webnovel

I Hate Camera!

Tak ada yang berubah sebab aku tak ingin merubah apapun diantara kita. Bukan, aku belum mau merubah keadaan. Biarkan berjalan sebagaimana mauku, dan Hoseok. Hambar.

Aku menatap bayangan wajahku di cermin. Menampilkan sosok wanita dengan rambut yang ditata rapi dengan hiasan rambut yang berbentuk bunga-bunga kecil juga beberapa mutiara. Aku merasa senang melihat tatanan rambutku kali ini. Hairstyle acara yang akan diisi olehku dan Hoseok benar-benar pandai memainkan rambutku.

Setelah menikah dengannya, hari-hari kami dipadati dengan berbagai undangan media. Maklum saja, setelah setahun yang lalu selama ini mereka mengumbar berita hubungan tersembunyi antara aku dan Hoseok. Selalu mempercayai bahwa kami memiliki hubungan special yang tak ingin nampak di media. Padahal, kami memang tidak memiliki hubungan special apapun selain berteman. Media bahkan mengumbar foto palsu pasangan berciuman pada publik dengan mencantumkan namaku dan Hoseok. Begitulah mereka, memang hobby memancing api.

Jangankan berciuman tanpa sebuah ikatan, setelah seminggu menikah dengan pria kuda itu saja kami tak pernah bercakap lama apalagi melakukan sesuatu yang ada di fikiran kalian. Aku hanya akan memberikan diriku pada lelaki yang ku cintai juga mencintaiku. Ah kecuali ciuman pertamaku di hari pernikahan itu. Haruskah aku menyebutnya ciuman pertama? Sedangkan aku melakukannya dengan pria yang menyayat hatiku?

Staf acara memberikan kode padaku untuk memasuki ruangan live acara.

"Ayo!"

Yah. Maksudku, aku dan kuda yang tengah berdiri di sampingku dengan tangannya yang langsung menyambar jemariku untuk di genggamnya.

Seminggu berlalu, sudah terlalu biasa untukku juga Hoseok berprilaku apa adanya di depan media. Sebelum kami menyetujui acara-acara yang mengabarkan berita pernikahan kami, satu hari setelah menikah Hoseok mengajakku berunding dan akhir dari keputusan berunding kami adalah 'Berlaku seperti apa adanya perasaan yang kami rasakan, cerita yang terjadi dan kami alami, asal jangan mengungkit perkataan Hoseok kala itu'. Tapi setelah siaran live berlangsung, pria itu sendiri yang mengatakan pada media bahwasanya Ia pun melamarku tanpa ada rasa cinta tumbuh diantara kami. Hingga menjadi trending topik semua siaran gosip di Negeri ini. Seperti jawabannya saat ini ketika presenter pria berbadan besar melontarkan pertanyaan padanya.

"Dan Hoseok, pada waktu lalu media mengungkap kabar bahwa kau menikahi Kim Haera tanpa rasa cinta? Apakah kau bisa mengklarifikasi ulang pada kami?" Kesekian kalinya presenter dan wartawan yang hadir di setiap acara yang kami isi melontarkan pertanyaan itu. Aku lupa mereka tidak akan puas dengan satu pengakuan, mereka gemar mengulang pertanyaan-pertanyaan yang sama agar terkuak segala berita baru yang tengah mereka cari.

"Ah, banyak sekali yang salah faham atas ucapanku kala itu. Hahaa. Begitupun istriku ini, Ia mungkin memiliki salah faham di awal. Aku memang belum memiliki perasaan cinta saat melamarnya." Ucap pria kuda dengan enteng. Dan shit! Ia masih saja menggenggam jemariku.

"Lalu, apa yang menjadi alasanmu untuk memilih Kim Haera?"

"Media juga tahu dia wanita yang cantik dan mandiri. Setelah mengenalnya, kami berteman dengan baik. Dia tidak membuatku terbang tinggi saat seluruh penggemar memujiku, dia selalu melontarkan kata-kata yang mengesalkan untuk ku terima. Namun kata-katanya yang mampu mengimbangiku untuk tidak tinggi hati. Diapun tidak menjelekkan masa laluku dengan spontan. Dia pernah berkata ingin menemuiku di masa lalu dan menangkup pipiku dengan gemas saat dia menemukan album masa kecilku. Selebihnya, aku merasa tenang dengan kemandiriannya. Dan entah mengapa beberapa bulan yang lalu, aku merundingkan dengan keluargaku untuk melamarnya." Yah, kau memang menggemaskan dimasa lalu. Namun berbeda dengan saat ini. Jika aku diijinkan untuk menemuimu dalam keadaan lain, ingin sekali aku mematahkan tulang rusukmu.

"Tunggu, bagaimana tanggapan keluargamu atas keputusanmu yang tiba-tiba itu?"

"Setiap orang pasti akan terkejut mendengarnya. Begitupula keluargaku. Namun entahlah, mereka sudah mengenal Haera dan langsung menyetujui pernikahan kami. Bahkan mereka yang mendorongku untuk cepat melaksanakan pernikahan ini. Disitulah kesan kedua yang kudapati dari seorang Haera. Dia mampu merebut hati keluargaku sebelum ia merebut hatiku." Ah, aku sudah biasa mendengar ocehannya itu. Percayalah itu semua ia ucapkan hanya di depan media. Ia tak pernah mengatakan itu padaku. Mungkin akan baik jika ia mengatakan hal-hal romantis di depan media. Untuk mengembalikan reputasinya yang buruk setelah kabar pernikahan kami keluar di publik dengan kabar aku hamil. Itulah mengapa aku sangat membenci media akhir-akhir ini.

"Woah, Haera kami sangat iri padamu. Ajari kami melakukan hal yang sama. Mungkin pemirsa di rumah ada yang tak seberuntung dirimu dalam hal mencari restu calon mertuanya. Hahaa baiklah belajarlah pada Kim Haera." Celoteh presenter wanita di sampingku.

Benarkah? Bagaimana jika kau gantikan saja posisiku. Agar aku kembali bisa menghirup nafas segar tanpa tercekat dengan perasaan bersalah pada kedua orang tuaku.

"Jung! Jung Haera. Dia istriku!" Mataku membelalak mendengar seruan kuda liar disampingku. Yang benar saja? Apa yang pria ini katakan? Ini terlalu berlebihan. Dia ingin membuat media salah paham bahwa dirinya tengah menumbuhkan rasa padaku? Toh, bukankah hal itu akan sia-sia nantinya jika Ia sudah mengakhiri status kami suatu hari nanti?

"Hahahaa. Ya! Maaf maksudku Jung Haera." Kekeh presenter pria berbadan besar itu.

~

"Mengapa kau menepikan mobil?" Tanyaku tanpa sedikitpun berlemah lembut pada Hoseok yang beberapa detik lalu menepikan mobil di sebuah resto mewah. Ku rasa ini salah satu tempat makan favorite-nya. Karena ini kesekian kalinya pria itu mengajakku ke sini. Tempat dimana setahun yang lalu aku menemukan Hoseok pada sisi lain dirinya. Pria frustasi yang tak memperdulikan dunia sekitar. Pria yang berbeda dengan apa yang kalian kenal di media bahwa dia adalah matahari pagi. Bagiku, dia adalah teriknya mentari. Meresahkan.

Lihat saja, Ia tak menjawab pertanyaanku. Tanpa aba-aba membuka knop pintu mobil dan menarikku keluar begitu saja. Tanpa mengucapkan sepatah katapun. Hanya, kali ini genggaman tangannya berbeda. Ia mengunci erat seluruh jemariku dengan jari panjangnya itu hingga menyulitkan jemariku untuk bernafas. Langkahnya pun tak sepanjang biasanya. Kali ini, ia menyetarakan langkahnya denganku. Ya, mau bagaimana lagi ditempat umum seperti ini mana mungkin ia memperlakukanku dengan semena-mena. Bahkan sesekali menatapku dengan cengiran sok cakepnya itu. Bergidik rasanya melihat cengiran kuda ini.

"Halo!" Ucapnya menyapa seluruh pekerja setelah kami mantap mengistirahatkan pantat kami disebuah kursi paling favorite dari resto ini. Pojok lantai tiga bernomor meja lima belas serta berdinding kaca. Tempat yang menyuguhkan pemandangan indah dari kota Seoul.

Atmosfer di lantai tiga ini membuatku bergidik. Banyak sekali karyawan bahkan pelanggan disini memperhatikan kami. Wajar saja, kami adalah pasangan selebriti trending selama dua pekan terakhir. Ck, sungguh menjengkelkan untuk diakui.

Lihatlah pria di depanku ini, hanya terfokus pada layar handphone nya tanpa berinisiatif untuk memesan menu makanan.

Hoseok melempar pelan handphone di genggamannya ke meja. "Mengapa mereka lama sekali menghidangkannya. Aish! Apa kau sudah lapar?".

"Mengapa tak kau banting saja handphone itu ke lantai, bodoh!" Pekikku sedikit lirih setelah tersentak kaget dengan tindakannya. "Kau bahkan asik memainkan handphonemu tanpa memesan sesuatu. Kau fikir mereka bisa membaca fikiranmu, huh?!" Hampir saja aku meneriakinya. Tapi masih ku tahan, sebab tak ingin terdengar pelanggan resto ini.

"Kau sakit?" Ingin rasanya menggigit bibirnya itu yang seenaknya mengalihkan pembicaraan. Dan seenaknya menyentuh dahiku dengan punggung tangannya.

Tiba-tiba listrik padam. Di resto besar ini? Yang benar saja. Tapi listrik benar-benar padam. Hanya sorot cahaya jalanan Seoul dibawah sana yang memberi sedikit penerangan pada atmosfer ruangan ini. Tunggu, ku rasa hanya resto ini yang listriknya padam. Sedang di luar sana listrik masih menyala.

Tap!

"saeng-il chughahamnida!

saeng-il chughahamnida!

jigueseo ujueseo jeil saranghamnida!

kkochboda deo gobge byeolboda deo balg-ge

sajaboda yong-gamhage Happy Birthday to You. Selamat ulang tahun sayang!"

Cup!

🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼

Next chapter