webnovel

PERINTAH YANG TIDAK TERUCAPKAN

Salah satu petarung membukan pintu mobil untuk Torak dan yang kemudian dia meletakkan Raine di kursi belakang, sebelum Torak kemudian duduk di sebelahnya.

Setelah itu, Raphael mengambil tempat duduk di samping pengemudi sementara Calleb yang mengendarai mobil tersebut, keluar dari area parkir. Bersamaan dengan mobil yang ditumpangi Torak, ada beberapa mobil lain yang pergi dari hotel tersebut.

Setiap mobil diisi oleh setiap Alpha, perwakilan dari Kawanan mereka masing- masing dan para petarung yang mengikuti mereka.

Namun, mobil Torak diapit oleh mobil lain yang berisikan petarung- petarung terbaik di kedua sisinya dan juga sepuluh Lycan dalam wujud serigala, berlari di sekitar mobil tersebut.

Pelarian besar- besaran ini membuat seluruh awak media tidak bisa mengikuti mereka. Bukan karena mereka kehilangan jejak, tapi karena mereka tidak berhasil melewati pengamanan yang di lakukan oleh orang- orang dari Torak Donovan.

Di dalam mobil, Torak mendekap Raine di atas pangkuannya dan membuka topi yang dia kenakan. "Apakah kamu terluka?" Torak bertanya dengan sorot mata yang khawatir.

Raine mengangkat tangan kanannya dan menunjukkan pada Torak luka yang dia miliki. Luka tersebut adalah sebuah garis panjang yang melintang di punggung tangannya dan masih sedikit berdarah, seolah seseorang telah menusuknya dengan jarum dan menggoresnya.

Pemandangan ini tentu saja membuat Torak marah, dia menggeram dengan suara yang dalam, sadar kalau dirinya tidak bisa untuk menaikkan volume suaranya di hadapan Raine.

[SIAPA YANG TELAH MELAKUKAN INI!?] tapi, tentu saja Torak bisa melakukannya dengan cara yang lain.

Raphael dan Calleb terkesiap di tempat duduk mereka dan merasa tidak nyaman. "Kami tidak melihatnya Torak, ada banyak orang di sekitar kita tadi."

"Tapi, mereka adalah orang- orang kita." Calleb berkata. "Mereka tidak mungkin cukup gila untuk menyakiti Raine." dia bergumam seraya matanya menjadi tidak fokus. Sepertinya sang Gama tengah berkomunikasi dengan Lycan yang lain.

Di kursi belakang, Torak mengerutkan dahinya sambil menatap luka di punggung tangan Raine. Mereka tidak memiliki obat di dalam mobil karena tidak seorangpun yang membutuhkannya.

Sebenarnya, Raine tidak mengalami luka yang serius, tapi tetap saja ini tidak membuat Torak menjadi tenang.

Dengan luka goresan seperti itu, hanya dibutuhkan beberapa detik bagi makhluk seperti Torak untuk sembuh, tentu saja ini berkat kemampuan mereka untuk sembuh dengan cepat, tapi bagi manusia, luka ini akan membutuhkan beberapa hari dan Torak tidak sedang dalam mood untuk melihat luka pada tangan Raine selama berhari- hari.

Saat darah mengalir dari punggung tangannya, Torak mengangkat tangan Raine, menyentuhkannya dengan bibirnya dan, secara naluri, menjilat luka tersebut.

Kebanyakan binatang akan menjilat luka mereka untuk membantu penyembuhan luka dan menghentikan pendarahan agar dapat sembuh lebih cepat.

Raine menelengkan kepalanya dan melihat Torak penuh pertanyaan. Dia memiliki kebiasaan menjilat lukanya juga, tapi kalau luka tersebut hanyalah sebuah tusukan saja.

Namun, aksi Torak ini tidak mengganggu sama sekali bagi Raine, karena setelahnya gadis itu merebahkan kepalanya di pundak Torak dan mendengarkan degup jantung sang Alpha, merasakan rasa kantuk yang menerpa.

Hari ini adalah hari yang panjang dan malam yang sangat menegangkan, apalagi, Raine merasa sangat nyaman berada di dalam dekapan Torak. Maka dari itu, ketika matanya semakin berat, Raine tidak menolak saat rasa kantuk datang dan membuatnya tertidur dengan lelap.

Merasakan nafas Raine yang teratur saat dia sudah tertidur, Torak menyelimutinya dan mendekapnya dengan erat di lengannya.

Malam yang jatuh seperti rintik hujan yang bergemericik di permukaan kaca mobil, mengingatkan Torak pada malam dimana dia menemukan Raine untuk pertama kali.

Next chapter