webnovel

7

" see?? Dia datang dengan skill stalkingnya. Apa aku masih disalahkan dalam hal ini??" tanyaku dengan nada kesal

" jadi bisakah aku masuk?"

" tentu, kau boleh masuk" jawabku lalu langsung meninggalkannya kekamar. Aku harus meredakan amarahku sebelum aku membentak orang lain lagi.

......

" jeon memang biasa seperti itu, jadi tolong dimengerti" ucap chrysan pada yang lainnya. Youngboun dengan cepat mengangguk karena dia paham betul jeon seperti apa, dari mereka berempat youngboun lah yang paling dekat dengan jeon.

" Tapi, sepertinya Clarissa mengembalikan emosi manusianya lebih cepat, setelah tiga tahun ia berperilaku seperti robot cukup sulit untuknya mengembalikan dirinya menjadi manusia biasa lagi, terlebih sekarang ia belum melepas beberapa perangkat yg menempel ditubuhnya" jelas chrysan

" Itu berarti bagus, karena jeon sudah bisa merasakan emosinya kembali" balas Lucas

" Tapi, dengan kembalinya emosinya ia akan sulit mengontrol emosi dan kendali dirinya dan berdampak buruk bagi orang sekitarnya. Ia adalah sosok yang dingin" lanjut chrysan

Mereka pun mulai mendiskusikan apa yang akan mereka lakukan sebelum jadwal penjemputan datang, sementara jeon masih mengurung diri di kamarnya. Ia masih bingung dengan dirinya yang selalu disertai rasa kesal saat bertemu Clarissa, ' apa hanya karena ia tahu banyak tentang diriku, aku jadi kesal dengannya?' tanyanya dalam hati namun, ia tetap saja tidak bisa menemukan jawaban mengapa ia bisa merasa sekesal itu pada Clarissa. Tak lama ia mendengar suara dari kamar tamu.

" Ayo hajar terus, hajar!"

Ia tahu suara siapa itu, dan saat ia membuka pintu ia mendapati Bimo tengah bermain game dikamar tamu.

" Bim, jangan katakan sedari tadi kau hanya bermain game" kata jeon

" Tentu, sungguh game ini seru sekali!" Balas Bimo

" Damn it! Kau hanya bermain game sembetara kami dibawah tengah membahas cara menyelamatkan nyawa kami?! Hentikan" emosi jeon mulai meluap lagi

" Oh, ayolah jeon! Game ini seru sekali"

" Hentikan Bimo "

" Sebentar lagi saja"

Jeon menitak kepalanya " kubilang hentikan ya hentikan!" Omel jeon

" Au! Sakit, jitakan mu itu seakan menunjukan bahwa tanganmu terbuat dari baja tau!" Balas Bimo meringis kesakitan mengusap kepalanya

" Kau ini dibilangin susah sekali, turun dengar kan chrysan menjelaskan! " Perintah jeon, Bimo hanya menurut tanpa melontarkan sepatah katapun.

Sementara dibawah Clarissa mendengar semua penjelasan tentang semua rencana yang akan mereka jelaskan, jika ia ingin jujur sebenarnya ia tidak terlalu mengerti dengan rencana mereka. Ia hanya bisa mengangguk dan menggeleng padahal sama sekali ia tidak menangkap inti dari pembahasan itu sendiri. Ia memang mahasiswi dengan nilai IPK tertinggi tapi itu semua adalah hasil dari pembelajarannya sendiri bukan karena ia mendengarkan dosen, ia lebih suka mempelajari sesuatu sendiri daripada mendengarkan penjelasan orang lain.

"Chrysan, memangnya kapan penjemputan ya?" Tanya Clarissa

" Besok pagi, tapi akan ada perubahan jadwal karena Rex masih memperbaiki jason"

" Bisakah aku istirahat sebentar, mendadak aku merasa pusing"

" Baiklah, kau boleh tidur di kamarku, lantai atas pintu kedua "

Clarissa pun segera naik keatas menuju kamar chrysan, tapi, ia kebingungan dimana kamar chrysan karena kamar dilantai atas terdapat lima kamar yg sejajar. Ia berhenti di ujung tangga dan mulai memilih, ' kedua, ya kamar kedua' pikirnha. Ia pun mendekati pintu kedua dari pojok dan membuka pintunya. Ia terkejut saat membuka pintu yg ia lihat ternyata adalah jeon yg tidak memakai baju, awalnya ia merasa kasihan karena terdapat kaitan yg berdarah di punggung nya dan tiba tiba ia merasa heran. ' apa ia tidak merasa sakit? Dengan darah yg masih mengalir dari bekas jaitannya?' tanyanya bingung

" Apa kau masih akan terus memandangiku seperti itu dari balik pintu? Hah? Clarissa"

Dan ternyata jeon mengetahui bahwa Clarissa mengamatinya sedari tadi.

" Maafkan aku, aku tidak bermaksud mengintip" ucap Clarissa canggung

" Bagus, cepat tutup pintunya. Lain kali jika ingin masuk kekamar seseorang ketuk pintunya dahulu" balas jeon dingin

" Tapi, punggung mu..."

" Aku tahu, tinggalkan aku cepat" jeon masih saja membalasnya dengan dingin

" Aku bisa membantumu mengobatinya, jika dibiarkan luka itu akan menjadi infeksi" ujar Clarissa

" Aku bisa mengobatinya sendiri"

" Lagipula, kau akan susah menjangkau punggungmu, biar kan aku mengobatinya setelah itu aku tidak akan mengganggumu lagi"

" Hhhh... Baiklah. Tapi cepat karena aku tidak suka jika ada perempuan dikamarku" tukas jeon.

Clarissa pun mengambil kotak p3k dari atas meja kamar jeon dan mulai mengobati punggungnya yg terluka dengan sangat hati-hati

" Apa ini tidak sakit?" Tanya Clarissa

" Jika sudah selesai, kau boleh keluar"

" Aku serius bertanya kepadamu, apa ini masih sakit. Jika masih sakit harus rutin diobati" tegas Clarissa

" Lalu apa pedulimu?! Jika ini masih sakit apa kau juga akan merasa sakit?? " Bentak jeon

" Maafkan aku, aku hanya ingin membantu" balas Clarissa pelan

" Kau boleh keluar sekarang" ucap jeon dingin.

.....

Clarissa keluar kamar dengan suasana hati yang sangat kacau. Ia berniat membantu Jeon, namun yang ia dapat adalah cacian. Ia ingin sekali menangis tapi, ia menguatkan dirinya sendiri. Baru kali ini usaha dan bantuannya terasa tidak dihargai. Apa hanya karena ia mengetahui rahasia Jeon, ia akan dibenci seperti ini. Ia sempat mendengar bahwa Jeon selalu kesal setiap kali melihatnya, dan itu membuatnya sakit hati. Jika ia boleh jujur, ia sebenarnya menyukai Jeon dalam diam. Ia selalu memperhatikan Jeon dikampus, ia tidak peduli seberapa banyak saingan yang ia miliki tapi, rasa yang ia punya akan tetap ada. Ia menyukai Jeon apapun adanya. Ia tidak peduli jika ia adalah robot manusia, ia tidak peduli bahwa ternyata Jeon adalah yang selama ini membuatnya dalam bahaya. Ia akan tetap menyukainya. Tapi, bagaimana rasanya dibentak dan diperlakukan kasar oleh orang yang kita sukai? itu pasti sangat sakit.

........

Next chapter