webnovel

Dilema Seorang Sekretaris

Chloe duduk di dalam mobil sambil menoleh menatap suaminya yang sedang menyetir

"coba tebak aku tadi ketemu siapa ?" tanya Chloe

Marco melirik istrinya tapi dia tidak menjawab

"aku ketemu Andrew" Chloe masih menatap suaminya, tidak melewatkan ekspresi apa pun pada suaminya "kamu tidak kaget, sepertinya kamu sudah tau, hhmmm...apa dia yang tinggal di seberang kamar kita ?"

"hhmmmm....." gumam Marco

Chloe mengalihkan perhatiannya ke ponsel di tangannya "atau harusnya kemarin aku pergi ke kamarnya...."

"cciiiiitttttt...."

"braakkkk...braakkkk....braakkkk"

Tiba-tiba mobil di rem mendadak dan terdengar suara benturan beruntun dari belakang, Marco menoleh menetap istrinya dengan mata melotot dan wajah kaku "coba saja kalau kamu berani mendatangi kamarnya" katanya dingin.

Chloe melongo, ketika mengatakan itu dia hanya bercanda, dia tidak menyangka kalau reaksi suaminya akan seheboh itu, "ha...ha....ha..." Chloe tertawa.

"tin....tin...tin...." terdengar suara klakson tidak sabar di belakang mereka.

"en....sepertinya kita menghalangi jalan" kata Chloe sambil menoleh ke belakang

"dan kamu harus janji, tidak akan pernah membawa orang lain ke hotel, termasuk 'si rambut jagung'" kata Marco dingin, mengabaikan suara klakson di belakang.

Dengan takut-takut Chloe mengangguk, lebih baik di iya kan saja dulu, toh nanti kalau suasana hati pak suami lagi baik bisa di kompromikan lagi, batin Chloe.

Dan tak lama seorang petugas polisi menghampiri mereka, Marco menurunkan kaca jendela

"pagi pak" sapa pak polisi dengan sopan

"pagi" jawab Marco

"boleh kami tahu kenapa mobil bapak berhenti di tiba-tiba ?" tanya pak polisi

"maaf pak, mesin mobil kami tiba-tiba mati"

ppfffttt.....Chloe hampir meludah, dia tidak menyangka bahwa pak suami yang selalu berwajah batu ini bisa berbohong dengan lancar.

"tapi mobil bapak telah membuat kecelakaan beruntun" jelas polisi

"baik, saya akan menyelesaikannya" jawab Marco sambil membuka pintu "kamu tetap di sini" perintah Marco pada istrinya, Chloe menyeringai.

Setelah menyelesaikan kekacauan yang dia buat, Marco membawa istrinya ke Pt. Maju Jaya

💞💞💞💞💞

Chloe duduk bersila di lantai, menggambar di tabletnya dengan serius.

Marco duduk di sampingnya, laptopnya terbuka di atas meja tapi setiap sepuluh menit dia akan menoleh, menatap Chloe lalu meraih kepalanya dan mencium keningnya, lalu matanya, lalu pipinya, dagunya dan bibirnya.

"Marco...." geram Chloe merasa terganggu "apa kamu lupa minum obatmu ? berhenti bertindak genit"

Marco mengabaikannya, dia kembali meraih kepala Chloe dan menanam ciuman di bibirnya.

Chloe mendorongnya tapi tidak berhasil, akhirnya saat lidah Marco mulai menyelinap untuk menginvasi mulutnya, Chloe menggunakan kesempatan itu untuk mengigitnya.

"aauuuuuu....." Marco melepaskan bibirnya "hamu herani menghihitkhu ?" protes Marco dengan lidah yang terasa perih.

"pergi ke meja kerjamu, jangan ganggu aku, kamu minta aku cepat menyelesaikan gambar untuk gimmu tapi kamu terus mengangguku" usir Chloe "kamu bahkan tidak membayarku" keluh Chloe.

"aku membayarmu dengan tubuhku, semua yang aku milikki adalah milikmu, semua uang yang aku hasilkan adalah milikmu, bahkan bagian terkecil dari tubuhku adalah milikmu, apakah itu tidak cukup ?" jawab Marco setelah lidahnya pulih.

"benar ! kamu adalah milikku" seringai muncul di wajah mungil Chloe, dia mengamati suaminya dari atas kebawah seakan menilai berapa nilai jualnya.

"apa yang kamu pikirkan ?" tanya Marco dengan mata menyipit

Senyum licik menghiasi wajah manis Chloe "kalau aku menjualmu pasti aku akan menjadi wanita kaya he....he.....he..."

Wajah Marco menjadi hitam ketika mendengar jawaban istrinya

"setelah menjualmu aku akan mencari pria tampan dengan kekayaan yang sepadan denganmu, dan setelah aku mendapatkan keuntungan aku akan menjualnya lagi, he...he...he...maka aku akan menjadi nyonya milyader"

Wajah Marco bukan lagi hitam tapi sudah berubah menjadi badai, dia meraih kepala istrinya, namun kali ini Chloe sudah mengantisipasi gerakannya, dengan licin Chloe menghindari tangannya.

Akhirnya Marco meraih pinggang istrinya dan menganggangkat tubuh mungilnya dan meletakkannya di pangkuannya, lalu meraih belakang kepala istrinya dan memakan bibirnya.

💞💞💞💞💞

Sementara itu Laura di depan pintu mondar-mandir dengan gelisah, dia ada dalam dilema antara mendorong pintu ruangan bos atau kembali ke kursinya.

Dia sudah mengetuk pintu berulang kali, tapi tidak ada tanggapan dan dia nekat untuk membuka pintu, tapi ketika pintu terbuka dia melihat bos sedang melahap bibir istrinya, refleks Laura menutup kembali pintu dengan rapat.

Namun telpon di mejanya berdering untuk memberitahu bahwa ada rapat yang harus di hadiri oleh pak bos yang sedang menikmati menggertak nyonya bos, akhirnya dengan menguatkan tekad dan siap untuk menerima konsekuensi apa pun nanti Laura mengetuk kembali pintu ruangan, kali ini dia mengetuknya dengan sekuat tenaga sampai pintu bergetar

"masuk" jawab pak bos dari dalam dengan suara agak serak.

Laura membuka pintu dengan tangan gemetar lalu melongokkan kepalanya ragu-ragu, untung pak bos sudah duduk kembali di meja kerjanya dan nyonya bos menutupi kepalanya dengan tudung, wajahnya terbenam dalam tablet.

"pak, rapat di mulai satu menit lagi" kata Laura mengingatkan

"hhmmmm..." gumam Marco. Lalu Marco berdiri dari kursinya merapikan kemejanya "bawa berkas yang di meja" katanya pada Laura, dengan paruh Laura bergegas masuk dan mengambil berkas yang di katakan bos di atas meja, Marco berjalan keluar ruangan tapi sebelum sampai di pintu dia berbalik menatap istrinya yang masih mengubur kepalanya pada tablet, Laura yang berjalan di belakangnya ikut berhenti dan menoleh menatap nyonya bos "aku pergi sebentar, jangan kabur !"

Chloe tidak mengangkat kepalanya, sebaliknya dia mengangkat tangan kirinya dan memamerkan jari tengahnya 🖕.

Bibir Marco berkedut melihat respon istrinya "kalau kamu berani kabur lihat saja bagaimana aku akan menghukummu !" ancam Marco.

Sekali lagi Chloe menganggapinya dengan mengangkat jari tengahnya 🖕.

Akhirnya Marco pergi meninggalkan ruangan, di ikuti oleh Laura di belakangnya yang hampir meledak karna menahan tawa.

Jujur ini ada pertama kalinya dia melihat pak bos yang selalu berwajah batu di perlakukan oleh seorang wanita seperti itu dan dia tidak marah, sepertinya Laura tahu bahwa untuk kedepannya dia harus memihak nyonya bos, karna cuaca harian bos di tentukan oleh nyonya.

💞💞💞💞💞

Setelah Marco pergi Chloe baru bisa menggambar dengan tenang. Beberapa jam kemudian dia menatap hasil gambarnya untuk merevisinya lagi lalu tersenyum dengan puas dan mengirimnya ke 'pak bos kapitalis suami mesum tak punya urat malu'.

Setelah mengirim gambar Chloe meregangkan tubuhnya dan meraba perutnya yang menggerutu.

Chloe melirik jam di ponselnya, sudah jam satu lewat, pantas dia lapar.

Chloe mengambil ponselnya dan mengirim pesan

[belum selesai ?]

Tidak sampai satu detik muncul balasan

[kenapa ?]

[aku lapar, kantin di lantai berapa ?]

[biar Laura mengantarmu]

[tidak perlu, aku punya kaki dan bisa pergi sendiri]

[baik Ny. M 🥰, kantin di lantai 2, pesankan juga untukku, sebentar lagi aku menyusul]

[hhmm.....]

[hanya itu ?]

[??????]

[kecupan untuk Tuan M ? 😘]

[🤮🤮🤮🤮🤮🤮]

Chloe memasukkan ponselnya ke kantong hoodie dan berjalan meninggalkan ruangan.

Chloe memesan seporsi rujak cingur dan es kelapa muda, lalu dia mencari tempat duduk di pojok, tempat yang tidak mencolok, sambil menunggu pesanannya datang.

Tapi Chloe tidak menyadari bahwa saat dia masuk dengan kepala tertutup tudung hoodie justru menarik banyak perhatian.

Setelah duduk Chloe mengeluarkan ponselnya dan berkutat dengannya.

Seseorang berdiri di depannya, dia mengira itu penjual yang mengantarkan pesanannya, tanpa mengangkat kepala dia berkata "terima kasih"

"apa maksudmu terima kasih ? hei dengar aku dengar kamu sedang mengejar Marco, tampangmu memang masih muda tapi kamu tidak cocok untuk Marco, kamu hanya seorang barista kamu tidak layak untuk menjadi Ny. Marco dan keluarga Marco tidak akan pernah menerimamu karna kalian berbeda dunia, jadi aku sarankan kamu mundur sebelum kamu kecewa" tanpa kata pembuka atau sapaan tiba-tiba seorang perempuan berdiri di depan Chloe dan memberondongnya dengan omong kosong.

Chloe dengan santai mengangkat kepalanya dan melihat seorang wanita cantik berdada montok dengan baju kerja yang menonjolkan dada dan pinggulnya menatapnya penuh ancaman "kamu bicara sama aku ?" tanya Chloe.

"kamu gadis yang tidak sopan, apa kamu pura-pura ? sudah jelas aku yang berdiri di depanmu" Natasya merasa marah melihat respon Chloe "kamu menjual tubuhmu pada Marco untuk biaya kuliahmu kan ?" lanjut Natasya dengan suara yang cukup keras untuk di dengar orang yang duduk di sekitar Chloe.

Chloe menyipitkan matanya berbahaya dia meletakkan ponselnya di meja lalu dia bersandar di kursi, melipat tangannya di dada, menyilangkan kakinya dan berkata "kamu baru keluar dari rumah sakit jiwa ?"

"apa maksudmu ?" jawab Natasya dengan mata melotot.

"kita tidak saling kenal, tiba-tiba kamu datang padaku dan menuduhku menjual tubuhku, bukankah itu karna kamu orang gila ?" tanya Chloe lagi, membuat Natasya makin melotot marah. "dan lagi sejak tadi kamu menyebut nama Marco apakah yang kamu maksud adalah Marco Wiguna ?"

Natasya mencibir "kamu jelas tau siapa yang aku maksud, jadi lebih baik kamu berhenti menempel padanya dan mengambil keuntungan darinya"

Chloe menanggapi perkataan Natasya dengan tawa mengejek.

Hal itu membuat Natasya makin marah "ingat kalau kamu tidak segera meninggalkan Marco, aku akan membuatmu malu" kata Natasya arogan, lalu berbalik meninggalkan Chloe.

Chloe mengamati kepergian Natasya dan mencibir, huh...pria tampan memang mendatangkan banyak masalah, batinnya.

Pesanan Chloe baru di letakkan di meja dan ponselnya yang tergeletak berdering, nama 'kakek tua' muncul di layar.

Dengan enggan Chloe menerima panggilan, dia belum sempat mengucapkan 'hallo' tapi dari seberang dia di sambut dengan suara raungan

"Bocah berandal, sebaiknya kamu pulang ke rumah keluarga malam ini, jangan coba-coba kabur, dan persiapkan dirimu dengan baik"

Chloe mengerutkan kening, apa yang salah dengan 'kakek tua' ini, dia tidak bertemu mereka sejak nenek keluar dari rumah sakit, dia juga tidak pernah menelponnya, kenapa hari ini 'kakek tua' tiba-tiba menelpon, menyuruhnya untuk datang ke rumah besar dan seakan siap mencincangnya.

Next chapter