapa kau terima pemberian orang asing" emosiku sedikit terpancing, Hermione meremas lenganku supaya aku mengendalikan diriku.

"mana mungkin aku berpikir dua kali, dia mengatakan itu darimu" balasnya

"Meski begitu.... Bukankah kau mengenalku... apa aku tipikal cowok yang akan melakukan hal konyol seperti itu? Harusnya kau berpikir" Jawabku.

Dia hanya terdiam dan memberi tatapan sedih padaku, matanya mulai berkaca – kaca. Tampaknya dia terluka mendengar ucapanku barusan. Aku berpaling karena kesal dan juga tak tega melihat wajahnya yang tiba – tiba sedih.

"Sherly... kau salah paham..." Hermione mendekat dan kini berada di samping Sherly "Dia sudah banyak menolongmu... dia sangat khawatir... menjengukmu tiap hari, meminta snape meneliti minuman itu, bahkan demi menyelidiki siapa yang ada dibalik kejadian ini Key dan Prof Dumbledore..." Hermione belum sempat melanjutkan penjelasannya.

"Cukup... untuk apa kau jelaskan itu semua padanya?" Ujarku karena memang Sherly orang yang keras kepala apalagi dengan kondisi seperti ini dia pasti tak bisa begitu saja menerima penjelasan orang lain. "lebih baik aku pergi saja dulu".

Aku hendak beranjak pergi tetapi langkahku terhenti begitu tangan dingin Sherly menyentuh pergelangan tanganku. Mungkin dia berniat mencegahku namun dia bahkan tak punya energi untuk melakukannya, "Kajima"

Aku menoleh padanya, kulihat dia sedikit bangkit dari ranjangnya dan menggigit bibirnya seperti menahan rasa sakit.

"Siapa yang menyuruhmu bangun??" Keluhku sambil membenarkan kembali posisi Sherly berbaring seperti sebelumnya.

"Benarkah seperti itu?" tanya Sherly Harry, Ron dan Hermione mengangguk "Mian..." Dia kembali memejamkan mata dan meringis seperti kesakitan.

"Kau kesakitan seperti ini... jangan habiskan energimu untuk marah – marah" Kata Harry mengingatkan.

"Aku baru ingat, aku sudah janji pada ayahmu akan memberi kabar begitu kau bangun" seruku

"Ah... kau disini saja... biar aku dan Fred yang memberi kabar pada orang tua Sherly" Ujar Ji Hyun.

"Apa kau bermimpi lagi?" tanya Hermione begitu Ji Hyun dan fred pergi.

Sherly menggelengkan kepala "Aku tak bermimpi apapun hanya saja sakit... sungguh sakit hingga rasanya aku ingin mati saja – Apa kalian tau apa yang sebenarnya terjadi padaku?"

"Prof. Dumbledore bilang ayahmulah yang lebih tahu" Jawabku singkat

"Lalu apa kata Snape?" Sherly menatap Harry, Ron dan Hermione bergantian.

"Jangan menyembunyikan apa pun dariku" tambahnya mungkin dia memerhatikan sikapku barusan.

"Aku juga masih agak bingung dengan apa yang terjadi... Snape bilang... ramuan itu untuk menghancurkan segel. Sampai sekarang meski aku berusaha mencari tahu dari Prof Dumbledore dia masih tak mau menjelaskan maksudnya, tapi yang pasti... Kakakku dan Dumbledore mengatakan, ini ada hubungannya dengan Sauron... dan kurasa ayahmu mengetahuinya" Aku berusaha menjelaskan sebisaku meski aku sendiri bertanya – tanya apa yang sebenarnya terjadi.

"Jangan Ngawur... ayahku tak tahu apa – apa" bantahnya

"S... Ayahmu mengetahuinya dia bahkan tahu kalau aku pangeran" matanya hanya mengerjap karena terkejut.

"Bagaimana bisa... ?" tatapannya pun beralih pada Harry, Ron dan Hermione "Kalian juga sudah tahu kalau dia..." Sherly belum tuntas mengatakannya tapi mereka sudah mengangguk.

"Dumbledore juga mengetahuinya" lanjutku

Sherly tak menunjukkan wajah terkejut namun dia malah cemberut, "Baguslah... tapi... sepertinya aku mulai lapar"

"Well... kau mau makan apa?" tanyaku

"Pasta... " jawabnya. Lalu terdengar langkah kaki memasuki ruangan ini. Saat aku berbalik tampak Mr. Holmes sudah berada di samping pintu.

"Appa..." seru Sherly. Mr. Holmes mendekat lalu memeluk putrinya.

"oke, kalau begitu aku akan pergi, semoga mereka mempunyai pasta untukmu". Kami meninggalkan mereka berdua di dalam sana.

Next chapter