webnovel

06 - Problem on the First Day

<Chabashira Sae POV>

Ketika aku memasuki kelas yang akan menjadi tanggung jawabku, aku melihat seorang yang sudah aku ketahui masalahnya. Orang itu sedang fokus kepada bukunya, dia tidak mempedulikan sekelilingnya. Aku adalah wali kelas D, dan aku akan menjadi wali kelas mereka selama 3 tahun.

'Jadi dia yang kepala sekolah bicarakan?' Batinku saat melihat orang itu masih saja membaca buku. Aku tahu tentang orang itu dari kepala sekolah karena dia adalah anaknya.

[] Flashback []

Sehari sebelum upacara penyambutan murid baru, aku dipanggil kekantor kepala sekolah, tentu saja oleh kepala sekolah itu sendiri. Aku menjadi salah satu wali kelas dari kelas yang akan diisi oleh murid baru, tepatnya kelas D. Aku tidak tahu alasan apa yang membuatku dipanggil kekantor kepala sekolah. Saat aku masuk kekantor itu aku mendapati hanya ada kepala sekolah itu sendiri didalam ruangan sedang duduk dikursinya.

"Kepala sekolah, ada apa memanggilku?" Aku bertanya kepadanya. Aku yakin pasti ini ada hubungannya dengan murid yang akan masuk kekelas D.

"Chabashira, ada satu murid yang aku ingin jelaskan masalahnya" Ucapnya.

"Satu murid dari kelasku?" Aku bertanya lagi kepadanya.

"Ya,dia adalah putraku, datanya ada disini" Kepala sekolah menyerahkan sebuah catatan kepadaku.

Jujur saja aku agak terkejut saat dia bilang datanya milik anaknya. Aku tahu bahwa satu anaknya ada di Kelas A, tapi aku baru tahu anaknya yang satu lagi ada di kelas D. Dari sini aku yakin bahwa anaknya memiliki masalahnya sendiri.

Aku membaca data milik anak kepala sekolah, dia bernama Sakayanagi Ren. Dia ternyata pernah mengalami kerusakan otak yang disebabkan peluru, beruntung dia tidak kehilangan nyawanya. Tapi karena itu dia harus dibantu oleh 2 alat yang ada di lehernya dan ditangannya.

Dia lulusan dari SMP di negara XX, selama tiga tahun dia tidak pernah pulang ke Jepang, dia hanya mengirim pesan saja tentang kabarnya. Luka dikepalanya masih belum sembuh sampai sekarang dan terkadang luka itu terbuka. Aku juga melihat hasil yang dia miliki dari tes masuk sekolah ini dan aku mendapati bahwa memang dia pantas untuk masuk kelas D.

Academic Ability = C

Intellect = C

Judgment Ability = C

Physical Ability = E-

Cooperativeness = D

"Apakah ini mungkin karena dia pernah mengalami kerusakan otak?" Tanyaku kepada kepala sekolah. Jika memang itu benar karena dia pernah mengalami kerusakan otak, nilai yang dia terima wajar. Dan juga karena kerusakan otak, fisiknya juga menjadi lemah, maka wajar jika hasil tes fisik dia mendapati hasil itu.

"Aku pernah berpikir seperti itu, tapi Arisu berkata kepadaku bahwa Ren hanyalah sengaja menjadikan kerusakan otak sebagai alasan. Maka dari itu aku menyuruhnya untuk tes ulang dengan kemampuan aslinya, hanya aku yang mengetahui hasil itu" Kepala sekolah menjelaskan. Dia memberikan aku satu catatan lagi yang terdapat hasil tes sesungguhnya.

Saat aku melihat hasil itu, jujur aku terkejut, mengapa dia ingin memasuki kelas D sementara dia bisa saja memasuki kelas A. Kepala sekolah menyuruh anaknya ini tes ulang yang hanya diketahui olehnya agar dia tahu kemampuan sesungguhnya dari anaknya itu.

"Kepala sekolah, apakah kau mengetahui alasan putramu melakukan ini?" Karena aku ingin tahu alasan mengapa anaknya yang satu ini melakukan itu.

"Aku tidak tahu pasti, yang mengetahui apa yang Ren lakukan hanyalah Arisu.... Dan juga aku memberikan hasil yang seharusnya hanya aku yang tahu kepadamu karena kau adalah wali kelasnya" Jawab kepala sekolah. Dia juga memberikan alasan mengapa aku diberi tahu nilai asli anaknya.

"Jika hanya itu yang akan kepala sekolah katakan maka aku izin untuk pergi" Ucap ku yakin bahwa hanya itu yang ingin kepala sekolah bicarakan denganku.

"Ya.... Oh ya satu lagi, jika kau melihat dia membaca buku sampai tidak memperhatikan sekelilingnya, gunakan murid disebelahnya untuk menyadarkan nya" Ucapnya.

"Baik.... Kalau begitu permisi" Aku kemudian berjalan pergi meninggalkan ruang kepala sekolah. Aku tahu dari data tentang Sakayanagi Ren bahwa dia kehilangan fungsi mulut, telinga dan kaki. Jadi aku mengerti apa yang kepala sekolah maksud, jika dia tidak memperhatikan sekelilingnya saat membaca buku maka alat bantunya dia matikan.

[]Flashback End []

Tadi pagi juga aku sudah mendengar bahwa 55 sekolah ditutup secara bersamaan di negara XX. Saat aku melihat nama negara itu, aku jadi mengingat bahwa Sakayanagi bersekolah disana. Aku jadi sedikit berpikir bahwa peristiwa itu adalah perbuatannya, tapi aku juga tahu bahwa tidak mungkin seorang anak dapat menutup langsung 55 sekolah sekaligus.

Setelah Sakayanagi sudah tidak fokus membaca lagi, aku mulai menjelaskan apa yang harus diketahui para murid. Saat aku menjelaskan tentang poin dan memberitahukan poin yang mereka miliki, kebanyakan dari mereka terlihat senang. Ya aku akan menunggu bulan depan untuk melihat reaksi kalian.

<Chabashira Sae POV End>

.......

<Ren POV>

Aku sekarang sedang berjalan jalan disekitar sekolah agar aku ingat jalan disekitar sini. Meksipun nanti aku lupa, tapi akan ada perasaan seperti aku pernah berjalan dijalan ini atau bisa dibilang 'Dejavu'. Mungkin aku akan pergi ke mini market untuk membeli cemilan, cemilan yang akan aku makan selama aku berjalan disekitar sekolah ini.

Aku bisa berjalan jalan karena sekarang sudah masuk jam istirahat. Saat Bell berbunyi aku langsung keluar kelas tanpa peduli orang orang disana. Alasannya mudah, karena aku belum tahu kebiasaan mereka dan kemampuan mereka.

Seperti biasa, saat aku berjalan jalan banyak murid yang memperhatikanku. Entah karena aku memakai alat bantu yang menarik atau mungkin penampilanku yang menarik. Aku tidak peduli dengan itu dan juga aku sudah terbiasa mengalami ini saat masih SMP dulu.

Kepalaku sedikit pusing yang membuatku memegangnya, mungkin karena kelelahan akibat perjalanan pulang dari negara XX ke negara ini. Belum lagi dibis aku harus berdiri dan berlari untuk mengejar waktu agar tidak terlambat dalam upacara penyambutan murid baru. Mungkin juga karena sebelum pergi kenegara ini aku terlalu memaksakan diri.

"Kau meremehkan ku? Hah!?" Aku mendengar suara tidak jauh dari arah depanku. Pria berbadan besar dengan rambut berwarna merah sedang berteriak kepada tiga orang yang ada didepan nya.

"Kau kelas 1-D, kan?" Ucap salah satu dari mereka sambil menunjuk pria itu. Kelas D? Berarti dia satu kelas denganku, karena aku tidak terlalu memperhatikan murid yang ada dikelas tadi, jadi aku tidak tahu dia adalah teman sekelasku jika tiga orang didepannya tidak berbicara seperti itu.

"Memangnya kenapa, Hah!!?" Pria berambut merah itu berteriak lagi seakan tidak terima.

"Hei, bukan begitu cara bicara dengan senior, tahu" Ucap salah satunya yang berada ditengah. Jadi mereka bertiga adalah kakak kelasku, membully Juniornya kah? Ya itu tidak ada hubungannya denganku.

Mereka terus saja berdebat, dan juga teman sekelasku itu mudah sekali terpancing emosinya. Aku melihat kearah dalam mini market dan lagi lagi melihat 2 orang yang aku temui didepan gerbang. Aku sedikit tertarik dengan mereka karena saat Sensei memberitahukan tentang point mereka bukan senang, tapi berpikir sama sepertiku. Aku juga melihat ada CCTV yang merekam tindakan mereka.

'Selalu memanfaatkan kesempatan yang ada didepan mata' Itu adalah salah satu motoku. Sekarang ada kesempatan yang bisa aku manfaatkan.

Aku berjalan mendekati mereka yang masih saja berdebat, saat aku sudah berada disamping mereka bertiga aku membisikkan dua kata kepada mereka yang membuat mereka langsung melirik kearah ku dengan tatapan marah. Mereka tidak lagi memedukikan pria berambut merah yang tadi berdebat dengan mereka, sekarang mereka fokus kepadaku.

"Apa katamu!!?" Ucap salah satu dari mereka yang langsung mengirimkan pukulannya kepadaku.

Aku tidak menyangka dua kata itu membuat mereka langsung menyerangku, aku pikir mereka akan berdebat dulu denganku. Aku menghindari pukulan dari salah satu diantara mereka, tapi disaat yang bersamaan dengan aku menghindari pukulan itu, pukulan lainnya dari orang yang berbeda menuju kearah ku yang juga bisa aku hindari.

Apakah mereka tidak melihat bahwa yang mereka lawan adalah Junior mereka, terlebih lagi Junior yang memerlukan alat bantu untuk berjalan. Aku bisa menghindari pukulan dari mereka karena aku memiliki refleks yang bagus, selain itu karena mereka menyerang satu persatu. Jika mereka menyerang secara bersama mustahil aku bisa menghindarinya apalagi kondisiku seperti ini.

Saat aku ingin menghindari pukulan ketiga, tiba tiba aku merasakan pusing dikepalaku yang membuat aku menerima pukulan itu dan terbentur ketembok terdekat denganku. Aku jatuh terduduk dan memegangi kepalaku yang sakit, pandanganku tidak jelas, dipenglihatanku dunia seperti sedang berputar dengan warna yang tidak jelas juga. Aku melihat ketanganku yang tadi menyentuh kepalaku, dan aku melihat ada banyak darah ditanganku, sementara kepalaku masih mengeluarkan darah dan menetes kebawah.

Tes Tes Tes

Pria berambut merah hanya diam melihat pemandangan ini, sementara dua orang yang sedikit menarik bagiku sudah keluar dari mini market dan juga diam melihat ku. Ketiga senior yang menyerangku juga diam saja tapi aku yakin sekali bahwa mereka sedang dalam kepanikan melihat aku yang mengeluarkan banyak darah.

Jujur saja saat ini aku ingin pingsan tapi aku menahan agar aku tidak pingsan. Jika bukan karena latihanku yang menyesuaikan tubuhku dengan kondisiku maka aku sudah dari awal pingsan. Saat aku SMP aku sudah pernah mengalami kejadian seperti ini, lukaku pernah terbuka saat SMP.

Dan juga ini tidak ada apa apanya dibandingkan dengan pengalamanku dulu di SMP. Aku pernah mengalami yang lebih parah dari ini jadi aku masih bisa menahan luka ini. Aku berusaha berdiri dengan susah payah menggunakan alat yang ada ditanganku.

"Senpai.... Kalian dalam masalah" Ucap ku pelan tapi terdengar oleh mereka. Aku bisa melihat bahwa teman sekelas ku mencoba membantuku, tapi aku menolaknya.

Aku berjalan menjauh dari mereka yang masih terdiam dengan perlahan. Jujur saja kepalaku sangat pusing dan dunia seakan berputar saat aku berjalan. Setiap langkah yang aku ambil, aku merasakan kepalaku bertambah pusing, mungkin karena beban dikakiku adalah beban dikepalaku juga. Sampai dimana aku sudah tidak kuat lagi, aku jatuh terduduk dan kemudian aku pingsan yang membuat aku dalam posisi tidur dilantai.

Aku merasakan bahwa ada seseorang yang menolongku, mungkin itu adalah teman sekelas ku atau murid lain yang melihat aku terluka. Aku baru saja masuk sekolah ini tapi aku mendapatkan masalah karena diriku sendiri. Sebuah masalah yang bisa aku manfaatkan dengan baik.

Mereka sudah terjebak, maka dari itu aku bisa menuntut mereka. Mereka tidak bisa menghindar dari tuntutanku, karena perbuatan mereka dilihat oleh murid dan juga terekam di CCTV. Aku tahu kemungkinan bahwa aku akan pingsan maka dari itu rencana sesungguhnya akan aku kerjakan saat aku terbangun.

<Ayanokouiji POV>

Aku kebetulan bertemu dengan teman sekelasku di mini market, dia bernama Horikita Suzune, nama keluarga yang sama dengan ketua OSIS. Dia tipe orang yang sulit untuk didekati, aku juga hanya kebetulan bisa berbicara dengannya.

"Eh? Dia dikelas kita kan?" Aku bertanya karena aku mendengar serta melihat seseorang yang aku yakin dari kelasku sedang berdebat dengan tiga orang didepannya.

"Integritasku akan jatuh kalau sampai terlibat" Jawabnya sambil membayar barang yang ingin dia beli.

Tidak lama kemudian aku kembali melihat teman sekelasku mendekati tiga orang tadi. Dia adalah pria berambut hitam dengan sedikit warna putih diujung rambutnya, dia juga memakai syal dan alat bantu ditangannya. Dia saat dikelas tadi fokus membaca buku sampai guru datang dan aku sadarkan dari bacaannya.

"Bukankah dia sekelas dengan kita juga?" Tanya ku kepada Horikita yang belum menyelesaikan pembayarannya.

"Sudah kubilang aku tidak ingin terlibat" Jawabnya.

Aku sempat melihat mulut dari pria itu terbuka yang berarti dia mengatakan sesuatu. Setelah itu tiga orang yang tadinya berdebat dengan pria berambut merah langsung meluncurkan pukulan kepada pria berambut hitam satu persatu. Pria berambut hitam yang belum aku ketahui namanya hanya menghindari pukulan mereka.

Aku yakin dia sudah sadar bahwa ada CCTV disekitar sini, maka dari itu dia tidak melawan. Selain itu meskipun dia memakai alat bantu tapi bisa menghindari serangan dari orang yang menyerangnya. Tapi saat pukulan ketiga aku sadar bahwa dia berhenti sebentar, kemudian dia menerima pukulan yang membuat terbentur ketembok dan jatuh terduduk.

"Horikita, kau lihat itu kan?" Tanya ku kepada Horikita yang sudah selesai membayar dan aku sadari bahwa dia juga melihat kejadian itu.

Dia tidak menjawab dan langsung pergi keluar mini market, aku mengikutinya. Aku melihat teman sekelasku itu meneteskan darah dari kepalanya. Terbentur tembok tidak mungkin mengeluarkan darah sebanyak itu, apalagi aku mengetahui bahwa dia tidak terbentur dengan keras, maka dari itu aku yakin bahwa dia mengalami luka dikepala sebelumnya.

"Senpai.... Kalian dalam masalah" Ucapnya pelan tapi terdengar olehku. Aku mencoba membantunya, tapi dia menolaknya.

Setelah dia melangkah beberapa meter, dia jatuh terduduk dan akhirnya pingsan dilantai. Tentu saja banyak orang yang menghampirinya untuk membawanya kerumah sakit, sementara aku dan teman sekelasku lainnya mengikuti untuk memberikan keterangan jika ditanya.

<3rd POV>

Mereka melihat Ren menjauh dari tempat dia jatuh terduduk tadi. Darah masih keluar secara lambat dari kepalanya yang membuat jatuh kelantai. Senior yang menjadi penyebab Ren mengeluarkan darah sangat panik.

Setelah Ren melangkah berapa meter tiba tiba saja dia terjatuh lagi yang kali ini mereka tahu bahwa Ren pingsan. Beberapa murid yang melihat Ren terjatuh langsung membantunya begitu juga Horikita, Sudou, dan Ayanokouiji yang menjadi teman sekelasnya. Sementara tiga senior itu diam saja memikirkan apa yang akan terjadi pada mereka setelah ini.

Sudah pasti Ren dibawa kerumah sakit yang ada disekolah ini. Dan tentu saja rumor sudah tersebar bahwa senior melukai Junior hingga masuk rumah sakit. Ya meskipun kebanyakan orang yang membaca rumor itu tidak tahu pelaku maupun korban.

Maaf jika ada Typo dan ketidakjelasan...

Terima kasih.....

Sampai nanti....

Rheinncreators' thoughts
Next chapter