webnovel

Aku Kembali

Editor: Wave Literature

Kemudian, Jing Wushuang membuka lemari bajunya. Dia khawatir akan baju apa yang akan dipakainya untuk acara hari ini. Dia hanya bisa mengenakan flat shoes, di hari-hari yang sering hujan seperti ini, pasti mudah sekali untuk basah dan sepatu semacam itu tidak terlalu apik untuk dipadupadankan dengan berbagai pakaian.

Setelah itu, Jing Wushuang membuka gorden di apartemennya. Di luar tidak turun hujan, namun terlihat titik-titik embun. Sungguh udara yang segar. Dia menundukkan kepalanya dan melihat kakinya sendiri, menyedihkan sekali. Ah sudahlah, yang terpenting nyaman, batinnya.

Akhirnya, Jing Wushuang memilih sebuah gaul wol berwarna hijau muda dengan celana legging yang pada bagian bawahnya. Pakaian itu dipadukannya dengan sepatu bot berwarna hijau muda. Sementara rambutnya dibiarkan terurai indah di bahunya. Lalu, dia juga mengoleskan lip balm di bibirnya. Dengan asal dia mengambil mantelnya, lalu meninggalkan apartemennya.

Sesampainya di dalam lift, Jing Wushuang meminjam cermin 360 derajat yang ada di dalam lift untuk melihat pantulan dirinya sendiri. Dandannya hari ini sangat mirip dengan dandannya ketika masih awal masuk kuliah. Ketika di universitas, dia sering sekali berpenampilan seperti ini. Meskipun tidak ada yang berubah dari penampilannya, tapi suasana hatinya telah banyak berubah. Jika ingin dibandingkan, dia lebih suka dirinya yang sekarang daripada yang dulu. Sambil menatap ke cermin, dia menepuk-nepuk kepalanya. Wushuang, kamu semakin hari semakin baik, batinnya.

Jing Wushuang kembali menggunakan aplikasi 'Didi' untuk berangkat ke acara keluarganya. Setelah menghabiskan waktu 30 menit di perjalanan, dia akhirnya tiba di rumah keluarga Xia.

Rumah keluarga Xia terletak di sebuah kompleks vila tua di kota. Sebuah vila yang memiliki rumah tiga lantai, lalu di depannya terhampar halaman luas dengan rerumputan hijau dengan berbagai bunga dan tanaman yang selalu merekah sepanjang musim. Setelah pensiun, kakek suka sekali merawat segala jenis bunga dan tanaman, bahkan halaman ini sekarang terlihat lebih indah.

Vila ini adalah tempat Jing Wushuang hidup selama sepuluh tahun. Ketika dirinya menginjak bangku SMA, dia memilih untuk tinggal di asrama sekolah. Hingga sekarang, dia jarang sekali pulang ke rumah.

Baru saja Jing Wushuang melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah, dia langsung mendengar suara wanita yang nyaring seperti bunyi alarm yang berdering keras. "Wah, lihat, cucu kesayangan kakek datang! Sini, sini, sini aku lihat."

"Kakek, ini aku. Aku sudah datang." Jing Wushuang menampilkan senyum hangatnya sambil berjalan menuju Xia Jingshan, kakeknya. Kemudian dia menggenggam telapak tangan kakeknya dan mencium punggung tangannya.

Wajah Xia Jingshan seketika menjadi garang saat ini. Dia menepuk tangan Jing Wushuang dan berkata, "Nakal. Kenapa kamu tidak pulang? Terus ini… Ada apa dengan kakimu?" Dia baru saja menyadari cara jalan cucunya yang sedikit pincang dan tidak alami.

"Bukan masalah besar, kok. Beberapa hari lalu aku terjatuh, tapi sekarang sudah baikan kok, kek."

Mendengar ini, wajah Xia Jingshan menjadi semakin garang. Ekspresinya tadi sengaja ditampilkannya untuk menakuti Jing Wushuang, tapi yang sekarang dia bersungguh-sungguh, "Sudah tahu terluka, lalu kenapa tidak pulang? Kenapa baru sekarang memberitahu kakek?"

Sambil berbicara, Xia Jingshan mencondongkan tubuh Jing Wushuang untuk lebih dekat dengannya, lalu melanjutkan ucapannya, "Kalau begitu berhati-hatilah dengan kakimu. Kalau belum pulih, jangan terlalu banyak menggunakan kekuatan dulu."

Jing Wushuang merasa hatinya menghangat. Kakeknya ini sungguh mengkhawatirkannya. Dia lalu mengusapkan kepalanya dan bersikap manja di lengan Xia Jingshan. "Baiklah, aku tahu. Aku hanya takut membuat kakek khawatir. Lagipula, ini bukan masalah serius kok."

"Eh, cucu kesayangan ku secantik ini tinggal sendirian di luar sana, bagaimana aku bisa tenang? Kalau di sekolah kan masih banyak temanmu. Pindah saja kembali ke rumah, bagaimana menurutmu? Ibumu yang tidak masuk akal itu juga sungguh…" Setiap kali melihat cucu perempuannya menderita, Xia Jingshan selalu mulai untuk menyalahkan putrinya.

Perkataan seperti ini, Jing Wushuang sudah mendengarnya sejak setelah lulus hingga tak terhitung. Dia tahu bahwa dibalik sikapnya yang menyalahkan ibunya, sebenarnya kakeknya itu juga merindukannya. Dia pun merubah nada bicaranya menjadi lebih santai, "Aku tahu kakek mengkhawatirkanku. Ibu menjalani dengan baik itu juga sudah cukup. Aku tinggal di apartemen karena itu lebih mudah bagiku untuk bekerja. Memangnya kakek tahan melihatku setiap hari menyetir selama satu jam untuk berangkat bekerja? Ini belum terhitung waktu ketika macet loh. Bukankah saat ini aku sudah cukup baik?" 

"Baik, baik, baik. Kamu adalah cucu kakek yang paling penurut. Apa yang kamu bicarakan, semuanya terserah kamu." Jika berhadapan dengan cucu perempuan yang paling dia cintai ini, Xia Jingshan selalu kalah.

---

Dari 15 Februari 2020, koin yang sudah digunakan untuk membeli buku yang tidak terpilih akan dikembalikan dalam waktu 30 hari. Perlu diperhatikan Fast Pass yang sudah digunakan tidak bisa dikembalikan.

Buku-buku yang terpilih untuk dilanjutkan akan memiliki tanda khusus di pojok sampul dalam 30 Hari untuk menunjukkan kelanjutannya.

Terimakasih atas pengertian Anda.

Next chapter