Hari ini adalah hari yang cerah. Seperti biasa aku membantu ayahku bertani di desa kecil ini. Aku adalah Remi Vanders, 17 tahun. Ini sudah 7 tahun semenjak Lisa meninggalkan Desa. Aku menjalani kehidupan sehari-hari dengan damai di desa ini.
Semua berjalan dengan normal seperti biasanya. Sampai kami mendapatkan sebuah kabar yang sangat menggembirakan. Kabar itu adalah tentang keberhasilan Lisa mengalahkan raja iblis.
Setelah mendengar kabar bahwa Lisa berhasil mengalahkan Raja iblis aku merasa sangat senang. Akupun tak sabar untuk menyambut ia pulang ke desa. Tetapi bersamaan dengan kabar gembira itu, terdengar sebuah kabar yang membuatku sangat kecewa.
Ya, itu adalah kabar tentang pernikahan Lisa dengan pangeran kerajaan. Pangeran itu bernama Sid. Ia adalah putra pertama dari Raja Oz, Raja kerajaan Thrie. Dikabarkan Sid sangatlah kuat, ia juga sangatlah tampan. Bahkan banyak Putri bangsawan ingin menikahinya, tetapi Sid menolak mereka semua. Sepertinya Sid terpesona oleh Lisa yang bertarung melawan raja iblis.
Setelah kabar itu sampai ke desa, para penduduk pun menggelar sebuah pesta perayaan. Semua orang merasa senang akan keberhasilan Lisa. Tapi tidak denganku.
Aku merasa putus asa, aku tidak tau apa yang harus aku lakukan. Aku hanya berdiam diri di dalam kamar, meratapi nasib yang kualami.
"Kenapa?!, Kenapa Lisa mau menikah dengannya."
Aku berbicara di pojok ruangan dengan duduk sambil merangkul kaki ku. Air mataku berlinang.
Setelah menanti selama 7 tahun, Lisa malah menikah dengan pangeran kerajaan. Hati ku serasa hancur berkeping-keping setelah mendengar hal itu.
Disaat semua orang sedang berpesta, hanya aku satu-satunya orang yang berdiam diri di dalam kamar. Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan. Aku hanya mengingat masa-masa dimana aku dan Lisa bermain berasama. Aku juga mengingat perkataan Lisa bahwa ia akan menjadi pengantinku suatu saat nanti.
Semakin aku mengingat masa lalu, semakin deras air mataku mengalir.
*Tok tok*
"Hey Remi, bisa bicara sebentar?"
Aku mendengar suara dari balik pintu kamar. Itu adalah suara ayahku, Colt Vanders. Ia mungkin khawatir dengan keadaanku sekarang.
Aku hanya diam.
"Dengar Remi. Ayah tau kau menyukai Lisa. Tapi kau harus menyerah. Kau harus bisa menerimanya."
"Mana mungkin aku bisa!"
Aku mengeraskan suaraku.
"Aku sangat mencintai Lisa. Dari dulu bahkan sampai saat ini, ak—aku sangat menyukainya."
"Tapi tidak ada yang bisa kau lakukan sekarang. Lisa menerima pernikahan dengan pangeran Sid."
"Tidak! Lisa tidak mungkin menerima pernikahan itu. Itu tidak mungkin terjadi."
Aku tidak bisa menerima fakta bahwa Lisa mau menikah dengan pengeran.
"Aku akan menemui Lisa dan bertanya langsung."
Ayahku sepertinya kaget mendengar ucapanku.
"Lalu apa rencanamu,... apa yang akan kau lakukan jika itu adalah keinginan Lisa sendiri yang ingin menikah dengan pangeran."
Aku Terdiam membeku.
Setelah ayah mengatakan itu, ia pergi meninggalkan kamarku.
Semalaman aku memikirkan perkataan ayahku. Aku sadar aku hanyalah teman masa kecilnya Lisa. Dan tentang perkataan Lisa ingin menikah denganku hanyalah omong kosong yang di ucapkan anak-anak. Aku mengerti itu. Tapi aku berharap bahwa kabar tersebut tidaklah benar.
Sayangnya berapa banyak pun aku berharap, itu tidak akan mengubah fakta bahwa Lisa memang akan menikah dengan pangeran Sid.
....
Keesokan harinya ayah dan ibu Lisa pergi menuju ibukota kerajaan. Mereka diantar menggunakan kereta kuda yang mewah. Kereta itu juga di kawal oleh beberapa kesatria.
Aku melihat dari dalam kamar melalui jendela. Semua perasaanku tercampur aduk. Aku menghabiskan waktu seharian memikirkan tentang perkataan ayah kemarin. Setelah tersiksa oleh perasaan sakit ini. Aku akhirnya membulatkan tekadku. Aku akan datang melihat pernikahan Lisa dan berbicara dengannya.
Aku keluar kamar dan langsung mencari ayah.
"Ayah."
Aku berbicara dengan ayah yang sedang duduk di meja makan. Disana juga ada ibuku, Azura Vanders.
"Remi. Apa kau baik-baik saja?"
Ibuku bertanya dengan khawatir.
"Ya, aku baik-baik saja bu. Ayah ada yang ingin kubicarakan denganmu."
Aku menatap ayah dengan wajah serius.
"Aku ingin datang ke pernikahan Lisa. Aku ingin memastikannya sendiri."
Ayah dan ibu terkejut.
"Apa kau yakin, Remi?"
"Ya, aku sudah membulatkan tekadku."
"Lalu apa yang akan kau lakukan jika pernikahan itu adalah keinginan Lisa sendiri?"
Ayah menatap mataku dengan tatapan yang sangat serius.
"Jika memang itu adalah keinginan Lisa sendiri, aku akan menyerah. Aku akan mencoba untuk melupakannya."
Aku menjawab dengan sedih.
Ayah melihat ekspresiku yang sedih dan melihat ke arah ibuku. Ibuku mengangguk, ia sepertinya mengizinkan aku untuk pergi ke ibu kota.
"Baiklah, aku mengerti. Kita akan berangkat ke ibukota besok."
Ayah menjawab dengan tersenyum.
Masih tersisa waktu 14 hari sebelum pernikahan Lisa diadakan. Jarak antar desa Deville ke ibukota cukup jauh. Itu memakan waktu sekitar 10 hari dengan menggunakan kuda, Dan sekitar 1 bulan jika berjalan kaki.
Ibu mempersiapkan barang-barang yang dibutuhkan untuk pergi ke ibukota, sedangkan ayah menyiapkan kuda. Keluarga kami tidak mempunyai kuda. Jadi ayah meminjam kuda milik penduduk desa.
.....
Kami berangkat pagi-pagi sekali. Matahari baru menunjukan sedikit sinarnya ketika kita meninggalkan desa.
Ayah berpakaian sangat berbeda hari ini. Ia mengenakan sebuah baju dan celana yang terbuat dari kulit dengan sepatu bot hitam. Ia biasanya hanya akan menggunakan kaos biasa dengan topi jerami di kepalanya. Sekarang ia juga membawa sebuah pedang di pinggangnya.
Aku juga membawa sebuah belati di pinggang. Meskipun aku tidaklah sekuat ayah. Aku pernah di ajarkan cara bertarung sebelumnya.
Ya, ayahku adalah mantan petualang. Petualang adalah pekerjaan membunuh monster yang ada di dunia ini. Itu memang terdengar berbahaya, tapi bayaran yang di diberikan setara dengan resiko yang dihadapi. Tetapi tidak hanya itu, ada juga quest yang tidak berbahaya seperti mengumpulkan bahan untuk membuat potion. petualang juga menerima bermacam-macam quest untuk di kerjakan, Seperti penjelajahan labirin, pengawalan, bahkan pembasmian.
Ayahku dulu adalah petualang yang cukup hebat. Walaupun tidak terlalu terkenal ia pernah berada di dalam party untuk menaklukan seekor Naga. Aku dulu sangat menyukai kisah tentang ayahku.
Sebelum aku berangkat menuju ibukota, teman-temanku menghampiri rumahku. Mereka khawatir tentang keadaan ku. Mereka adalah Nilus Shaulfer, Jeras Ratle, Char Robbins. Mereka bertiga adalah teman semasa kecilku bersama dengan Lisa.
Nilus Shaufler adalah orang yang sangat cerewet dan juga orang yang selalu membuat masalah waktu kecil. Penampilannya sangatlah mencolok dengan rambut berdiri ke atas runcing, dan bekas luka di pipi kiri.
Jeras Ratle adalah yang paling tua di antar kami berlima. Ia orang yang bisa diandalkan. Nampaknya ia menyukai Char-chan. Dia adalah orang yang berbadan tinggi dengan rambut biru dan menggunakan kacamata.
Char Robbins adalah seorang cewek pendiam dan penakut. Dia lah yang paling cengeng diantara kami. Tapi dia adalah orang yang paling baik hati diantara kami. Char yang paling pendek di antara kita, dengan rambut coklat pendek.
"Apa kau baik-baik saja, Remi?"
Char menanyakan dengan suara yang lembut.
"Ya, aku sudah tenang sekarang."
"Kudengar kau akan pergi ke ibukota. Apakah kau ingin ku temani ke ibukota?"
Jeras menawarkan bantuan kepadaku.
"Tidak terima kasih, Disini juga ada ayahku jadi kau tidak perlu terlalu khawatir."
Nilus yang biasanya cerewet menjadi sangat pendiam jika menyangkut hal semacam ini. Dia sama sekali tidak berubah sejak dulu.
"Hati-hatilah dijalan."
Nilus mengucapkan dengan wajah malu dan menggaruk ke bekas luka di wajahnya.
"Apa-apaan ekspresi menjijikan itu."
Aku meledek Nilus yang malu-malu.
"Berisik!, Cepatlah pergi."
Sepertinya Nilus sedikit kesal. Kami pun tertawa kecil melihat sikap Nilus.
"Cepatlah kembali, dan bawalah Lisa kembali kesini."
Char mengucapkan dengan senyum di wajahnya.
Aku tersenyum.
"Ya, aku akan kembali secepatnya."
Akupun menaiki kuda yang sudah disiapkan ayahku. Kuda kami berlari meninggalkan desa dan aku melambaikan tangan ke arah mereka. Aku sebenarnya takut untuk datang menemui Lisa. Aku selalu memikirkan tentang apa yang akan ku ucapkan setelah bertemu dengan dia. Setiap kali aku memikirkannya hatiku terasa sakit.
.....
Kami sudah melakukan perjalanan selama 3 hari, dan tidak ada satupun hambatan dalam perjalanan kami. Setiap sore hari kami berhenti untuk makan dan menyiapkan api unggun. Karna bekal yang dibawa tidak terlalu banyak. Aku dan ayah biasanya mencari makanan tambahan di dalam hutan. Jika ada sungai kami menangkap ikan. Terkadang kami juga memburu hewan lain seperti babi hutan, kelinci, bahkan burung.
Ini sudah hari ke 4 perjalanan. Kami baru menempuh setengah perjalanan. Karena bekal perjalanan yang semakin menipis kami memutuskan untuk berhenti di kota Springfield. Itu adalah kota yang cukup besar. Kami berencana mengisi persediaan untuk perjalanan kami.
Kami menginap di sebuah tempat penginapan yang cukup murah. Penginapan itu memang tidak terlalu bagus, tetapi selama itu mempunyai atap kami tidak masalah. Harga penginapan disana hanyalah sekitar 5 tembaga permalam.
____________________________________________
Urutan mata uang di dunia ini:
1 diamond > 10 emas
1 emas > 10 silver
1 silver > 10 perunggu
1 perunggu > 10 tembaga
____________________________________________
Setelah sampai di kamar penginapan aku langsung tiduran di kasur.
"Ahh... Nyaman sekali rasanya."
"Hey hey, apa apaan itu. Apa kau tidak ingin berkeliling kota?"
Ayah menyuruhku agar berkeliling kota.
"Nanti saja yah. Badanku pegal semua rasanya. Setelah semua perjalanan itu."
Jawabku dengan suara yang lesu
"Hahaha, apa yang kau katakan. Kita baru berpergian selama 4 hari tau."
Ayah tertawa melihatku sikapku.
"Baiklah aku akan mencari stok makanan untuk perjalanan kita."
Sepertinya perjalanan itu bukanlah apa-apa bagi ayahku. Mantan petualang memang hebat. Mungkin suatu saat nanti aku harus berpetualang juga.
Ayah mengeluarkan uang dari sakunya.
"Ini, pakailah uang ini jika kau ingin berkeliling kota."
Ayah meninggalkanku uang 5 tembaga dan langsung keluar kamar. Sedangkan aku masih tiduran di atas kasur.
Setelah cukup lama berbaring aku memutuskan untuk pergi berkeliling kota. Aku memasukan uang yang di berikan ayah ke dalam kantung uang. Akupun keluar dari penginapan tersebut.
Saat aku membuka pintu penginapan, aku langsung melihat banyak orang berjalan di jalanan kota ini.
"Kota yang ramai." Kataku dalam hati
Aku melihat-lihat sekitar. Ada banyak sekali toko disini, tidak seperti di desa. Tapi aku sepertinya lebih suka suasana tenang di desa. Ketika berkeliling aku tiba-tiba teringat ayahku. Ayahku dulu adalah seorang petualang. Aku penasaran seperti apa guild petualang di kota ini. Aku memutuskan untuk mencari guild petualang.
Kota ini sangat besar jika di bandingkan kota di dekat desaku. Di kota dekat desaku memang juga mempunyai Guild petualang. Tapi itu sangatlah kumuh, mungkin karena itu juga berada di perbatasan dengan abbys. Para petualang disana datang hanya untuk mabuk. Hanya sesekali mereka mengambil sebuah quest.
Aku sudah mencari cukup lama, tetapi masih belum menemukannya juga. Aku juga sepertinya sudah jauh dari penginapan.
"Apa aku bisa kembali ke penginapan."
Ucapku sambil mengingat arah jalan pulang.
Tak beberapa lama aku sampai di alun-alun kota. Disini lebih ramai dari pada di depan penginapan. Banyak orang membuka kios makanan disini.
"Apa ini?, Sebuah festival?, kenapa banyak sekali orang disini."
Aku tidak tau apa sedang berlangsung di kota ini. Karena aku tidak terlalu suka dengan kerumunan orang. Aku pergi menuju gang di pinggir jalan.
Aku menghela nafas.
Mungkin karena berita tentang pahlawan mengalahkan raja iblis sudah tersebar. Banyak kota yang mengadakan festival.
"Syukurlah aku bisa menghindar dari kerumunan orang. Apa sebaiknya aku kembali ke penginapan saja?"
Karena aku tidak tau jalan kembali ke penginapan, aku meneruskan untuk mencari guild petualang.
"Hmmm, sepertinya jalan ini tidak seramai jalan utama."
Aku berjalan menyusuri jalan sempit ini. Aku berharap semoga saja tidak bertemu penjahat disini.
Setelah beberapa lama aku menyusuri gang ini. Aku akhirnya melihat jalan besar kembali. Terdapat sebuah jalan ke kanan sebelum ke jalan besar. Saat aku melihat kearah jalan tersebut. Aku melihat ada orang yang berjalan menembus tembok. Aku kaget melihat kejadian itu.
"A–a–a–apa itu! Bagaimana bisa? Apakah itu sihir."
Aku berbicara dengan panik.
Aku mendekat ke arah tembok tersebut. Akupun mencoba menyentuh tembok tersebut. Aku tidak tau apa yang terjadi tapi tanganku menembus tembok tersebut.
"Hebat!"
Aku melihat ke arah tanganku yang menembus tembok. Karena penasaran aku memutuskan untuk masuk ke dalam tembok tersebut.
Di balik tembok itu, terdapat sebuah anak tangga yang menuju ke bawah. Aku menuruni anak tangga tersebut. Tak beberapa lama, aku melihat sebuah pasar.
Chapter 01 End