Di perbatasan Zinzam dan Munkan, dekat dengan Centra Head, Rhaterra berdiri mematung di hadapan sosok manusia bertanduk. Dengan napas yang berat, pria itu menghunuskan pedangnya. Cahaya biru berkilau menyelubungi senjata berteknologi nano itu.
Jasad pasukan dari kedua pihak berserakan di sana. Tanah memerah ternoda darah peperangan. Bau amis menyengat memuakkan ikut serta menambah kelam suasana di sana.
Manusia bertanduk itu berkulit hijau, bersisik seperti kadal. Rambutnya hitam, panjang tak karuan. Matanya merah menyala, taring dan kukunya panjang seperti hewan buas. Badannya besar, tingginya lebih dari dua meter. Dengan napas memburu, ia menatap Rhaterra. Tatapannya begitu mengerikan, siap menghabisi siapapun yang ada di hadapannya.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com