Ganesa terus mengejar Kissela yang berlari kearah lorong sepi rumah sakit. Langkah panjang lelaki itu membuat ia mudah menyusul Kissela.
Dengan cepat Ganesa menarik Kissela hingga berbalik menatap nya.
"Jangan bodoh," ujarnya dingin.
"Apa maksudmu? Lepas!" Balas Kissela.
"Lepas? Kau lihat banyak orang yang melihatmu," ujar Ganesa datar.
Kissela melihat kesekelilingnya sambil menghapus air mata nya. Dengan cepat Ganesa menarik pergi wanita itu menghindari tatapan penuh selidik dari pasien rumah sakit.
Ia membawa Kissela kearah taman lalu meminta gadis itu untuk menunggu. Kissela menatap kepergian lelaki yang belum ia kenal itu sambil memegangi dahinya yang terluka.
Tak lama Ganesa dengan dengan membawa kotak p3k di tangannya.
"Biar ku obati" ujarnya.
"Terimakasih tuan, maaf aku merepotkan mu" balas Kissela setengah meringis karena rasa sakit di dahinya.
"Ya, bisa kau jelaskan hubungan mu dengan Fano" ujar Ganesa dengan sedikit mengintimidasi.
Kissela menghembuskan nafasnya sebelum mengangguk.
"Malam itu kami bermalam, dengan sadar." Ujar Kissela.
"Jadi kalian melakukan nya dengan sadar? Kukira Fano membuatmu mabuk"
Kissela menggeleng, "aku sadar, begitupun dia, ini gila jujur aku merasa sangat menyesal, aku baru tau dia anak pemilik rumah sakit tempatku bekerja" ujarnya menenggelamkan wajahnya pada lututnya.
"Kau menyesal?" Tanya Ganesa yang dibalas anggukan kepala oleh Kissela.
"Pantas dia terlihat sangat marah padamu, kami berempat tidak pernah di tolak apalagi di rendahkan dengan kata menyesal, seperti katamu barusan" jelas Ganesa yang membuat menegang.
Mulut nya terbuka tanpa bisa mengeluarkan suara. Dia sangat takut dipecat karena menyinggung perasaan anak pemilik rumah sakit tempatnya bekerja.
"Ku sarankan agar kau minta maaf padanya, ini lanjutkan sendiri" ujar Ganesa berdiri dan meninggalkan Kissela yang masih mematung.
Gadis itu menghembuskan nafas kasar, ia menunduk dan menjambak rambutnya.
"Astaga! Apa yang terjadi padaku kenapa aku bisa terus tertimpa sial seperti ini!" Seru nya menengadah kearah langit malam.
"Kau baik-baik saja Kissela?" Tanya seseorang mengejutkan nya.
"Astaga! Dokter Danu kau mengejutkan ku" ujarnya mengelus dada.
Dokter muda itu terkekeh, ia duduk di bangku taman yang kosong di sebelah Kissela.
"Kau mendapat masalah lagi hari ini?, Seorang perawat bilang padaku kalau kau berlari sambil menangis" tanya dokter Danu.
"Kurasa aku membuat banyak masalah beberapa hari ini, dokter" ujar kissela dengan suara lemas.
"Masalah?".
"Ya, masalah besar" jawab Kissela dengan senyum yang dipaksakan.
"Sebesar apa masalah itu, apa aku bisa membantu?" Tanya dokter Danu lagi.
Dengan lemas Kissela menggeleng, ia menatap dokter Danu dengan wajah sendu.
"Menurutmu kalau kita menyinggung seseorang yang sangat berkuasa, apa yang akan terjadi?" Ujar Kissela meminta sebuah pendapat.
"Kau mungkin akan dalam kesulitan, apa kau menyinggung perasaan seseorang, Kissela?" Tanyanya dengan penasaran.
"Tidak! Jelas tidak" seru Kissela cepat. Terlalu capat sampai menimbulkan kecurigaan dokter muda di depannya.
Dokter Danu, mengembuskan napas kasar, ia berdiri dan menghadap ke arah Kissela tersenyum dan mengelus rambut gadis itu pelan.
"Tak apa kalau kau belum mampu bercerita padaku, telpon aku jika kau butuh bantuan" ujarnya seraya pergi untuk melaksanakan operasi selanjutnya.
^^^^
Malam itu Fano merasa sangat tidak nyaman dengan hatinya, ia seperti telah membuat masalah yang sangat besar. Rasa mengganjal di hati membuatnya sulit untuk tertidur, kilasan saat ia mendorong Kissela begitu keras terulang terus menerus di kepalanya.
"Brengsek! Kenapa ini semua menyerangku balik," hembusan nafas panjang terdengar sarat akan ke frustasian.
Dengan perlahan ia berjalan kearah pintu, membukanya dan berjalan keluar kamar rawat itu. Ia memandang kesekelilingnya yang sudah sepi, tak ada aktifitas yang terlihat mengingat ini sudah dini hari.
Samar ia mendengar suara orang bercengkrama, terdengar sangat serius. Dengan perlahan ia menghampiri suara itu, sungguh tidak seperti biasanya. Ia tidak pernah merasa penasaran dengan apa yang dilakukan oleh orang lain.
Namun ini berbeda saat yang dilihat disana adalah Kissela yang sedang tertawa bersama dokter muda yang kemarin dilihatnya. Mereka terlihat serius namun sesekali gadis itu akan tertawa karena di pria.
Tak lama dokter muda itu mengeluarkan kotak cincin di hadapan Kissela yang mengejutkan Fano. Hancur.
"Gadis tidak tau diri, banyak juga yang dia bohongi dengan wajah polos itu, sial!" Serunya mengepalkan tangannya dan pergi berlalu.
^^^^
Hari ini Fano sudah di perbolehkan pulang ke Mension nya. Ia di jemput oleh supir pribadinya, dengan santainya ia meminta di antar ke kantor nya.
"Tuan, anda yakin ingin langsung ke kantor?" Tanya supir pribadinya.
Fano tidak menjawab ia terus berjalan kearah pintu utama dari rumah sakit tersebut. Sempat berpapasan dengan Kissela namun tak dihiraukan sama sekali.
Kissela merasakan rasa itu lagi, rasa kosong. Dia tidak pernah merasakan sesak seperti saat ini, bahkan kemarin saat ia melihat kekasihnya berselingkuh ia tidak merasakan sakit, hanya sedikit kecewa. Ia memperhatikan punggung kokoh itu sampai ke depan lobi rumah sakit.
Beda lagi dengan Fano ia berusaha terlihat acuh walaupun sulit. Fokusnya teralih saat melihat mobil sahabatnya baru saja datang.
"Kau langsung ke kantor?" Tanya Leo yang baru saja keluar dari mobilnya.
"Ya. ada rapat direksi hari ini, kau pasti tau tidak semua orang suka saat kita diatas" jawab Fano yang berdiri di depan pintu lobby.
Banyak yang memandang mereka dengan tapjuk. Terutama para wanita dan perawat yang sedang menunggu atau bekerja. Jelas mereka sudah terbiasa dengan itu, terlihat namun tak bisa di gapai.
Mobil Fano datang ia berpamitan pada Leo dan berlalu terlebih dahulu. Begitu ia menutup pintu, terdengar hembusan nafas kasar ia melihat Kissela yang masih menatap kearah mobil nya dengan wajah polos.
"Benar-benar total dalam berekting menjadi jalang" ujarnya dengan mendungus.
^^^^^
Rapat direksi hari ini seperti rapat didalam air, sangat sulit untuk bernapas. Fano dengan aura gelapnya sangat mendominasi ruangan itu. kemarahan yang dia tahan sejak semalam meluap di meja rapat kali ini.
"Apa kalian pernah berpikir kenapa aku bisa berdiri di sini?" Tanya Fano dengan pongah.
Karena tidak mendapatkan jawaban Fano tertawa penuh sarkasme "jelas karena usaha tiada henti, kalian jelas mengenal ku, jadi." Berhenti sesaat manatap seluruh penjuru ruangan dengan mata tajamnya "jangan bermain-main dengan ku jika kalian tidak mau menjadi mainanku" ujarnya dengan penuh ancaman.
Baru beberapa jam lalu ia mengetahui jika ada yang mengelapkan uang perusahaan untuk membangun Mega proyek nya tahun ini di Dubai.
"Ku akhiri sampai disini, laporan keuangan bulan ini ubah sesuai laporan yang akan di berikan asisten pribadi ku, aku masih memaafkan kalian hari ini" ujarnya dengan senyum penuh dengan celaan.
Dengan itu ia berjalan keluar ruang rapat yang masih membisu penuh ketegangan. Mereka terkejut dengan kedatangan CEO mereka yang mereka tahu sedang sakit.
Diluar sana Fano berjalan dengan angkuh diikuti beberapa orang kepercayaan nya.
"Anda sangat cermat dalam mengamati pergerakan mereka, tuan" ujar asisten pribadinya.
"Tak sulit untuk melihat tikus kelaparan" balasnya acuh.
Fano berbalik menatap asisten pribadi nya.
"aku punya tugas untuk mu, pergi ke songdo hospitality aku ingin kau memecat seorang dokter". ujarnya sebelum masuk kedalam mobilnya.
Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!
Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!