"Siapa namamu? Kau sudah berjanji," ujar Halevia, setelah dibantu berdiri oleh Ain.
Ain berjalan mendekat, berbisik di telinganya. Ia memberitahu namanya, yang mungkin sudah pernah gadis itu dengar sebelumnya. Meski belum pernah berjumpa langsung, tapi nama Ainlanzer sudah melegenda di Trinitia.
Benar saja, Halevia terkejut. Hampir ia mengucapkan nama Ain keras-keras, kalau saja Ain tidak memintanya untuk merahasiakan identitasnya. Sang Xenatria Lagrhaven tidak mau menimbulkan masalah kalau sampai penduduk baru yang ada di sana mengenalinya.
"Jadi, apa yang harus kulakukan?" Halevia menundukkan wajahnya. Ia merasa segan pada Ain, sang legenda. "Aku sudah berjanji untuk menerima permintaanmu."
Ain mengamati ayah dan ibu Halevia yang duduk di kursi khusus dari kejauhan. Kemudian ia berkata dengan suara yang cukup keras, agar bisa terdengar oleh semua. "Aku mau sayembara ini dihentikan. Kalau memang belum saatnya kau menikah, tidak perlu memaksakan diri."
Support your favorite authors and translators in webnovel.com